Sabtu, 01 September 2018

KISAH PENOLONG UMMU AMIR

KISAH PENOLONG UMMU AMIR

🍯
========================

ومن يصنع المعروف في غير أهله *** يلاقي الذي لاقى مجير أم عامر

خرج قوم إلى الصيد في يوم حار فبينما هم كذلك إذ عرضت لهم ( أم عامر ) وهي الضبع فطردوها فاتبعوها حتى ألجأوها إلى خباء أعرابي فقال: ما شأنكم؟ قالوا: صيدنا. وطريدتنا. قال: كلا والذي نفسي بيده لا تصلون إليها ما ثبت قائم سيفي بيدي ( لأنها استجارت به ). قال: فرجعوا وتركوه , فقام إلى لقحة فحلبها وقرب إليها ذلك، وقرب إليها ماء فأقبلت مرة تلغ من هذا ومرة تلغ من هذا حتى عاشت واستراحت فبينما الأعرابي نائم في جوف بيته، إذ وثبت عليه , فبقرت بطنه , وشربت دمه , وأكلت حشوته, وتركته فجاء ابن عم له فوجده على تلك الصورة فالتفت إلى موضع الضبع فلم يرها فقال: صاحبتي والله: وأخذ سيفه وكنانته واتبعها فلم يزل حتى أدركها فقتلها وأنشأ يقول:
ومن يصنع المعروف في غير أهله *** يـلاقي مـا لاقى مجير أم عامر
أدام لـها حين استجـارت بقربه ***قـراها مـن البان اللقاح الغزائر
وأشبعهــا حتى إذا ما تملأت *** فرته بـــأنياب لهــا وأظافر
فقل لذوي المعروف هذا جزاء من غداً ***يصنع المعروف مع غير شاكر
( شعب الايمان للبيهقي )

🥛🍯

🔸Siapa yang berbuat baik kepada orang yang tidak pantas untuk diberi kebaikan

🔸Niscaya dia akan mendapatkan balasan seperti yang didapatkan oleh Si Penolong Ummu Amir.

🔆Sekelompok orang pergi berburu di siang yang terik, ketika mereka sedang berjalan tiba-tiba Ummu Amir (Panggilan untuk Dubuk/Hyena, sejenis binatang buas yang suka memakan bangkai) melintasi mereka, kemudian mereka menghalau dan mengejarnya sehingga berhasil memojokkannya ke sebuah tenda milik seorang Arab Badui. Kemudian Si Badui berkata,"Apa keperluan kalian (ke sini).! Mereka menjawab,"Kami sedang berburu, dan ini buruan kami lari (ke tendamu)." Si Badui berkata," Tidak!, demi Dzat yang jiwaku ditangan-Nya, kalian tidak akan dapat menangkapnya selama pedangku terhunus di tanganku (karena ia telah berlindung kepadaku).

📦 (Pembawa kisah) berkata," Akhirnya sekelompok pemburu tadi kembali dan membiarkan buruan tadi. Kemudian Si Badui  bangkit menuju seekor unta betina yang deras air susunya dan memerahnya kemudian mendekatkan perahan susu itu dan air minum kepadanya. Kemudian  Si Dubuk mendekatinya; terkadang ia meminum (perahan susu) dari bejana ini dan terkadang meminum (air) dari bejana itu, sehingga ia bertahan hidup dan merasa nyaman. Di saat Si Badui  tertidur lelap di dalam rumahnya, tiba-tiba Si Dubuk meloncat kepadanya dan mencabik-cabik perutnya kemudian menghirup darahnya dan melahap ususnya kemudian pergi  meninggalkannya. Kemudian datanglah sepupu laki-lakinya (dari bapak), sekonyong-konyong dia mendapatinya dalam keadaan seperti itu, kemudian dia menoleh ke tempat berdiamnya Si Dubuk dan dia tidak melihatnya, kemudian dia berkata,"Wahai temanku (Dubuk) demi Allah (aku akan membunuhmu), kemudian dia mengambil pedang dan kantong anak panahnya mencari dan terus mencari Si Dubuk sehingga mendapatkannya dan membunuhnya. Kemudian dia melantunkan,

" Siapa yang berbuat baik kepada (orang) yang tidak patut  diberi kebaikan niscaya dia akan mendapatkan balasan seperti yang didapatkan oleh Si Penyalamat Ummu Amir."

"Dia terus menerus memberikan jamuan makan kepada Ummu Amir dari air susu untanya yang deras dan membuatnya kenyang ketika Ummu Amir berlindung mendekat kepadanya ."

"Sehingga ketika telah kenyang ia tetap menerkamnya dengan gigi gigi taring dan cakar cakarnya."

"Maka sampaikanlah kepada orang-orang yang gemar berbuat kebaikan," Inilah balasan yang diterima oleh orang yang gemar berbuat kebaikan  dari (orang) yang tidak pandai mensyukuri kebaikan."

📋 *Sumber: (Syu'abul Iman: Al Baihaqi)*

✍ Sumber: http://fawaaidwa.blogspot.com/2018/08/air-susu-dibalas-dengan-air-tuba.html

Kamis, 04 Januari 2018

SECERCAH SUKA TERTIMPA DUKA

💧💧💧💧💧SECERCAH SUKA TERTIMPA DUKA 💦💦💦

"Ada yang punya air minum gak ?"
"abang punya"
"mana bang?"
" tuh ambil di tungku, banyaak, hehe"
Itu kurang lebih percakapan akhirku dengannya sebelum ia menutup usianya di hari itu"

✏Namanya Fajri, pribadinya sederhana, baik hati, murah senyum, keceriaan selalu terpasang di wajahnya. Ia masih memiliki hubungan darah denganku, masih tergolong sepupu abi.Berarti tepatnya ia adalah pamanku, namun karena usia terpauttidak terlalu jauh sehingga aku akrab memanggilnya "abang".

Saat hari ketiga setelah hari raya Idul Fitri1431 Hijriyyah, pondok pesantren ku mengeluakan SK tidak ada libur hari raya bagi santri. Sedih? memang ! kecewa? jelas! Namun Alhamdulillah kami sedikit terhibur dengan aktivitas yang diprogram pihak pondok pesanten.

Di antara kegiatan yang diadakan pihak pondok pesantren pada saat itu adalah pergi berkunjung ke rumah rumah teman dipusa kota dalam rangka mempererat ukhuwwah.
Hari ketiga saat itu santri syabbab ( remaja ) mendapat jadwal untuk pergi. Pihak pondok pesantren 🚍menyediakan sebuah mobil pick up untuk lebih bisa menampung santri syabab yang jumlahnya banyak. Saat itu aku barulah menginjak kelas tahfidz, sehingga tidak diperkenankan ikut.

Blaa...blaa... singkat cerita, mereka pun mengagendakan nanti sepulang berkunjung kerumah teman, akan singgah melepas penat di sebuah kolam renang. Berenang merupakan salah satu olahraga yang paling digemari santri saat itu. Wakt yg dipili untuk berenang pin malam hari, untuk menghindari ikhtilath ( bercampur baur lakilaki perempuan yang bukan mahram?, katanya.

Allah memang mengatur semuanya, manusia hanya menjalaninya.

Sebuah peristiwa aneh beberapa saat
sebelum melaju ke kolam renang. Saat itu lewat seorang tak diundang dan tak dikenal dihadapan santri syabab saat itu dan berkata, " Nant pulang jangan sedih ya !" Siapa sih orang ini? Kok ngomong seperti itu? Gak jelas blas ! Saat itu mereka tidak terlalu menanggapi ucapan lelaki antah berantah tersebut.

Mobil pun akhirnya melaju ke kolam renang yang dimaksud. Tanpa disadari mereka mengantar salah seorang teman mereka menuju detik penentuannya !
Kami pun para santri tahfidz dari pondok pesantren menyusul ke kolam renang tersebut seusai sholat isya. Baju ganti, sabun mandi, dan tak lupa gayung pun kami sudah siapkan agar menambah keseruan di permandian nantinya. Tak sadar , kalau sesungguhnya kami sedang digiring oleh suratan takdir menuku sebuah ketetapan , melihat salah seorang teman kami nantinya dipanggil oleh Allah Rabb yang hanya kepada Nya  lah kita semua akan kembali.

🌿" jangan ada yang berenang dulu sampai ustadz datang" kata ustadz kami mewanti wanti santri syabab saat itu. Ustadz saatitu tengah menemani kami dari pondok pesantren menuju kolam renang. Kami ditemani seorang musyrif dibelakang untuk mengawasi, sebutsaja namanya Ami Utsman.
Sesampai nya santri syabab disana merekapun berhamburan turun dari mobil dan langsung menceburkan diri ke kolam renang. Tak sabar, lupa akan pesan Ustadz. Salah seorang pengurus mereka yang sedang terhambat karena ada sebagian biaya administrasi yang luput pun belum sempat masuk, ia kembali keluar mencari uang yang kurang. Setelah ditemukan kemudian di bayarkan.

"Keluar dari kolam renang kalian semua ❗❗ Itu ada bayangan hitam dibawah kolam renang , seperti bayangan orang" Semuanya sontak kaget tak karuan". "Sepertinya ada yang tenggelam, siapa yang tidak ada ?" Namun anehnya tidak ada satupun yang bisa menerka dengan tepat sosok misterius di dasar kolam tersebut.
" Ada apa ini? " tanya ami yang baru saja melunasi administrasi, melihat semua santri berkumpul di pinggir kolam. " itu mi, ada seperti bayangan orang tenggelam."
Dengan segera pemilik kolam renang pun diberi tahu. " Loh tadi siang kan mayatnya sudah diambil".

Wih...wih...wih..., ternyata tepat di siang harinya juga ada yang tenggelam. Akhirnya diketahui setelah itu, bahwa kolam renang itu menyimpan berbagai cerita yang membuat bulu kuduk ini merinding mendengarnya. "Iya, ada orangnya di bawah." Kata sorang santri asal Sulawesi, setelah ia menyelam dan berhasil memegang telinga sosok tersebut.

Mendengar berita tersebut sang pemilik kolam renang pun langsung. "Bismillah, Allahu Akbar." Jebuur..
Ia pun menyelam dikedalaman 2 meter tersebut disusul santri asal Sulawesi tadi. Akhirnya jasad pemilik bayangan tersebut berhasil diangkat naik dan dikeluarkan. Saat itu sirwal yang ia kenakan tersingkap hingga lututnya terboran
" Oh.. orang awwam mungkin ( pakai celana pendek, lututnya kelihatan). Akan tetapi ternyata..
Seorang fajri adalah sosok  pemilik bayangan tersebut.!
Ia sudah terbujur kaku , walaupun saat itu jantungnya masih berdetak ringan , semua santri terdiam larut dalam kesedihan, sebagian menangis tak kuasa membendung air mata. Sebagian mencoba memberi nafas buatan. Mereka semua panik tak karuan, hingga diputuskan untuk segera dilarikan dirumah sakit terdekat guna mendapatkan pertolongan pertama.

Ustadz pun ditelepon , dan tak pelak mereka semua dihujani kata kata pedas dari beliau. "Sudah saya katakan, jangan ada yang mandi dulu sebelum saya datang." Ustadz marah besar.

❓Banyak misteri kejadian tersebut yang hingga saat ini yang belum terpecahkan. Jika melihat kemampuan beliau dalam hal renang, Fajri adalah jagonya. Bahkan rumahnya hanya berjarak beberapa meter dari danau Maninjau
Namun semua kelihaian manusia tiada arti jikalau dihadapkan dengan suratan takdir yang telah Allah tetapkan.

❓ Misteri kedua, disaat tenggelam pun tiada yang mengetahuinya seorangpun . Tiba tiba hilang tenggelam di dasar kolam. Jasadnya pun tidak mengapung orang yang tenggelam pada umumnya. Lebih anehnya lagi tidak ada satu santri pun yang melihat Fajri meminta tolong dan bantuan saat tenggelam.
❓misteri ketiga disaat jasadnya dikeluarkan dari kolam terdapat dua garis biru seperti bekas cakaran di bagian pinggang.  _Wallahu a'lam_hanya  Allah lah yang mengetahui tentang mengapa dan bagaimananya.

🚖Saat perjalanan tidak seperti biasanya. Sehingga tatkala sampai dipertigaan menuju kolam renang mobil justru melaju lurus. "Loh, mi gang kolam nya kelewatan?" Ujar kami polos. "Diam ! Diam!" Balas ustadz yang saat itu duduk disamping sopir.
Mungkin kita mau ke kolam renang yang lain, atau mungkin kita bisa mandi di rumah sakit jiwa aja." Ujar ami Utsman setengah bercanda karena mobil ketika itu akan melewati rumah sakit jiwa. Dan ternyata mobil pun belok kiri dan memasuki area rumah sakit jiwa. Loh siapa ikhwan yang gila? Kata ami Utsman kebingungan yang sedari tadi tidak tahu menahu apa yang terjadi.
Jin, sebagaimana manusia ada yang taat dan banyak pula yang jahat. Mengganggu manusia, menyakiti, memisahkan anatara suami dan istri, bahkan membunuh. Namun Allah telah memberikan senjata untuk melawan mereka. Yaitu zikir zikir, terutama zikir pagi dan sore. Dengannya Allah akan menjaga dan memberikan perlindungan Nya.

💧Disana telah berkumpul santri syabab, tertunduk malu, merasa basah kuyup semua.  "Pulang kalian semua ke pondok!" Ustadz marah besar kepada  mereka. "Fajri meninggal.."
Hah? Aku pun langsung menelan ludah saat mendengarnya, semoga bukan Fajri pamanku karena pemilik nama Fajri ada tiga saat itu.
Kaki ini pun ku seret, langkah demi langkah menuju ruang UGD. Tek..tek.. detak jantung ini berdegup kencang. Dan hampir tak kuasa mata ini menahan tangis yang membanjir, saat melihat ternyata memanglah pamanku. Aku harus menerima, ini takdir Allah, batinku.
Saat kusentuh badannya begitu dingin terbujur kaku, detak jantung nya tak lagi kurasakan. Aku hampir tak percaya, inikah sosok Fajri yang tadi pagi masih sempat mencandaiku sebelum berangkat?   Inikah sosok Fajri yang tadi pagi masih mencerminkan senyuman di wajah cerianya? Aku saat itu diam terpaku membisu tak sanggup tuk berkata kata.

Kawan, hidup dan umur itu sangat singkat, sesingkat kita membolak balik telapak tangan ini, dan sesingkat mata ini berkedip di setiap detiknya. Yang dulu ada menjadi tiada, yang sulu kecil menjadi besar. Anak anak menjadi besar dan dewasa, menjadi suami atau istri, menjadi bapak atau ibu, menjadi mertua, dan menjadi kakek atau nenek. Yang dulu ada menjadi tiada saat badannya terbungkus kain kafan, ia harus pamit untuk selamanyadari dunia fana ini guna melanjutkan hari hari di kehidupan berikutnya.

☎Malam itu juga abi ditelepon ustadz. Mendengarvberita tersebut abi langsung mengontak pihak keluarga Fajri yang notabenenya masih awwam. Malam itu juga dua mobil meluncur menuju pondok pesantren membawa keluarga yang sedang duka tersebut dengan rute perjalanan sekitar tujuh jam. Malam itu juga, fajri dibawa pulang ke pondok pesantren menggunakan mobil ambulan rumah sakit.
Di sepanjang jalan hanya kami lewati dengan tatapan hampa. Hanya bisa termenung dalam lamunan, hanyut dalam duka yang baru saja menimpa, tidak ada yang berani berbicara angkat suara , apalagi bercerita dan bercanda. Baju ganti masih tersedia, peralatan mandi belumlah terpakai tiada yang tersentuh, semuanya masih utuh. Di keesokan pagi, datanglah rombongan keluargaku ke pondok pesantren. Saat mobil berhenti, serta merta keluar kakaknya tanpa alas kaki. Matanya sudah bengkak banjir air mata, disusul dengan keluarga lainnya. Semuanya segera memasuki rumah kecil yang tergeletak didalamnya jasad Fajri yang telah terbungkus kain kafan, semuanya menangis bahkan ada yang histeris tak kuasa menahan keadaan. Maklum mereka masih banyak yang awwam belum mengerti, semoga Allah mengampuni mereka.

Abi berusaha tegar menyabarkan mereka, menabahkan, menghibur, dan membesarkan hati mereka. Disiang hari itu juga , hari keempat setelah Idul Fitri 1431 Hijriyyah , jenazah Fajri dikebumikan, belasan mobil mengantarnya ke pemakaman, _rohimahullah_ .

Beberapa hari setelah kejadian tersebut ayah Fajri bermimpi melihat anaknya, "Pak, jangan sedih ya! Fajri baik baik saja kok disini."

Kalau melihat dari apa yang terjadi maka tak heran bila ayahnya bermimpi seperti itu. Dikarenakan Fajri baru saja menyelesaikan puasa Ramadhan, meninggal dikarenakan tenggelam pun termasuk _syuhadal akhirah_  sebagaimana dalam sebuah hadits yang shohih. Jasadnya pun di sholatkan sekitar 200 ikhwan yang semuanya mendoakan ampunan dan kebaikan  untuknya.

Fajri, nama itu sekarang tinggal kenangan, ia sudah lembar hidupnya di usia 17 tahun, semoga Allah melimpahkan  dan rahmat untuknya.

Sementara kita  ?
Kesempatan bernafas masih Allah berikan, kesempatan menambah bekal takwa masih bisa dikejar, kesempatan bertobat dari segala dosa pun masih bisa kita genggam. Pertanyaannya, sudah maksimalkah kita menumpuk dan memupuk amal takwa kita?  Sudah siapkah kita tatkala suatu saat Allah memanggil kita? Tanyakan kepada dirimu setelah tafakkur dan jujur !
📌ini hanyalah sebatang sirih atau setetes embun dari ribuan bahkan jutaan hikayat perjalanan manusia di muka bumi Allah.      Semoga kita bisa mengambil ibrah serta pelajaran dari ini semua.

إِنَّ فِيْ ذَالِكَ لَذِكْرَى لِمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبُ أَوْ أَلْقَى السَمْعَ وَ هُوَ شَهِيْدٌ.
_"Padanya terdapat pelajaran dan peringatan bagi siapa saja yang memiliki hati yang bersih ( diatas fitrah), memfokuskan pendengaran sementara ia menyaksikan."_

Wallahu a'lam..

_selesai_

Dikutip dari majalah Qudwah Edisi  53 VOL. 05 1439 H.
📝 19 Shofar 1439 H

Rabu, 03 Januari 2018

Kisah Musnahnya Sebuah Desa di Daerah Dieng

Kisah ini sudah lama, tetapi banyak yang belum mengetahuinya. Kisah ini hendaknya menjadi ibroh (Pelajaran), bahwa apabila suatu daerah bermaksiat semua, bisa jadi Allah akan mengazabnya secara langsung.

أَأَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يَخْسِفَ بِكُمُ الأرْضَ فَإِذَا هِيَ
تَمُورُ

“Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang dilangit bahwa Dia akan menjungkirbalikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang?” (QS Al Mulk 67: 16).

Dukuh Legetang adalah sebuah daerah di lembah pegunungan Dieng, sekitar 2 km ke utara dari kompleks pariwisata Dieng Kabupaten Banjarnegara. Dahulunya masyarakat dukuh Legetang adalah petani-petani yang sukses sehingga kaya. Berbagai kesuksesan duniawi yang berhubungan dengan pertanian menghiasi dukuh Legetang. Misalnya apabila di daerah lain tidak panen tetapi mereka panen berlimpah. Kualitas buah/sayur yang dihasilkan juga lebih dari yang lain. Namun barangkali ini merupakan “istidraj” (disesatkan Allah dengan cara diberi rizqi yang banyak dan orang tersebut akhirnya makin tenggelam dalam kesesatan).

Masyarakat dukuh Legetang umumnya ahli maksiat dan bukan ahli bersyukur. Perjudian disana merajalela, begitu pula minum-minuman keras (yang sangat cocok untuk daerah dingin). Tiap malam mereka mengadakan pentas Lengger (sebuah kesenian yang dibawakan oleh para penari perempuan, yang sering berujung kepada perzinaan). Anak yang kawin sama ibunya dan beragam kemaksiatan lain sudah sedemikian parah di dukuh Legetang.

Pada suatu malam turun hujan yang lebat dan masyarakat Legetang sedang tenggelam dalam kemaksiatan. Tengah malam hujan reda. Tiba-tiba terdengar suara “buum”, seperti suara benda yang teramat berat berjatuhan. Pagi harinya masyarakat disekitar dukuh Legetang yang penasaran dengan suara yang amat keras itu menyaksikan bahwa Gunung Pengamun-amun sudah terbelah (bahasa jawanya: tompal), dan belahannya itu ditimbunkan ke dukuh Legetang.

Dukuh Legetang yang tadinya berupa lembah itu bukan hanya rata dengan tanah, tetapi menjadi sebuah gundukan tanah baru menyerupai bukit. Seluruh penduduknya mati. Gegerlah kawasan dieng… Seandainya gunung Pengamun-amun sekedar longsor, maka longsoran itu hanya akan menimpa dibawahnya. Akan tetapi kejadian ini bukan longsornya gunung.

Antara dukuh Legetang dan gunung Pengamun-amun terdapat sungai dan jurang, yang sampai sekarang masih ada. Jadi kesimpulannya, potongan gunung itu terangkat dan jatuh menimpa dukuh Legetang. Siapa yang mampu mengangkat separo gunung itu kalau bukan Allah Tabaroka wata’ala?

Kini diatas bukit bekas dukuh Legetang dibuat tugu peringatan. Ditugu tersebut ditulis dengan plat logam:

“TUGU PERINGATAN ATAS TEWASNJA 332 ORANG PENDUDUK DUKUH LEGETANG SERTA 19 ORANG TAMU DARI LAIN-LAIN DESA SEBAGAI AKIBAT LONGSORNJA GUNUNG PENGAMUN-AMUN PADA TG. 16/17-4-1955”

Allah Maha Besar.

Jika Anda dari daerah Dieng menuju ke arah (bekas) dukuh Legatang maka akan melewati sebuah desa bernama Pakisan. Sepanjang jalan itu Anda mungkin akan heran melihat wanita-wanitanya banyak yang memakai jilbab panjang dan atau cadar. Memang sejak dulu masyarakat Pakisan itu masyarakat yang agamis, bertolak belakang dengan dukuh Legetang, tetangga desanya yang penuh dengan kemaksiatan. Ketika kajian triwulan Forum Komunikasi Ahlussunnah wal Jamaah Kabupaten Banjarnegara bertempat di Pakisan, maka masyarakat Pakisan berduyun-duyun ke masjid untuk mendengarkan kajian dari Ustadz Muhammad Umar As Sewed. Ya, hampir semua masyarakat Pakisan aktif mengikuti kajian.

Wallahu a’lam bish shawab.

https://sunniy.wordpress.com/2007/12/01/desa-yang-musnah-di-daerah-dieng/