Senin, 25 Maret 2019

Sedari tadi, tidak ada yang diincar dengan siksaan kecuali diriku seorang!

🍂🌻 SENYUM SEJENAK  BERSAMA ARAB BADUI🌻🍂

🌱 Al Imam Ibnul Jauzi rahimahullah bercerita tentang suatu kisah Arab Badui:

وصلى بعض الأعراب خلف بعض الأئمة في الصف الأول وكان اسم الأعرابي مجرماً فقرأ الإمام‏:‏ والمرسلات‏.‏
إلى قوله‏:‏ ‏"‏ ألم نهلك الأولين ‏"‏ فتأخر البدوي إلى الصف الآخر ... فقال‏:‏ ‏"‏ ثم نتبعهم الآخرين ‏"‏ ...فرجع إلى الصف الأوسط فقال‏:‏ ‏"‏ كذلك نفعل بالمجرمين ‏"‏ فولى هارباً ، وهو يقول‏:‏ ما أرى المطلوب غيري‏.‏

🌻 Suatu hari seorang Arab Badui shalat
berjamaah di masjid. Dikisahkan dia bernama Mujrim. Saat itu sang imam membaca
surat Al-Mursalat dan orang Badui ini mengambil shaf depan.

Imam membaca sampai ayat:

ﺃَﻟَﻢْ ﻧُﻬْﻠِﻚِ ﺍﻟْﺄَﻭَّﻟِﻴﻦَ

“Bukankah Kami telah membinasakan orang-
orang yang *di awal*?(maksudnya umat terdahulu) ” (ayat ke-16)

Kagetlah Arab Badui ini karena ia di shaf awal. Ia pun mundur ke shaf paling terakhir.

✉Lalu imam membaca setelahnya:
ﺛُﻢَّ ﻧُﺘْﺒِﻌُﻬُﻢُ ﺍﻟْﺂﺧِﺮِﻳﻦَ

“Lalu Kami iringkan (azab Kami terhadap)
mereka dengan (mengazab) orang-orang
belakang/ umat yang datang kemudian. ” (ayat ke-17)

Kagetlah Arab Badui ini untuk kedua kalinya, karena ia di shaf belakang.
Ia pun maju ke shaf tengah.

🍂Lalu imam melanjutkan bacaannya:
ﻛَﺬَﻟِﻚَ ﻧَﻔْﻌَﻞُ ﺑِﺎﻟْﻤُﺠْﺮِﻣِﻴﻦَ

“Demikianlah Kami berbuat terhadap orang orang
*mujrim* (orang-orang yang berdosa). ” (ayat
ke 18)

Ia yang merasa bernama Mujrim pun kabur terbirit-birit tak melanjutkan shalat jamaah.

Ia kabur sambil berkata:
ﻣﺎ ﺃﺭﻯ ﺍﻟﻤﻄﻠﻮﺏ ﻏﻴﺮﻱ

“Sedari tadi,tidak ada yang diincar dengan siksaan kecuali diriku seorang!”

✉👍✉👍✉👍✉

📙 dinukil dari kitab Akhbarul Hamqa wal Mughaffalin karya Ibnul Jauzi rahimahullah

🖋 Abu Mas'ud Jarot waffaqahullah

🖥 Publikasi

  *🤝WA.ILMU SYAR'I🤝*

https://t.me/CTIS_ChannelTelegramIlmuSyari

📚📚📚📚📚📚📚📚📚📚

Sabtu, 16 Maret 2019

TANAMKANLAH KEBERANIAN !!

Edisi penyemangat 🔥🔥

⚔🛡 *TANAMKANLAH KEBERANIAN !!*

🌴  *Samarra*, sebuah desa berjarak tiga farsakh (kurang lebih 24 km) dari pusat kota Bukhara. Walau terbilang kecil, Samarra telah meninggalkan sebuah kisah keberanian luar biasa yang patut diteladankan untuk anak-anak kita. Di sanalah sejarah mencatat seorang ulama hadits sekaligus mujahid pemberani terlahir. Kisah nan indah mewangi.

🌿  Beliau dijuluki Farisul Islam, seorang penunggang kuda handal dalam berperang. Di samping itu, beliau pun dikenal sebagai ahli ibadah, tokoh berzuhud, ulama panutan, dan ahli hadits terkemuka. Imam Al Bukhari juga meriwayatkan hadistnya di dalam Shahih Bukhari. Sebuah pengakuan dari Imam Al-Bukhari mengenai kepercayaan beliau kepadanya.

💐  Imam Al-Bukhari menyanjung sang guru tersebut, Ahmad bin Ishaq As Surmari (wafat 242 H), “Aku tidak mengetahui ada orang lain yang sama dengan beliau di dalam bidang sejarah Islam.” Dari sisi mana beliau dipuji semacam itu? Sanjungan Imam Al Bukhari kiranya lebih dari cukup untuk menggambarkan seperti apakah kedudukan Ahmad bin Ishaq As Surmari.

🍃  Jangankan orang-orang, hewan pun merasa tenang jika berada di sampingnya. Suatu saat, Ahmad bin Ishaq pernah bersantap makan ditemani oleh burung-burung pipit. Serombongan burung itu seakan menjadi kawan bersantap yang baik. Tiba-tiba putranya masuk dan burung-burung tersebut lantas berterbangan. Adakah hamba semacam itu di dunia ini yang masih tersisa?

🎗  Imam Adz Dzahabi rahimahullah di dalam Siyar A’lam Nubala’ menyebutkan bahwa Ahmad bin Ishaq As Surmari “wa bi syaja’atihi yudhrabu al matsal,” keberaniannya telah menjadi sebuah perumpamaan. Siapapun yang menyandang sikap perwira dan pemberani akan dibandingkan dengan beliau, setara ataukah tidak.

⚒  Tongkat besi menjadi senjata kesayangan As Surmari. Beratnya delepan belas mann (kurang lebih 100 kg). Luar biasa beratnya, bukan? Senjata unik ini memang menggambarkan betapa kuat dan ‘mengerikan’-nya As Surmari di kalangan musuh-musuh Islam. Semasa tuanya, tongkat besi itu dikurangi beratnya oleh As Surmari menjadi dua belas mann (kurang lebih 70 kg).

🗡  Dalam sebuah pertempuran, dikisahkan oleh Adz Dzahabi rahimahullah dengan sanadnya, As Surmari dihadapkan dalam suasana perang tanding yang mengerikan. Seorang jagoan dari pihak musuh dikabarkan mempunyai kekuatan yang setara dengan seribu prajurit. As Surmari lalu memohon ijin kepada panglima Islam untuk menghadapi orang tersebut.

⛏  Tongkat besi disembunyikan oleh As Surmari. Pada saat jagoan musuh datang menyerang, As Surmari malah terlihat melarikan diri. Ada apa yang terjadi? Seluruh mata memandang penuh tanda tanya. Setelah menjauh dari induk pasukan musuh, tiba-tiba As Surmari berhenti lari dan berbalik arah sambil menghantamkan tongkat besinya kepada musuh yang lari mengejar. Jagoan musuh itu pun mati. Panglima musuh yang marah lalu memerintahkan lima puluh prajurit berkuda untuk mengejar dan membunuh As Surmari. Beliau lalu bersembunyi di sebuah anak bukit. Setelah kelima puluh prajurit berkuda itu lewat melintas, As Surmari mengejar mereka dan membunuh satu per satu dari arah belakang. Empat puluh sembilan prajurit musuh mati dan tersisa satu. Prajurit musuh yang tersisa lalu dibiarkan hidup setelah dilukai oleh As Surmari untuk menceritakan peristiwa tersebut kepada panglima musuh dan kawan-kawannya.

⚔  Kisah kepahlawanan beliau bukan hanya itu! As Surmari pun dikenal sebagai pemanah ulung yang tepat di dalam mengenai obyek sasaran.

🛡  Kisahnya, sebuah benteng musuh dikepung oleh pasukan kaum muslimin. Dari kejauhan, panglima benteng terkepung sedang duduk mengawasi keadaan dari sebuah tempat yang tertutup. As Surmari lalu melesatkan sebuah anak panah yang tepat mengenai perlindungan si panglima.

🗝  Oleh si panglima, prajuritnya diminta untuk mengambil anak panah tersebut. namun, anak panah kedua kembali dilepaskan oleh As Surmari yang tepat mengenai tangan si panglima. Para prajuritnya berusaha mencabut anak panah itu. Akan tetapi, anak panah ketiga As Surmari kembali datang dan menancap tepat di leher si panglima. Akhirnya, benteng tersebut berhasil ditaklukan oleh kaum muslimin.

••Al Imam Adz Dzahabi rahimahullah menyatakan, “Kisah-kisah sang pejuan ini (As Surmari) sangatlah menghibur hati seorang muslim.”

✔Benar! Kisah-kisah kepahlawanan dan keberanian para ulama semestinya sering-sering disampaikan kepada anak-anak kita. Supaya mereka tumbuh dan berkembang dalam suasana dan lingkungan yang perwira. Berani melantangkan kebenaran, tidak mengenal takut dalam mengungkap kejahatan.

*Jangan biarkan anak-anak kita termakan oleh iklan-iklan televisi yang menggambarkan keberanian semu. Jangan relakan anak-anak kita mengagumi tokoh-tokoh pahlawan super yang fiktif. Jangan lepaskan anak-anak kita terbuai oleh profil-profil jagoan kafir yang diangkat di layar kaca dan layar lebar*

♻🛡 Islam telah mewariskan keberanian sejati. Keberanian yang terarah dan berdasarkan pada kebenaran syar’i. Islam telah mencatatkan sejarah kaum pemberani. Islam tidak kurang sedikit pun di dalam mengajarkan keberanian. Hanya saja, bisakah kita mentransfernya untuk anak-anak kita? Tugas siapa? Tugas kita bersama.

📖 Kisah-kisah keberanian Islam seharusnya sedini mungkin ditanamkan pada anak-anak kita. Supaya mereka hidup tanpa mengenal rasa takut kepada selain Allah subhanahu wa ta’ala. Generasi Islam bukanlah generasi penakut! Apalagi takut kepada tuyul, sundel bolong, buto, genderuwo atau istilah-istilah lain yang dibuat-buat untuk menakut-nakuti anak-anak Islam.

❓Tidakkah kita tersentuh hati untuk menjalankan tanggung jawab ini?

☝ Sungguh, demi Allah! Kisah-kisah Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam dan para shahabatnya amatlah penting untuk diajarkan! Cerita kaum tabi’in dan seluruh pahlawan Islam setelah mereka pun demikian. Penaklukan tanah Hindustan, jazirah Afrika bahkan sampai benua Eropa adalah materi yang layak kita suarakan di dada dan sanubari anak-anak kita. Agar mereka tidak lupa sejarah!

🎓 Harapannya, generasi muda Islam berikutnya bukanlah generasi yang cengeng, mudah goyah atau rendah diri. Mereka harus berani menengadahkan dada dan membentangkan tangan untuk menyambut masa depan Islam yang cerah. Generasi yang pemberani. Berani menyuarakan kebenaran. Tidak kenal takut untuk menyerukan Al Qur’an, As Sunnah, dan Manhaj Salaf.

📝 Tugas siapa? Tugas kita bersama. Sebab ternyata, tidak hanya anak-anak kita yang memerlukan suntikan semangat untuk berani. Kita yang menjadi orang tua pun sebenarnya masih membutuhkan siraman motivasi untuk hidup berani. Benar begitu, bukan?

Wallahul musta’aan.

 

📚 Sumber : Majalah Qudwah Edisi 17 Vol 2 1435 H/ 2014 H hal. 47 – 49.

🖊 Penulis : Ustadz Abu Nasim Mukhtar

Turut berbagi group whatsapp *Olahraga Panahan*🏹🏹

Selasa, 05 Maret 2019

💐📝Pelajaran Berharga dari Keruntuhan Daulah Utsmaniyyah

💐📝Pelajaran Berharga dari Keruntuhan Daulah Utsmaniyyah

Setiap rentetan peristiwa yang diabadikan sejarah, semestinya menjadi pelajaran berharga bagi orang-orang beriman. Demikianlah Allah mengajarkan kepada kita dalam al-Quran:

...فَاعْتَبِرُوا يَا أُولِي الْأَبْصَارِ

...maka ambillah sebagai pelajaran, wahai orang-orang yang memiliki pandangan yang tajam (Q.S al-Hasyr ayat 2)

Daulah Utsmaniyyah telah menjadi bagian dalam sejarah kaum muslimin. Kurun waktu 6 abad masa pemerintahan dinasti ini bukanlah waktu yang singkat. Silih berganti pemimpin melanjutkan estafet dari pimpinan sebelumnya, menjaga pemerintahan yang dirasanya baik bagi kemaslahatan rakyat.

Pertempuran-pertempuran melawan orang-orang kafir, terutama bangsa Romawi banyak mengisi relung waktu usia kehidupan Dinasti ini. Ukhuwwah Islamiyyah yang terpatri pada setiap pribadi muslim akan menggerakkan perasaan turut memiliki dan senang akan perjuangan-perjuangan tersebut. Namun, perasaan bangga dan cinta terhadap perjuangan tersebut semestinya selalu berada dalam koridor bimbingan syar’i.

Perjuangan kaum muslimin pada setiap masa selalu membutuhkan pertolongan Allah Ta’ala. Tanpa pertolongan Allah, mereka akan kalah dan rendah. Jika perjuangan itu dilandasi dengan ketakwaan, maka pertolongan Allah akan selalu menyertai.

إِنْ يَنْصُرْكُمُ اللَّهُ فَلَا غَالِبَ لَكُمْ وَإِنْ يَخْذُلْكُمْ فَمَنْ ذَا الَّذِي يَنْصُرُكُمْ مِنْ بَعْدِهِ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ

Jika Allah menolong kalian, tidak ada yang bisa mengalahkan kalian. (Namun) jika Dia menelantarkan kalian (tanpa memberi pertolongan), siapakah lagi yang bisa menolong kalian setelahnya? Hendaknya hanya kepada Allah sajalah orang-orang beriman bertawakkal (Q.S Ali Imran ayat 160)

Apabila pasukan kaum beriman meneladani Nabi dan para Sahabatnya, mereka akan mendapat kemuliaan. Sebaliknya, jika mereka menyelisihi perintah Nabi, menyimpang dari bimbingan beliau baik dari sisi aqidah, akhlak, ibadah, maupun muamalah, mereka akan menuai kehinaan.

وَجُعِلَ الذِّلَّةُ وَالصَّغَارُ عَلَى مَنْ خَالَفَ أَمْرِي

Dan dijadikan kehinaan dan kerendahan bagi orang yang menyelisihi perintahku (H.R Ahmad, dishahihkan Syaikh al-Albaniy dalam Shahihul Jami’)

Penyebab keruntuhan Dinasti Utsmaniyyah banyak dianalisis oleh berbagai pihak. Namun faktor utamanya adalah karena semakin jauhnya kehidupan pemimpin maupun rakyatnya dari bimbingan Allah dan Rasul-Nya.

Dinasti sebelumnya, yaitu Abbasiyyah juga mengadopsi pemahaman-pemahaman baru yang tidak pernah dikenal di masa Nabi dan para Sahabatnya. Pada masa Dinasti Abbasiyyah, aliran pemikiran Mu’tazilah berkembang.

Pemikiran-pemikiran filsafat Yunani banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Hal itu membuat pemikiran-pemikiran filsafat yang bukan berasal dari Islam dijadikan rujukan dalam berfikir dan menghasilkan kebijakan –sesuatu yang dianggap bijak, padahal tidak- bahkan dalam memutuskan permasalahan-permasalahan agama. Tentunya itu adalah suatu hal baru yang diada-adakan, tidak pernah diajarkan Nabi dan para Sahabatnya.

Sedangkan pada masa Dinasti Utsmaniyyah, thoriqoh-thoriqoh Sufiyyah berkembang dengan pesat. Pemimpin yang ke-2 pada Dinasti Utsmaniyyah, yaitu Aurkhan bin Utsman bin Arthughurl adalah pengikut thoriqoh Baktasyiyah.

Sultan Muhammad II yang dikenal dengan sebutan al-Fatih karena pembukaan Konstantinopel, membangun kubah di kuburan Sahabat Nabi Abu Ayyub al-Anshariy, dan juga membangun masjid di sampingnya.

Rasulullah shollallahu alaihi wasallam melarang kuburan ditinggikan, dibangun, atau dimuliakan.

نَهَى رَسُولُ اَللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - أَنْ يُجَصَّصَ الْقَبْرُ, وَأَنْ يُقْعَدَ عَلَيْهِ, وَأَنْ يُبْنَى عَلَيْه

Rasulullah shollallahu alaihi wasallam melarang kuburan dari  dikapur, diduduki di atasnya, dan dibangun atasnya (H.R Muslim dari Jabir bin Abdillah)

عَنْ أَبِي الْهَيَّاجِ الْأَسَدِيِّ قَالَ قَالَ لِي عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ أَلَا أَبْعَثُكَ عَلَى مَا بَعَثَنِي عَلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ لَا تَدَعَ تِمْثَالًا إِلَّا طَمَسْتَهُ وَلَا قَبْرًا مُشْرِفًا إِلَّا سَوَّيْتَهُ

Dari Abul Hayyaaj al-Asadiy beliau berkata: Ali bin Abi Tholib berkata kepada saya: Maukah aku utus engkau dengan (misi) sebagaimana Rasulullah shollallahu alaihi wasallam mengutusku? Yaitu janganlah engkau tinggalkan suatu patung/ gambar makhluk bernyawa kecuali engkau hapus, dan tidaklah ada kuburan yang ditinggikan kecuali engkau ratakan (H.R Muslim )

Banyak kaum muslimin yang sangat terkesima dengan kesuksesan pembukaan Konstantinopel itu kemudian menghubungkan perjuangan al-Fatih itu dengan hadits:

لَتُفْتَحَنَّ الْقُسْطَنْطِينِيَّةُ فَلَنِعْمَ الْأَمِيرُ أَمِيرُهَا وَلَنِعْمَ الْجَيْشُ ذَلِكَ الْجَيْشُ

Sungguh al-Qustanthiniyyah (Konstantinopel) akan benar-benar dikuasai. Sebaik-baik pemimpin adalah pemimpin pasukan itu, dan sebaik-baik pasukan adalah pasukan itu (H.R Ahmad)

Terlepas adanya perbedaan pendapat Ulama tentang keshahihan riwayat hadits tersebut, namun sebenarnya penjelasan tentang pembukaan Konstantinopel telah disebutkan dalam hadits lain yang telah jelas keshahihannya, yaitu Shahih Muslim:

لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَنْزِلَ الرُّومُ بِالْأَعْمَاقِ أَوْ بِدَابِقٍ فَيَخْرُجُ إِلَيْهِمْ جَيْشٌ مِنْ الْمَدِينَةِ مِنْ خِيَارِ أَهْلِ الْأَرْضِ يَوْمَئِذٍ فَإِذَا تَصَافُّوا قَالَتْ الرُّومُ خَلُّوا بَيْنَنَا وَبَيْنَ الَّذِينَ سَبَوْا مِنَّا نُقَاتِلْهُمْ فَيَقُولُ الْمُسْلِمُونَ لَا وَاللَّهِ لَا نُخَلِّي بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ إِخْوَانِنَا فَيُقَاتِلُونَهُمْ فَيَنْهَزِمُ ثُلُثٌ لَا يَتُوبُ اللَّهُ عَلَيْهِمْ أَبَدًا وَيُقْتَلُ ثُلُثُهُمْ أَفْضَلُ الشُّهَدَاءِ عِنْدَ اللَّهِ وَيَفْتَتِحُ الثُّلُثُ لَا يُفْتَنُونَ أَبَدًا فَيَفْتَتِحُونَ قُسْطَنْطِينِيَّةَ فَبَيْنَمَا هُمْ يَقْتَسِمُونَ الْغَنَائِمَ قَدْ عَلَّقُوا سُيُوفَهُمْ بِالزَّيْتُونِ إِذْ صَاحَ فِيهِمْ الشَّيْطَانُ إِنَّ الْمَسِيحَ قَدْ خَلَفَكُمْ فِي أَهْلِيكُمْ فَيَخْرُجُونَ وَذَلِكَ بَاطِلٌ فَإِذَا جَاءُوا الشَّأْمَ خَرَجَ فَبَيْنَمَا هُمْ يُعِدُّونَ لِلْقِتَالِ يُسَوُّونَ الصُّفُوفَ إِذْ أُقِيمَتِ الصَّلَاةُ فَيَنْزِلُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَمَّهُمْ فَإِذَا رَآهُ عَدُوُّ اللَّهِ ذَابَ كَمَا يَذُوبُ الْمِلْحُ فِي الْمَاءِ فَلَوْ تَرَكَهُ لَانْذَابَ حَتَّى يَهْلِكَ وَلَكِنْ يَقْتُلُهُ اللَّهُ بِيَدِهِ فَيُرِيهِمْ دَمَهُ فِي حَرْبَتِهِ

Tidak akan tegak hari kiamat hingga bangsa Romawi di daerah A’maq dan Daabiq, kemudian keluarlah pasukan dari Madinah yang merupakan penduduk bumi terbaik pada hari itu. Tatkala telah berhadapan (dua pasukan), Romawi berkata: Biarlah kami memerangi orang-orang yang menawan kami. Kaum muslimin berkata: Tidak, demi Allah. Kami tidak akan membiarkan kalian memerangi saudara-saudara kami. Maka kaum muslimin itu pun memerangi mereka. Maka kalahlah sepertiga (anggota pasukan: lari dari medan pertempuran), yang Allah tidak menerima taubat mereka selamanya. Dan terbunuhlah sepertiga (anggota pasukan muslim) sebagai orang-orang syahid yang paling utama di sisi Allah. Dan sepertiga (anggota pasukan) mengalami kemenangan. Mereka tidak akan mendapat fitnah (ujian) selamanya. Maka mereka pun menaklukkan Konstantinopel. Ketika mereka sedang membagi-bagikan harta rampasan perang, mereka menggantungkan pedang-pedang mereka di (pohon) Zaitun, tiba-tiba Syaithan berteriak kepada mereka: Sesungguhnya al-Masih (Dajjal) telah menggantikan posisi kalian di keluarga kalian. Maka merekapun keluar. Ternyata teriakan itu tidak benar. Ketika telah datang perasaan putus asa, mereka keluar bersiap berperang mengatur shof-shof. Tiba-tiba dikumandangkan iqomat untuk sholat, kemudian turunlah Isa putra Maryam shollallahu alaihi wasallam menjadi imam bagi mereka. Ketika musuh Allah melihat kepadanya, ia meleleh sebagaimana melelehnya garam. Kalau meninggalkannya, niscaya ia akan larut mengalir hingga binasa. Akan tetapi Allah membunuh mereka melalui tangannya, sehingga mengalirlah darahnya di tombak pendeknya (H.R Muslim dalam Kitab al-Fitaan wa Asyroothis Saa’aah bab ke-9)

Hal itu menunjukkan bahwa hadits tentang keutamaan pasukan yang membuka Konstantinopel bukanlah di masa-masa itu (masa Dinasti Utsmaniyyah), tapi di masa menjelang turunnya Dajjal, sebelum turunnya Nabi Isa ‘alaihissalaam menjelang hari kiamat.

Keruntuhan Dinasti Utsmaniyyah bukanlah sesuatu hal yang harus diratapi dengan kesedihan berlebihan. Para pemimpin muslim itu bisa jadi memiliki jasa yang tidak sedikit bagi kaum muslimin. Bagi yang meninggal dalam keadaan muslim, kita doakan ampunan dan rahmat Allah untuk mereka. Namun, kesalahan atau penyimpangan yang dilakukannya, tidaklah diabaikan begitu saja. Mereka pun tidak dielu-elukan berlebihan, hingga melupakan sikap proporsional yang dibimbing syariat.

Tersisa pelajaran-pelajaran berharga untuk generasi setelahnya, agar menimbang segala sesuatu dengan bimbingan alQuran dan Sunnah Nabi dengan pemahaman para Sahabat-nya. Melecut mereka untuk berbenah, memperbaiki diri dan masyarakatnya, memurnikan ibadah hanya kepada Allah dan ittiba’ kepada Rasulullah shollallahu alaihi wasallam. Semoga pertolongan Allah senantiasa menyertai perjuangan kaum muslimin di masa-masa berikutnya, di manapun mereka berada.

(Abu Utsman Kharisman)
WA Al-i'tishom

Senin, 04 Maret 2019

PAMAN, LIHATLAH, BIDADARI YANG PERNAH KUCERITAKAN PADAMU ADA DI DEKATKU... DIA MENUNGGU RUHKU KELUAR..

📢🌹 *(KISAH MENAKJUBKAN DI MASA TABI’IN)*

°°°°°°°°
PAMAN, LIHATLAH, BIDADARI YANG PERNAH KUCERITAKAN PADAMU ADA DI DEKATKU... DIA MENUNGGU RUHKU KELUAR..
°°°°°°°°°
 

🍃Hari itu, di salah satu sudutnya Masjid Nabawi berkumpullah Abu Qudamah dan para sahabatnya.

Di hati para sahabatnya, Abu Qudamah adalah orang yang sangat dikagumi. Itu karena Abu Qudamah adalah seorang mujahid. Berjihad dari satu front ke medan-medan jihad lainnya. Seolah hidup beliau, beliau persembahkan untuk berjihad.
Debu yang beterbangan, kilatan pedang, hempasan anak panah, derap kuda adalah hal yang sudah biasa bagi beliau. Pengalaman, tragedi, kisah dan momen pun telah banyak beliau saksikan di setiap gelanggang perjuangan jihad.

”Abu Qudamah, ceritakanlah pada kami kisah paling mengagumkan di hari-hari jihadmu,”
tiba-tiba salah seorang sahabatnya meminta.

“Ya,” jawab Abu Qudamah.

"Beberapa tahun lalu. Aku singgah di kota Recca. Aku ingin membeli onta untuk membawa persenjataanku.
Saat aku sedang bersantai di penginapan, keheningan pecah oleh suara ketukan. Ku buka ternyata seorang perempuan.

”Engkaukah Abu Qudamah?” tanyanya.
”Engkaukah yang menghasung umat manusia untuk berjihad?” pertanyaannya yang kedua.

“Sungguh, Allah telah menganugerahiku rambut yang tak dimiliki wanita lain. Kini aku telah memotongnya. Aku kepang agar bisa menjadi tali kekang kuda. Aku pun telah menutupinya dengan debu agar tak terlihat.
Aku berharap sekali agar engkau membawanya. Engkau gunakan saat menggempur musuh, saat jiwa kepahlawananmu merabung. Engkau gunakan bersamaan saat kau menghunus pedang, saat kau melepaskan anak panah dan saat tombak kau genggam erat.
Kalau pun engkau tak membutuhkan, ku mohon berikanlah pada mujahid yang lain. Aku berharap agar sebagian diriku ikut di medan perang, menyatu dengan debu-debu fi sabilillah.
Aku adalah seorang janda. Suamiku dan karib kerabatku, semuanya telah mati syahid fi sabilillah. Kalau pun syariat mengizinkan aku berperang, aku akan memenuhi seruannya,”
ungkapnya sembari menyerahkan kepangan rambutnya.

Aku hanya diam membisu. Mulutku kelu walau tuk mengucapkan “iya”.

”Abu Qudamah, walaupun suamiku terbunuh, namun ia telah mendidik seorang pemuda hebat. Tak ada yang lebih hebat darinya.
Ia telah menghapal Al-Qur’an. Ia mahir berkuda dan memanah. Ia senantiasa sholat malam dan berpuasa di siang hari. Kini ia berumur 15 tahun. Ialah generasi penerus suamiku. Mungkin esok ia akan bergabung dengan pasukanmu. Tolong terimalah dia. Aku persembahkan dia untuk Allah. Ku mohon jangan halangi aku dari pahala,”
kata-kata sendu terus mengalir dari bibirnya.

Adapun aku masih diam membisu. Memahami kalimat per kalimat darinya. Lalu tanpa sadar perhatianku tertuju pada kepangan rambutnya.
”Letakkanlah dalam barang bawaanmu agar kalbuku tenang,”
pintanya.
Tahu aku memperhatikan kepangan rambutnya.

Aku pun segera meletakkannya bersama barang bawaanku. Seolah aku tersihir dengan kata-kata dan himmah (tekad) nya yang begitu mengharukan.

💨Keesokan harinya, aku bersama pasukan beranjak meninggalkan Recca. Tatkala kami tiba di benteng Maslamah bin Abdul Malik, tiba-tiba dari belakang ada seorang penunggang kuda yang memanggil-manggil.

“Abu Qudamah!” serunya.

“Abu Qudamah, tunggu sebentar, semoga Allah merahmatimu.”

Kaki pun terhenti. Lalu aku berpesan kepada pasukan, “tetaplah di tempat hingga aku mengetahui orang ini.”

Dia mendekat dan memelukku.

”Alhamdulillah, Allah memberiku kesempatan menjadi pasukanmu. Sungguh Dia tidak ingin aku gagal,” ucapnya.

“Kawan, singkaplah kain penutup kepalamu dahulu,” pintaku.

Ia pun menyingkapnya. Ternyata wajahnya bak bulan purnama. Terpancar darinya cahaya ketaatan.

”Kawan, apakah engkau memiliki Abi?” tanyaku.

“Justru aku keluar bersamamu hendak menuntut balas kematian Abi. Dia (insya Allah) telah mati syahid. Semoga saja Allah menganugerahiku syahid seperti Abi,” jawabnya.

“Lalu, bagaimana dengan Ummi? Mintalah restu darinya terlebih dahulu. Jika merestui, ayo. Jika tidak, layanilah beliau. Sungguh baktimu lebih utama dibandingkan jihad. Memang, jannah di

bawah bayangan pedang, namun juga di bawah telapak kaki ibu”

“Duhai Abu Qudamah. Tidakkah engkau mengenaliku.”

“Tidak.”

“Aku putra pemilik titipan itu. Betapa cepatnya engkau melupakan titipan Ummi, pemilik kepangan rambut itu”

“Aku, insya Allah, adalah seorang syahid putra seorang syahid. Aku memohon kepadamu dengan nama Allah, jangan kau halangi aku ikut berjihad fi sabilillah bersamamu. Aku telah menyelesaikan Al-Qur’an. Aku juga telah mempelajari Sunnah Rasul. Aku pun lihai menunggang kuda dan memanah. Tak ada seorang pun lebih berani dariku. Maka, janganlah kau remehkan aku hanya karena aku masih belia.”

"Ummi telah bersumpah agar aku tidak kembali. Beliau berpesan; 'Nak, jika kau telah melihat musuh, jangan pernah kau lari. Persembahkanlah ragamu untuk Allah. Carilah kedudukan di sisi Allah. Jadilah tetangga Abimu dan paman-pamanmu yang sholeh di jannah. Jika nantinya kau menjadi syahid, jangan kau lupakan Ummi. Berilah Ummi syafa’at. Aku pernah mendengar faedah bahwa seorang syahid akan memberi syafaat untuk 70 orang keluarganya dan juga 70 orang tetangganya. Ummi pun memelukku dengan erat dan mendongakkan kepalanya ke langit;

'Rabbku.. Maulaku.. Inilah putraku, penyejuk jiwaku, buah hatiku.. aku persembahkan ia untukmu. Dekatkanlah ia dengan ayahnya,”
terang sang pemuda.Kata-katanya terus mendobrak tanggul air mataku.

Dan akhirnya aku benar-benar tak kuasa menahannya. Aku tersedu-sedu. Aku tak tega melihat wajahnya yang masih muda, namun begitu tinggi tekadnya. Aku pun tak bisa membayangkan kalbu sang ibu. Betapa sabarnya ia.

Melihatku menangis, sang pemuda bertanya,
“Paman, apa gerangan tangisanmu ini? Jika sebabnya adalah usiaku, bukankah ada orang yang lebih muda dariku, namun Allah tetap mengadzabnya jika bermaksiat !?”

“Bukan,” aku segera menyanggah.

“Bukan lantaran usiamu. Namun aku menangis karena kalbu ibumu. Bagaimana jadinya nanti jika engkau gugur?”

🌴Akhirnya aku menerimanya sebagai bagian dari pasukan. Siang malam si pemuda tak pernah jemu berdzikir kepada Allah Ta’ala. Saat pasukan bergerak, ia yang paling lincah mengendalikan kuda. Saat pasukan berhenti istirahat, ia yang paling aktif melayani pasukan. Semakin kita melangkah, tekadnya juga semakin membuncah, semangatnya semakin menjulang, kalbunya semakin lapang dan tanda-tanda kebahagiaan semakin terpancar darinya.

Kami terus berjalan menyusuri hamparan bumi nan luas. Hingga kami tiba di medan laga bersamaan dengan bersiap-siapnya matahari untuk terbenam. Sesampainya, sang pemuda memaksakan diri menyiapkan hidangan berbuka untuk pasukan.  Memang, hari itu kami berpuasa. Dan dikarenakan hal inilah juga khidmatnya kepada pasukan selama perjalanan, dia tertidur pulas. Pulas sekali hingga kami iba membangunkan.

Akhirnya, kami sendiri yang menyiapkannya dan membiarkan si pemuda tidur. Saat tidur, tiba-tiba bibirnya mengembang menghiasi wajahnya.

”Lihatlah, ia tersenyum!” kataku pada teman keheranan.

Setelah bangun, aku bertanya padanya, “kawan, saat tertidur kau tersenyum. Apa gerangan mimpimu?”

“Aku mimpi indah sekali. Membuatku bahagia,” jawabnya

”Ceritakanlah padaku!” pintaku penasaran.”

📢"Aku seperti di sebuah taman hijau nan permai. Indah sekali. Pemandangannya menarik kalbuku untuk berjalan-jalan. Saat asyik berjalan, tiba-tiba aku berdiri di depan istana perak, balkonnya dari batu permata dan mutiara serta pintu-pintunya dari emas. Sayang, tirai-tirainya terjuntai, menghalangiku dari bagian dalam istana. Namun tak lama, keluarlah gadis-gadis menyingkap tirai-tirainya.

Sungguh wajah mereka bagaikan rembulan. Kutatap wajah-wajah cantik itu dengan penuh kekaguman, amboi cantiknya.”Marhaban,” kata salah seorang dari mereka tahu ku memandanginya.
Aku pun tak tahan hendak menjulurkan tangan menyentuhnya. Belum sampai tangan ini menyentuh, dia berkata, “Belum. Ini belum waktunya. Janganlah terburu-buru.”
Telingaku juga menangkap sebuah suara salah seorang mereka, “Ini suami Al Mardhiyah.”
Mereka berkata kepadaku, ”kemarilah, yarhamukalloh.”
Baru saja kakiku hendak melangkah, ternyata mereka telah berdiri di depanku.

Mereka

awaku ke atas istana. Di sebuah kamar, seluruhnya dari emas merah yang berkilauan indahnya. Dalam kamar itu ada dipan yang bertahtakan permata hijau dan kaki-kakinya terbuat dari perak putih. Dan di atasnya. . .seorang gadis belia dengan wajah bersinar lebih indah dari sekedar rembulan!!
Kalaulah Allah tidak memantapkan kalbu dan penglihatanku, niscaya butalah mataku dan hilanglah akalku karena tak kuasa menatap kecantikannya!!
“Marhaban, ahlan wa sahlan, duhai wali Allah. Sungguh engkau adalah milikku dan aku adalah milikmu” katanya menyambutku, membuatku tak terasa hendak memeluknya.
”Sebentar...Janganlah terburu-buru. Belum waktunya. Aku berjanji padamu, kita bertemu besok selepas sholat dhuhur. Bergembiralah,”
sang pemuda mengakhiri kisahnya.

🔖Lalu, aku berusaha membangkitkan himmahnya,
“Kawan, mimpimu begitu indah. Engkau akan melihat kebaikan nantinya.” Kami pun bermalam dengan perasaan takjub dan kagum akan mimpi sang pemuda.

📍Esok hari, kami bersiap menghadapi kaum kafir. Barisan diluruskan, formasi dan strategi dimatangkan, senjata tergenggam kuat dan tali kekang kuda dipegang erat.

Semangat pun semakin berkobar saat mendengar hasungan,
“wahai segenap para tentara Allah, tunggangilah kuda-kuda kalian. Bergembiralah dengan jannah. Majulah kalian, baik terasa ringan oleh kalian ataupun terasa berat.”

Tak lama, skuadron pasukan kuffar tiba di hadapan kami. Banyak sekali, bagaikan belalang yang menyebar kemana-mana.Perang campuh pun terjadi. Kesunyian pagi hari sontak terpecah oleh teriakan skuadron kuffar dan gema takbir kaum muslimin.
Suara senjata yang saling beradu, berbaur dengan riuh rendah suara para prajurit yang sedang bertaruh nyawa.

Tiba-tiba aku mengkhawatirkan pemuda itu. Iya, dimana pemuda itu…Dimana pemuda itu ? Ku berusaha mencari di tengah medan laga. Ternyata dia di barisan depan pasukan muslimin. Dia merangsek maju, menyibak skuadron kuffar dan memporak porandakan barisan mereka.

Dia bertempur dengan hebatnya. Dia mampu melumpuhkan begitu banyak pasukan kuffar. Namun begitu, tetap saja hati ini tak tega melihatnya. Aku segera menyusulnya di depan.

“Kawan, kau masih terlalu muda. Kau tak tahu betapa liciknya pertempuran. Kembalilah ke belakang,”
teriakku mencoba menyaingi suara riuh pertempuran, sambil menarik tali kekang kudanya.

“Paman, tidakkah kau membaca ayat {{ wahai segenap kaum mukmin, jika kalian telah bercampuh dengan kaum kuffar, maka janganlah kalian mundur ke belakang }} [Al Anfal:15]. Sudikah engkau aku masuk neraka ?” serunya menimpali.

Saat kucoba memahamkannya, serbuan kavelari kuffar memisahkan kami. Aku berusaha mengejarnya, namun sia-sia. Peperangan semakin bergejolak.

Dalam kancah pertempuran, terdengarlah derap kaki kuda diiringi gemerincing pedang dan hujan panah. Lalu mulailah kepala berjatuhan satu persatu. Bau anyir darah tercium dimana-mana. Tangan dan kaki bergelimpangan. Dan tubuh tak bernyawa tergeletak bersimbah darah. Demi Allah, perang itu telah menyibukkan tiap orang akan dirinya sendiri dan melalaikan orang lain. Sabetan dan kilatan pedang di atas kepala yang tak henti-hentinya, menjadikan suhu memuncak. Kedua pasukan bertempur habis-habisan.

▪Saat perang usai, aku segera mencari si pemuda. Terus mencari di medan laga. Aku khawatir dia termasuk yang terbunuh. Aku berkeliling mengendarai kuda di sekitar kumpulan korban. Mayat demi mayat, sungguh wajah mereka tak dapat dikenali, saking banyaknya darah bersimbah dan debu menutupi.

Dimana sang pemuda ? Aku terus melanjutkan pencarian. Dan tiba-tiba aku mendengar suara lirih,
”Kaum muslimin, panggilkan pamanku Abu Qudamah kemari!”

Itu suaranya, teriakku dalam kalbu. Kucari sumber suara, ternyata benar, si pemuda. Berada di tengah-tengah kuda bergelimpangan. Wajahnya bersimbah darah dan tertutup debu.  Hampir aku tak mengenalnya.

💦Aku segera mendatanginya. “Aku di sini! Aku di sini! Aku Abu Qudamah!” isakku tak kuasa menahan tangis.

Aku sisingkan sebagian kainku dan mengusap darah yang menutupi wajah polosnya.

”Paman, demi Rabb ka’bah, aku telah meraih mimpiku. Akulah putra ibu pemilik

kepang itu. Aku telah berbakti padanya, ku kecup keningnya dan ku hapus debu dan darah yang terkadang mengalir diwajahnya,” kenangnya.

💦Sungguh aku benar-benar tak kuasa dengan kejadian ini.
“Kawan, janganlah kau lupakan pamanmu ini. Berilah dia syafa’at nanti di hari kiamat.”

“Orang sepertimu tak kan pernah kulupakan.”
”Jangan!” serunya lagi saat kucoba mengusap wajahnya.

“Jangan kau usap wajahku dengan kainmu. Kainku lebih berhak untuk itu. Biarkanlah darah ini mengalir hingga aku menemui Rabb-ku, paman."

"Paman, lihatlah, bidadari yang pernah kuceritakan padamu ada di dekatku. Dia menunggu ruhku keluar. Dengarkanlah kata-katanya; 'sayang, bersegeralah. Aku rindu.'

"Paman, demi Allah, tolong bawalah bajuku yang berlumuran darah ini untuk Ummi. Serahkanlah padanya, agar beliau tahu aku tak pernah menyia-nyiakan petuahnya. Juga agar beliau tahu aku bukanlah pengecut melawan kaum kafir yang busuk itu. Sampaikanlah salam dariku dan katakan hadiahmu telah diterima Allah. Paman, saat berkunjung ke rumah nanti, kau akan bertemu adik perempuanku. Usianya sekitar sepuluh tahun. Jika aku datang, ia sangat gembira menyambutku. Dan jika aku pergi, ia paling tidak mau kutinggalkan."

"Saat ku meninggalkannya kali ini, ia mengharapkanku cepat kembali. “Kak, cepat pulang, ya.” Itulah kata-katanya yang masih terngiang di telingaku. Jika engkau bertemu dengannya, sampaikan salamku padanya dan katakan; 'Allah-lah yang akan menggantikan kakak sampai hari kiamat, ”
kata-katanya terus membuat air mataku meleleh.

💦Menetes dan terus menetes membuat aliran sungai di pipi.
”Asyhadu alla ilaaha illalloh, wahdahu laa syarikalah, sungguh benar janji-Nya. Wa asyhadu anna muhammadarrosululloh. Inilah apa yang dijanjikan Allah dan rasul-Nya dan nyatalah apa yang dijanjikan Allah dan rasul-Nya,”
itulah kata-kata terakhirnya sebelum ruh berlepas dari jasadnya.

Lalu aku mengkafaninya dan menguburkannya.
Aku harus segera ke Recca, tekadku. Aku segera pergi ke Recca. Tak lain dan tak bukan tujuanku hanyalah ibu si pemuda.

Celakanya aku, aku belum mengetahui nama si pemuda dan dimana rumahnya. Aku berkelililing ke seluruh kota Recca. Setiap sudut, gang dan jalan ku telusuri. Dan akhirnya aku mendapatkan seorang gadis mungil. Wajahnya bersinar mirip si pemuda.

Ia melihat-lihat setiap orang yang berlalu di depannya. Tiap kali melihat orang baru datang dari bepergian, ia bertanya,
“Paman, anda datang darimana?”

“Aku datang dari jihad,” kata lelaki itu.

“Kalau begitu kakakku ada bersamamu?” tanyanya

“Aku tak kenal, siapa kakakmu.” kata lelaki itu sambil berlalu.

Lalu lewatlah orang kedua dan tanyanya, “Paman, anda datang dari mana?”

“Aku datang dari jihad,” jawabnya.

“Kakakku ada bersamamu?”, tanya gadis itu.

“Aku tak kenal, siapa kakakmu.” jawabnya sambil berlalu.

💦Gadis itu pun tak bisa menahan rindu kepada sang kakak. Sambil terisak-isak, dia berkata,
”mengapa mereka semua kembali dan kakakku tak kunjung kembali?”

Aku iba kepadanya. Ku coba menghampiri tanpa membawa ekspresi kesedihan.
“Adik kecil, bilang sama Ummi, Abu Qudamah datang.”

Mendengar suaraku, sang ibu keluar.
”Assalamu’alaiki,” salamku.”Wa’alaikum salam,” jawabnya.

“Engkau ingin memberiku kabar gembira atau berbela sungkawa?” lanjutnya.

“Maksud, ibu ?”

“Jika putraku datang denga selamat, berarti engkau berbela sungkawa. Jika dia mati syahid, berarti engkau kemari membawa kabar gembira,” terangnya.

”Bergembiralah. Allah telah menerima hadiahmu.”

Ia pun menangis terharu.
“Benarkah?”
“Iya."
Benar-benar ia tak kuasa menahan tangis.

”Alhamdulillah.Segala puji milik Allah yang telah menjadikannya tabunganku di hari kiamat,” pujinya kepada Zat Yang Maha Kuasa.

Para sahabat Abu Qudamah mendengarkan kisahnya dengan penuh kekaguman.

”Lalu gadis kecil itu bagaimana?” tanya salah seorang dari mereka.

”Dia mendekat kepadaku. Dan kukatakan padanya,
'Kakakmu menitipkan salam padamu dan berkata; 'Dik, Allah-lah yang menggantikanku sampai hari kiamat nanti”.

💦 Tiba-tiba dia menangis sekencang-kencangnya. Wajahnya pucat. Terus menangis hingga tak sadarkan diri. Dan

telah itu nyawanya tiada.

☔Sang ibu mendekapnya dan menahan sabar atas semua musibah yang menimpanya. Aku benar-benar terharu melihat kejadian ini. Aku serahkan padanya sekantong uang, berharap bisa mengurangi bebannya. Sang ibu pun melepas kepergianku.  Aku meninggalkan mereka dengan kalbu yang penuh kekaguman, ketabahan sang ibu, sifat ksatria sang pemuda dan cinta gadis kecil itu kepada kakaknya…(SELESAI)
—————————————————————-

🌻Ya Rohman Ya Rohiim Kabulkanlah seuntai do’a kami. Memang terasa berat meniti jalan jannah-Mu. Syahwat yang selalu menyambar, Syubhat yang terus menghantam, setan yang tak pernah menyerah dan nafsu jahat yang senantiasa memberontak. Sedangkan kalbu ini lemah, ya Rabb.
Kalaulah bukan karena-Mu, tidaklah kami ini berislam. Tidak pula mengerjakan sholat, tidak pula bersedekah. Teguhkanlah kaki kami di atas jalan-Mu ini !

————————————————–
Oleh Al-Akh Yahya Al-Windany
Diterjemahkan dengan beberapa editing tanpa merubah tujuan dan makna dari Kitab ‘Uluwwul Himmah indan Nisaa’, 212-217.

Lihat juga:
1. Masyari’ul Asywaqi ila Mashori’il Usysyaqi: 1/285-290.2.

Sifatush Shofwah: 2/369-3703.

Tarikh Islam: 1/214-215
————————————————–
Semoga Bermanfaat ! Baarakallahufiykum.

Di kutip dari: Postingan abu Tsabit di Majmu’ah WIC (warta ikhwah cikarang)
WA TIC (Tholibul Ilmi Cikarang)

http://www.darussalaf.or.id/sirah/paman-lihatlah-bidadari-yang-pernah-kuceritakan-padamu-ada-di-dekatku-dia-menunggu-ruhku-keluar/