Rabu, 11 Januari 2023

TAUBATNYA KA'AB BIN MALIK

 TAUBATNYA KA'AB BIN MALIK

يا رَسولَ اللَّهِ، إنَّ اللَّهَ إنَّما نَجَّانِي بالصِّدْقِ، وإنَّ مِن تَوْبَتي أنْ لا أُحَدِّثَ إلَّا صِدْقًا ما بَقِيتُ
 _"Wahai Rasulullah, sungguh, Allah hanya akan menyelamatkanku dengan kejujuran. Dan diantara bentuk taubat saya, bahwa saya berjanji untuk tidak berkata kecuali perkataan jujur selama hidupku."_ 

-Kata sahabat Ka'ab bin Malik-


PEMBUKAAN KISAH KA'AB

Ka'ab bin Malik رضي الله عنه berkisah, "Aku tidak pernah tertinggal dari peperangan bersama Rasulullah ﷺ sama sekali kecuali perang Tabuk dan perang Badar.

Hanya saja dalam perang Badar, tak seorang pun dicela Iantaran tiada turut serta dalam perang tersebut.

Sebab, kala itu beliau bersama kaum muslimin keluar untuk menghadang rombongan dagang Quraisy (yang tidak bersenjata, dari Syam yang dipimpin oleh Abu Sufyan sebelum masuk Islam).

Tanpa diduga, Allah mempertemukan rombongan beliau dengan musuh (kaum musyrikin Quraisy siap tempur yang diminta Abu Sufyan untuk membantu, setelah ia mengetahui rencana Rasulullah ﷺ untuk menghadangnya. Rombongan dagang Abu Sufyan sendiri selamat, karena menempuh jalan lain). 

Sungguh, aku telah turut serta dalam pertemuan malam Aqabah bersama Rasulullah ﷺ, melakukan ikrar janji setia membela lslam.

Dan aku tidak lebih senang mengikuti perang Badar tanpa mengikuti perjanjian Aqabah. Walaupun, perang Badar lebih masyhur di kalangan kaum muslimin dari pada malam Aqabah. 

Keadaanku saat itu, ketika tertinggal dari perang Tabuk, saya dalam kondisi yang kuat dan lapang.

Bahkan sebelumnya, saya sama sekali belum pernah merasa lebih kuat atau lebih mudah seperti waktu itu.

Demi Allah, saat itu saya memiliki dua kendaraan, yang sebelumnya belum pernah memiliki dua sekaligus.


RASULULLAH ﷺ BERANGKAT KE TABUK

Adalah kebiasaan strategi Rasulullah ﷺ apabila hendak menyerang suatu daerah kafir, beliau mengesankan untuk menuju daerah Iain.

Berbeda dengan perang Tabuk ini. Beliau ﷺ menjelaskan secara terang-terangan kepada kaum muslimin, dan menegaskan tentang niat beliau dalam peperangan ini (yaitu menyerang Romawi, negara adi daya saat itu). Tujuan beliau, agar kaum muslimin melakukan persiapan penuh. 

Di mana dalam perang ini, Rasulullah ﷺ berangkat menuju medan perang Tabuk dalam cuaca yang sangat panas, menghadapi liku perjalanan yang jauh dan suIit, juga menghadapi musuh yang jumlahnya sangat besar.

Karenanya, beliau merasa perlu memberitahukan kepada kaum muslimin kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi. 

Waktu itu, jum|ah kaum muslimin yang ikut perang Tabuk sangat banyak. Sehingga buku daftar pasukan tidak muat mencatat nama-nama mereka.

Sedikit sekali kaum muslimin yang absen tidak ikut perang.

Orrang yang ingin absen pun yakin bahwa Rasulullah ﷺ tidak akan mengetahuinya, selama wahyu Allah tidak turun mengabarkan kepada beliau ﷺ.

Rasulullah ﷺ berangkat dalam peperangan ini bertepatan ketika buah-buahan sedang dalam masa panen dan ranum, orang merasa nyaman saat berada di bawah naungannya. Karena itu, hati saya lebih condong kepadanya.

Tatkala Rasulullah ﷺ dan kaum muslimin mempersiapkan segala sesuatunya, saya pun bergegas keluar guna mempersiapkan diri bersama beliau ﷺ.

Namun, saya kembali dengan tangan hampa, tanpa menghasilkan apa-apa.

Dalam batin saya berkata, "Saya mampu mempersiapkannya, kapan saja saya menginginkannya.”

Hal demikian terus berlangsung. Saya selalu menunda mempersiapkan perlengkapan perang. Sampailah pada puncak persiapan kaum muslimin.

Akhirnya, saat pagi hari Rasulullah ﷺ dan kaum muslimin berangkat. Sedang saya belum mempersiapkan apapun.

Lalu saya keluar (untuk mencari perlengkapan), tetapi saya kembali dengan tangan kosong. Hingga kaum muslimin bertambah jauh dan mereka telah benar-benar pergi.

Saat itu, saya putuskan untuk segera berangkat dan menyusul mereka.

Malang nian, seandainya saya bersungguh-sungguh segera melakukannya.

Kemudian akhirnya, ternyata hal itu memang tidak ditakdirkan untukku.

Akhirnya saya sangat sedih, setiap ke luar rumah, setelah keberangkatan Rasulullah ﷺ, saya tidak mendapatkan panutan dalam hal ini. Kecuali orang-orang yang memang terkenal sebagai munafik. Atau orang-orang lemah yang mendapatkan udzur dari Allah untuk tidak ikut berperang.

Rasulullah ﷺ tidak pernah menyebut-nyebut namaku sebelum sampai di Tabuk.

Saat tiba di Tabuk, beliau ﷺ duduk-duduk bersama para shahabat, barulah beliau ﷺ bertanya:
ما فَعَلَ كَعْبٌ بن مالك؟
”Apa yang dilakukan Ka'ab bin Malik?"

Salah seorang dari Bani Salimah menjawab, "Wahai Rasulullah, ia ditahan oleh pakaian, dan senang melihat-Iihat pakaiannya."

Maka Mu’adz bin Jabal menimpali:
بئْسَ ما قُلْتَ!
”Alangkah jeleknya apa yang engkau katakan itu!"

واللَّهِ يا رَسولَ اللَّهِ ما عَلِمْنَا عليه إلَّا خَيْرًا، 
Demi Allah, wahai Rasulullah, kami tidak mengetahui tentang dirinya kecuali kebaikan."

Rasulullah ﷺ pun diam.

Pada saat itulah, beliau ﷺ melihat bayang-bayang seorang Iaki-laki berpakaian putih sedang berjalan di kejauhan. Timbul tenggelam oleh fatamorgana.

Rasulullah ﷺ bersabda, "ltu Abu Khaitsamah."

Ternyata benar, orang itu adalah Abu Khaitsamah Al-Anshari. Dialah orang yang bersedekah dengan segantang kurma, yang kemudian orang-orang munafik mengejeknya.


RASULULLAH ﷺ PULANG DARI TABUK

Tatkala sampai berita kepadaku
bahwa Rasulullah ﷺ berada dalam perjalanan pulang dari Tabuk, maka kesusahan pun mulai menyelimutiku.

Aku pun mulai mereka-reka alasan apa yang dapat menyelamatkanku dari beIiau ﷺ.

Aku juga meminta bantuan keluargaku mencari alasan dan jalan keluar yang terbaik.

Namun, ketika mendengar bahwa Rasulullah ﷺ sudah dekat, hilanglah segala kebohongan yang aku siapkan.

Aku sangat yakin, bahwa tidak ada alasan apapun yang dapat menyelamatkanku dari beliau ﷺ selamanya.

Karena itu, aku akan mengatakan yang sebenarnya.

Keesokan harinya, Rasulullah ﷺ tiba.

Biasanya, bila beliau ﷺ pulang dari bepergian, beliau ﷺ masuk ke masjid terlebih dahulu, lalu shalat dua rakaat. Kemudian beliau ﷺ duduk bersama kaum muslimin yang menyambut beliau ﷺ.

Saat itulah, orang-orang yang tidak mengikuti perang Tabuk datang menyampaikan alasan. Bahkan mereka bersumpah di hadapan beliau ﷺ. Jumlah mereka lebih dari 80 orang.

Rasulullah ﷺ pun menerima apa yang mereka kemukakan. Beliau ﷺ juga mengambil janji dari mereka, serta memintakan ampun untuk mereka. Sedangkan isi hati mereka yang sebenarnya, beliau ﷺ serahkan kepada Allah.


KEIKHLASAN DAN KEJUJURAN KA'AB

Lalu saya datang. Ketika saya ucapkan salam, beliau ﷺ tersenyum marah. Lalu berkata, "Kemarilah."

Saya mendekat hingga berada di hadapan beliau ﷺ.

"Apa yang membuatmu tidak ikut? Bukankah kamu telah membeli kendaraan?”

“Ya Rasulullah, seandainya saya berhadapan dengan selain engkau, saya mampu beralasan dan selamat dari kemarahannya. Karena saya orang yang pandai berdebat. Akan tetapi, saya sekarang berhadapan dengan engkau. Jika saat ini saya memberikan alasan palsu agar engkau tidak marah, saya khawatir setelah itu Allah menjadikan engkau marah pada saya.

Dan Jika saya berkata jujur yang bisa jadi engkau berprasangka sesuatu, saya berharap akan mendapatkan ampunan dari Allah.

Demi Allah, saya tidak mempunyai alasan apapun untuk tidak ikut berperang. Saat itu, kondisi ekonomi dan fisik yang ada pada saya sangat baik.”

Rasulullah ﷺ bersabda:
أمَّا هذا فقَدْ صَدَقَ
"Adapun orang ini, ia telah berkata jujur."

"Pergilah wahai Ka'ab, tunggulah keputusan Allah." Lanjut beliau ﷺ.

Beberapa lelaki dari Bani Salimah berjalan mengikuti saya. Mereka berkata, "Demi Allah, kami belum pernah melihatmu berbuat dosa sebelum ini. Mengapa kamu tidak mengajukan alasan kepada Rasulullah ﷺ, sebagaimana orang-orang yang tidak ikut berperang itu mengemukakan alasannya. Sungguh, istighfar Rasulullah ﷺ sudah cukup mengampuni dosamu."

Mereka terus menyalahkan tindakan saya sampai timbuI keinginan dalam diri untuk kembali kepada Rasulullah ﷺ dan berkata bohong kepada beliau.

Saya bertanya kepada mereka, "Adakah orang lain yang mengalami hal seperti saya?" 

Mereka menjawab, "Ada. Dua orang yang menyampaikan kepada Rasulullah ﷺ seperti apa yang engkau sampaikan kepada beliau. Beliau ﷺ pun berkata kepada mereka seperti yang dikatakan kepadamu.’ 

”Siapakah mereka?" 

“Murarah bin Rabi’ah Al Amiri dan Hilal bin Umayah Al-Waqifi.’

Mereka menyebutkan dua orang shalih yang ikut perang Badar. Merekalah teladan. Saya pun lantas bergegas pergi ketika mereka menyebutkan kedua orang ini.


KA'AB DIBOIKOT

Lalu, Rasulullah ﷺ melarang para shahabat untuk berbicara dengan kami bertiga. Orang-orang pun menghindari kami.

Sikap mereka berubah terhadap kami. Sampai-sampai, saya merasakan bumi berubah. Bukan lagi bumi yang sebelumnya saya kenal.

Keadaan seperti ini berlangsung selama lima puluh hari.

Dua teman saya, Murarah dan Hilal, hanya menetap di rumah masing-masing dan terus menerus menangis.

Sementara saya, orang yang berusia paling muda dan paling kuat di antara kami bertiga, masih menghadiri shalat berjamaah bersama kaum muslimin dan pergi ke pasar.

Saya tetap melakukan itu, meski tidak ada seorang pun yang mau berbicara dengan saya.

Saya juga mendatangi Rasulullah ﷺ. Saya ucapkan saIam kepadanya ketika beliau ﷺ masih di tempat duduk sesaat selepas shalat.

Saya berkata dalam hati, "Apakah beliau menggerakkan bibirnya untuk menjawab salam atau tidak?”

Kemudian saya mengerjakan shalat di dekat beliau sambil melirik kepada beliau.

Saat saya tidak menoleh ke arah beliau, beliau memandang saya. Namun, jika saya memandang beliau, beliau berpaling.

Perlakuan keras ini saya rasakan cukup lama.

Pernah saya berjalan gontai menuju kebun Abu Qatadah dan saya panjat pagarnya. Dia adalah sepupu saya, orang yang paling saya cintai. Saya mengucapkan salam kepadanya. Akan tetapi, ia sama sekali tidak menjawab salam saya.

Saya pun berkata kepadanya, "Abu Qatadah, saya bertanya kepadamu, dengan bersumpah atas Nama Allah, apakah engkau mengetahui bahwa saya mencintai Allah dan RasuI-Nya?"

Dia hanya diam. Saya mengulangi pertanyaan itu padanya.

Dia menjawab, "Allah dan Rasul-Nya Iebih mengetahui."

Air mataku langsung jatuh bercucuran. Aku pun pergi dengan memanjat pagar.


SURAT RAJA GHASSAN

Pada suatu hari, ketika saya berjalan di pasar Madinah, seorang petani dari penduduk Syam yang biasa menjual makanan ke Madinah berkata, ”Siapakah yang bisa menunjukkan saya kepada Ka’ab bin Malik?"

Orang-orang menunjuk kepada saya.

Lalu, ia mendatangi saya. Disodorkannya surat dari Raja Ghassan.

Saya baca isinya yang berbunyi sebagai berikut, "Kami telah mendengar bahwa temanmu (Muhammad) telah bersikap keras kepadamu, padahal Allah tidak akan menjadikanmu berada di tempat yang hina dan terlantar. Oleh karena itu, bergabunglah dengan kami, kami akan menolongmu."

Selesai saya baca, dalam hati saya berkata, "Surat ini juga bagian dari cobaan."

Saya pun pergi ke tempat pembakaran. Surat itu saya bakar.


PERINTAH MENJAUHI ISTRI

Keadaan seperti ini sudah
berlangsung selama empat puluh hari, dan wahyu belum juga turun.

Tak berapa lama, utusan Rasulullah ﷺ mendatangi saya dan berkata, ”Rasulullah ﷺ memerintahkan kepadamu untuk menjauhi istrimu."

”Apakah saya harus menceraikannya, atau apa yang harus saya perbuat terhadapnya?"

Ia menjawab, ”Tidak, tapi jauhilah dia."

Rasulullah ﷺ juga mengutus kepada dua temanku, dengan perintah yang sama.

Aku pun berkata kepada istriku, "Pergilah kepada keluargamu. Tetaplah bersama mereka hingga Allah memberikan keputusan tentang masalah itu."

Sementara istri Hilal bin Umayah menemui Rasulullah ﷺ meminta keringanan, "Ya RasuIuIIah, Hilal bin Umayah adalah orang yang sudah lanjut usia dan tidak mempunyai pelayan. Apakah engkau tidak suka bila saya membantunya?"

Rasulullah ﷺ menjawab, ”Tidak mengapa. Tapi jangan sampai dia mendekatimu."

Istri Hilal berkata, "Demi Allah, ia sudah tidak memikirkan apa-apa lagi. Sejak peristiwa itu sampai saat ini, ia tidak berhenti menangis."

Beberapa keluarga saya berkata kepada saya, "Sebaiknya kamu meminta izin kepada Rasulullah ﷺ, karena beliau telah memberikan izin kepada istri Hilal untuk membantunya."

Saya jawab, "Saya tidak akan meminta izin kepada Rasullah ﷺ untuk istri saya. Entahlah, saya tak tahu, apa yang akan dikatakan oleh Rasulullah ﷺ jika saya meminta izin kepada beliau untuk istri saya, sementara saya masih muda begini.”


DITERIMANYA TAUBAT KA'AB

Keadaan seperti ini berlangsung selama sepuluh hari, sehingga genap lima puluh hari sejak sanksi larangan dari berbicara dengan kami diberlakukan.

Pada hari kelima puluh, saya melakukan shalat Shubuh di loteng rumah.

Ketika saya duduk dalam keadaan yang seperti Allah sebutkan dalam Al Qur'an; sedih nan mendalam, bumi nan membentang luas pun terasa sempit menghimpit, tiba-tiba saya mendengar suara orang yang berteriak dari atas gunung Sal'in:
يا كَعْبُ بنَ مَالِكٍ، أبْشِرْ!
"Wahai Ka'ab bin Malik, bergembiralah!" katanya.

Mendengar suara itu, saya langsung bersujud. Saya tahu bahwa berita gembira telah datang.

Selesai shalat Shubuh, Rasulullah ﷺ menyampaikan kepada kaum muslimin bahwa Allah سبحانه وتعالى telah menerima taubat kami.

Orang-orang pun berhamburan memberitahukannya kepada kami. Ada yang datang dengan memacu kudanya. Ada pula seorang dari Bani Aslam datang berlari melewati gunung sambil berteriak. Dan suara lebih cepat dari pada kuda.

Ketika orang yang memberikan kabar gembira sampai ke rumah saya, saya pun langsung melepas dua pakaian yang saya pakai, lalu saya kenakan kepadanya.

Padahal saat itu, saya tidak mempunyai pakaian yang lain.

Lalu saya meminjam pakaian dan berangkat untuk menemui Rasulullah ﷺ.

Kaum muslimin mengucapkan selamat kepada saya secara bergantian.

Mereka berkata, "Bergembiralah dengan penerimaan taubat dari Allah."

Saya masuk ke masjid. Saat itu Rasulullah ﷺ sedang duduk dikelilingi para shahabat.

Melihat saya datang, Thalhah bin Ubaidilah berdiri berjalan cepat untuk menyambut. la menyalami dan mengucapkan selamat kepada saya.

Selain dia, tidak ada orang Muhajirin yang berdiri untuk menyambut saya. Saya akan selalu mengingatnya, karena kebaikan yang ia perbuat tersebut. 

Ketika aku mengucapkan salam kepada Rasulullah ﷺ beliau menjawab dengan muka berseri-seri, "Bergembiralah dengan hari yang terbaik sejak ibumu melahirkanmu."

Saya bertanya, ”Ya Rasulullah, dari engkau atau dari Allah?"

Beliau ﷺ menjawab, "Bukan dari saya, tapi dari Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung."

Apabila bergembira, wajah Rasulullah Shalallahu 'Alahi Wa Salam bersinar bagaikan rembulan.

Kami bisa mengetahui hal itu melalui wajah beliau.

Ketika saya duduk di depan beliau, saya berkata, "Ya Rasulullah, di antara taubat saya (sebagai rasa syukur), saya sedekahkan harta saya untuk AIIah dan Rasul-Nya."

Rasulullah Shalallahu 'Alahi Wa Salam bersabda, "Biarkan sebagian hartamu tetap menjadi milikmu. Itu akan lebih baik bagimu."

Saya berkata, "Baik. Saya tahan bagianku yang di Khaibar wahai Rasulullah."

Sungguh, Allah Yang Maha Tinggi telah menyelamatkan saya lantaran berkata jujur.

Diantara bentuk taubat saya, bahwa saya berjanji untuk selalu berkata jujur selama hayat masih dikandung badan. Selama saya hidup."

Demi Allah, saya tidak mengetahui, bahwa ada seorang saja dari kaum muslimin yang dikaruniai nikmat oleh Allah lebih baik karena kejujuran daripada yang diberikan kepadaku, semenjak saya berjanji untuk selalu berkata jujur kepada Rasulullah ﷺ.

Demi Allah, saya tidak pernah berbohong sejak mengatakan hal itu kepada Rasulullah ﷺ hingga hari ini. Semoga Allah memelihara saya pada sisa umurku.


ASBABUN NUZUL

Tentang peristiwa ini, Allah سبحانه وتعالى menurunkan firman-Nya:

لَقَدْ تَابَ اللَّهُ عَلَى النَّبِيِّ وَالْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ فِي سَاعَةِ الْعُسْرَةِ مِنْ بَعْدِ مَا كَادَ يَزِيغُ قُلُوبُ فَرِيقٍ مِنْهُمْ ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ إِنَّهُ بِهِمْ رَءُوفٌ رَحِيمٌ (117)

  "Sesungguhnya Allah telah menerima taubat Nabi, orang-orang Muhajirin dan orang-orang Anshar, yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima taubat mereka itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka.

وَعَلَى الثَّلَاثَةِ الَّذِينَ خُلِّفُوا حَتَّى إِذَا ضَاقَتْ عَلَيْهِمُ الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ وَضَاقَتْ عَلَيْهِمْ أَنْفُسُهُمْ وَظَنُّوا أَنْ لَا مَلْجَأَ مِنَ اللَّهِ إِلَّا إِلَيْهِ ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ لِيَتُوبُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ (118) 
Dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan taubat mereka), hingga apabila bumi telah menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas dan jiwa mereka pun telah sempit (pula terasa) oleh mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah, melainkan kepada-Nya saja. Kemudian Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya. Sesungguhnya Allah-lah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ (119)
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kalian bersama orang-orang yang berlaku jujur.”
[Q.S. At-Taubah: 117-119].

Demi Allah, tidak ada nikmat Allah yang lebih besar bagi saya, setelah Allah memberikan petunjuk Islam kepada saya, selain sikap jujur saya kepada Rasulullah ﷺ. Sehingga saya tidak binasa, sebagaimana yang dialami oleh mereka yang membohongi beliau. Allah berfirman tentang mereka dengan nada yang sangat menghinakan. 

سَيَحْلِفُونَ بِاللَّهِ لَكُمْ إِذَا انْقَلَبْتُمْ إِلَيْهِمْ لِتُعْرِضُوا عَنْهُمْ فَأَعْرِضُوا عَنْهُمْ إِنَّهُمْ رِجْسٌ وَمَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (95) 
Artinya, ”Kelak mereka akan bersumpah kepadamu dengan nama Allah, apabila kamu kembali kepada mereka, supaya kamu berpaling dari mereka. Maka berpalinglah dari mereka, karena sesungguhnya mereka itu adalah najis dan tempat mereka Jahannam, sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan. 

يَحْلِفُونَ لَكُمْ لِتَرْضَوْا عَنْهُمْ فَإِنْ تَرْضَوْا عَنْهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَرْضَى عَنِ الْقَوْمِ الْفَاسِقِينَ (96)
Mereka akan bersumpah kepadamu, agar kamu ridha kepada mereka. Tetapi jika sekiranya kamu ridha kepada mereka, maka sesungguhnya Allah tidak ridha kepada orang-orang yang fasik itu.” [QS. At-Taubah: 95-96].

Kami bertiga merupakan orang-orang yang ditangguhkan keputusannya (karena kami berkata jujur).

Berbeda dengan orang-orang yang mereka bersumpah di hadapan Nabi ﷺ dan mencari-cari alasan.

Nabi ﷺ pun menerima alasan mereka, lalu mengambil sumpah setia dan memintakan ampun untuk mereka.

وَعَلَى الثَّلَاثَةِ الَّذِينَ خُلِّفُوا حَتَّى إِذَا ضَاقَتْ عَلَيْهِمُ الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ وَضَاقَتْ عَلَيْهِمْ أَنْفُسُهُمْ وَظَنُّوا أَنْ لَا مَلْجَأَ مِنَ اللَّهِ إِلَّا إِلَيْهِ ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ لِيَتُوبُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ (118)

Itulah maksud ayat ini.

Bukan tentang tertinggalnya kami dari perang.

Wallahu a'lam.

Rujukan:
- Al Qur'an Al Karim
- Kitab At Tawwabiin Imam Ibnu Qudamah Al Maqdisy-
- Ash Shohihul Musnad min Asbabin Nuzul, Syaikh Muqbil.
- Shahih Muslim 2769
- Riyadh Ash-Shalihin, Bab 
At-Taubah. 
- Majalah Qudwah Edisi 01

https://chat.whatsapp.com/IYiVXGq08rF6owVZ5g5F3f

Sabtu, 07 Januari 2023

DOSA, TAUBAT DAN SURGA

 DOSA, TAUBAT DAN SURGA

Kata Imam Ibnul Qayyim dalam kitab Al Wabilush Shoyyib 
"Apabila Allah menghendaki kebaikan kepada seorang hamba, maka Dia akan bukakan untuknya berupa pintu-pintu taubat, rasa menyesal, hati yang luluh dan rendah hati, rasa butuh, selalu memohon kepada-Nya, jujur dalam bersandar kepada-Nya, senantiasa tunduk dan berdoa, serta berusaha mendekatkan diri kepada-Nya sekuat tenaga dengan melakukan berbagai kebaikan. Sehingga dengan kejelekan yang pernah dilakukannya, justru hal itu menjadi sebab dia mendapat rahmat-Nya.

Dengan demikian, musuh Allah, yakni iblis akan berkata, "Huh.. Kalo tahu gini, aku biarkan saja dia dan nggak akan aku jerumuskan ke dalam dosa. (Capek-capek aku kerjain dia, eh ternyata dia malah tobat dan dapat ampunan Allah!)"

 Imam Ibnul Qayyim melanjutkan, "Dan inilah makna perkataan sebagian salaf: Sungguh, seorang hamba berbuat dosa, namun justru dengan sebab itu dia masuk surga. Sebaliknya, seorang hamba berbuat baik, namun justru dengan sebab itu dia masuk neraka.'

Maka ditanyakan kepadanya, "Kok bisa seperti itu?"

Dijawab, "Hamba yang berbuat dosa tersebut senantiasa merasa takut, kasihan terhadap dirinya sendiri, bergemetar hatinya, menangis, menyesal dan malu terhadap Rabbnya, kepalanya tunduk di hadapan-Nya, hatinya hancur-lebur. Maka, dengan ini, dosanya lebih bermanfaat baginya daripada banyaknya ketaatan.

Mengapa?
Karena, dengan hal-hal di atas, seorang hamba akan mendapatkan kebahagiaan dan keberuntungan.

Maka, dengan ini, dosa yang dilakukannya menjadi sebab dia masuk surga.

Sebaliknya, seorang hamba berbuat baik. Namun, dia merasa telah memberi sesuatu untuk Rabbnya, dia merasa besar dengan kebaikan yang dilakukannya. Dia juga melihat dirinya dengan rasa ujub. Terus demikian, hingga dia berkata, "Aku sudah lakukan ini, aku sudah lakukan itu!"

Sikap dia ini mewariskan ujub, sombong, bangga diri dan merasa telah banyak berbuat. Dengan inilah dia akan binasa."

https://chat.whatsapp.com/IYiVXGq08rF6owVZ5g5F3f

Minggu, 01 Januari 2023

HUJAN SEBAB TAUBAT

HUJAN SEBAB TAUBAT

_"Jika aku keluar dari tengah-tengah manusia dalam kondisi seperti ini, maka aku akan dihinakan di hadapan banyak orang. Namun, jika aku tetap duduk, maka mereka semua akan dihalangi dari hujan."_

Lalu, orang itu memasukkan kepalanya ke dalam baju sambil menyesali semua perbuatan dosanya. 

___

Diriwayatkan bahwa, pada jaman Nabi Musa alaihis salam, Bani Israil pernah dilanda paceklik yang teramat sangat dahsyat.

Maka, mereka mendatangi Nabi Musa dan berkata, "Wahai Kalimullah (Nabi yang diajak bicara langsung oleh Allah)! Berdoalah kepada Allah supaya menurunkan hujan."

Nabi Musa kemudian mengumpulkan semua penduduk di tanah lapang dan mengajak mereka berdoa bersama.

Waktu itu, mereka berjumlah 70.000 orang lebih.

Musa berdoa, “Ya Allah! Turunkanlah hujan-Mu untuk kami. Dan ratakanlah rahmat-Mu atas kami. Kasihanilah bayi-bayi yang sedang menyusu, hewan-hewan yang kehabisan rumput dan orang tua yang lemah."

Namun, tanda-tanda hujan belumlah muncul dan langit tidak kunjung berawan. Sementara, matahari semakin menyengat.

Musa bermunajat, "Wahai Rabb-ku, jika kedudukanku di sisi-Mu telah berkurang, maka aku berdoa dengan perantara Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam yang Engkau utus di akhir zaman."

Allah mewahyukan kepadanya, "Wahai Musa, kedudukanmu di sisi-Ku tidaklah berkurang. Sungguh kedudukanmu di sisi-Ku sangatlah mulia. Hanya saja, di antara kalian ada seseorang yang bermaksiat kepada-Ku sejak 40 tahun. Maka, panggil dia agar keluar dari tengah-tengah kalian. Karena sebab dialah Aku menahan hujan."

Musa berkata, "Ilaahi wa sayyidi! Aku hamba yang lemah. Suaraku juga lemah. Bagaimana mungkin panggilanku sampai kepada 70.000 lebih manusia seluruhnya?"

Lalu Allah mewahyukan, "Kamu yang memanggil, Aku yang akan menyampaikannya."

Musa pun berdiri dan memanggil, "Wahai orang yang bermaksiat kepada Allah sejak 40 tahun, keluarlah dari tengah-tengah kami! Karena sebab kamulah kami dihalangi dari hujan."

Orang yang berbuat maksiat itu pun berdiri. Kemudian, ia melihat sekelilingnya, berharap ada orang lain yang melangkah pergi. Namun, tak seorang pun yang beranjak dari tempatnya. Maka, dia sadar, bahwa dialah yang sedang dicari.

Kemudian dia berkata kepada dirinya sendiri, "Jika aku keluar dari tengah-tengah manusia dalam kondisi seperti ini, maka aku akan dihinakan di hadapan bani Israel. Namun, jika aku tetap duduk, maka mereka semua akan dihalangi dari hujan."

Lalu, orang itu memasukkan kepalanya ke dalam bajunya sambil menyesali semua perbuatan dosanya. 

Ia berkata lirih, "Ilaahi wa sayyidi! Aku bermaksiat kepada-Mu selama 40 tahun, namun Engkau membiarkanku. Sekarang aku datang kepada-Mu dalam keadaan taat. Maka, terimalah taubatku."

Belum sempat dia menyelesaikan kata-kata penyesalannya, tiba-tiba ada awan putih yang datang. Lalu, awan itu menurunkan hujan.

Nabi Musa terkejut atas hal ini dan berkata, “Ilaahi wa sayyidi! Dengan sebab apa Engkau turunkan hujan, padahal tak seorang pun yang keluar dari tengah-tengah kami?"

"Wahai Musa, Aku menurunkan hujan melalui perantara orang yang pernah menjadi sebab Aku menahannya." Kata Allah.

"Ilaahi! Perlihatkan kepadaku orang itu." Kata Musa.

Allah menjawab:
يا موسى، إِنِي لَمْ أََفْضَحْهُ وَ هُوَ يَعْصِينِي، أَأََفْضَحُهُ وَ هُوَ يُطِيعُنِي؟!

“Wahai Musa, Sungguh Aku tidak mempermalukannya ketika dia bermaksiat kepada-Ku. Lantas bagaimana Aku mempermalukannya ketika dia berbuat taat kepada-Ku?! 

يا موسى، إِنِي أَبْغُضُ النَمّامِينَ، أَفَأَكُونُ نَمّاماً؟!
"Wahai Musa, sungguh Aku benci orang-orang yang berbuat namimah, lantas apakah Aku akan berbuat namimah?!"

(Kitab At Tawwabiin, imam Ibnu qudamah Al Maqdisy)

https://chat.whatsapp.com/IYiVXGq08rF6owVZ5g5F3f

KISAH ALI BIN ABI THALIB DAN DOA NAIK KENDARAAN

💎🚗📜KISAH ALI BIN ABI THALIB DAN DOA NAIK KENDARAAN

Ali bin Rabi'ah رحمه الله berkata:

"Aku menyaksikan Ali bin Thalib رضي الله عنه (saat itu) didatangkan kepadanya hewan tunggangan untuk dikendarai, ketika Beliau meletakkan kakinya di kendaraan Beliau mengucapkan,

(( بسم الله ))

"dengan menyebut nama Allah"

kemudian saat sudah tetap di atas kendaran Beliau mengucapkan,

(( الحمدلله ))

"segala puji hanya milik Allah"

kemudian mengucapkan,

(( سبحان الذى سخر لنا هذا و ما كنا له مقرنين. و إنا إلى ربنا لمنقلبون ))

"Masa Suci Dia Yang telah menundukkan semua ini kepada kami, padahal sebelumnya kami tidak menguasainya. Dan sesungguhnya kami benar-benar akan kembali kepada Tuhan kami"

kemudian mengucapkan,

(( الحمد لله )) x٣
"segala puji hanya milik Allah" 3x

kemudian mengucapkan,

(( الله أكبر ))
"Allah Maha Besar" 3x

kemudian mengucapkan,

((سبحانك إني ظلمت نفسي فاغفر لي فإنه لا يغفر الذنوب إلا أنت))

"Maha Suci Engkau. Sesungguhnya aku telah menzhalimi diriku sendiri, maka ampunilah aku karena sesungguhnya tidak ada yang bisa mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau"

kemudian Beliau tertawa. Lalu dikatakan kepadanya, "apa yang membuatmu tertawa wahai Amirulmukminin?" Beliau menjawab, "aku melihat Nabi ﷺ melakukan apa yang aku lakukan kemudian tertawa. Lalu aku berkata padanya, "Wahai Rasulullah! Apa yang membuat Anda tertawa?" Beliau ﷺ menjawab,

(( إن ربك يعجب من عبده إذا قال اغفر لي ذنوبي. يعلم أنه لا يغفر الذنوب غيري ))

"Sesungguhnya Tuhanmu takjub terhadap hamba-Nya apabila mengatakan, "ampunilah dosa-dosaku" dia mengetahui bahwasannya tidak ada yang bisa mengampuni dosa-dosa selain diri-Ku (Allah)"

[H.R At-Tirmidzi Abu Dawud dan dan Beliau berkata, "Hadis hasan" dan pada sebagian naskah "Hasan shahih" dan ini adalah lafadznya Abu Dawud]

📚sumber: Riyadhusshalihin no: 974

________🖋
Faedah: Telah diketahui bersama bahwasannya di antara anjuran pabrik untuk perawatan terhadap kendaraan seperti motor atau mobil adalah: ketika kendaraan itu baru dinyalakan agar jangan langsung digunakan, namun dibiarkan sesaat dahulu. Maka gunakanlah waktu jeda sesaat ini untuk membaca doa ini! Sebagai bentuk mengikuti sunnah dan lebih merawat terhadap mesin kendaraan. Sehingga tercapailah kebaikan akherat dan juga kebaikan dunia.
بارك الله فيكم

▪▪◾◾◼◼◾◾▪▪

📱 Majmu'ah Raudhatul Anwar menyajikan faedah-faedah ilmiyyah sesuai dengan manhaj Salafus Sholih
↘🌏 Join Channel telegram:
🔘 📠 https://t.me/RAUDHATULANWAR
📬 Saran, kritik, atau pertanyaan: 085211102667 / 082322152812