ANTARA HIDUP DAN MATI
يا قَدِيمَ الإِحْسانِ، لَكَ الحَمْدُ
_"Wahai Dzat yang senantiasa langgeng kebaikan-Nya, hanya untuk-Mulah segala pujian."_
-Kata seorang hamba setelah mengalami peristiwa antara hidup dan mati-
https://chat.whatsapp.com/JM35pS1VVYNJ80b5KOMyXP
___
Al Qodhi Abu Ali at-Tanukhi mengkisahkan..
Dulu di daerah Syam, tepatnya di gerbang masuk arah sebelah barat Baghdad, ada seorang lelaki yang terkenal zuhud dan ahli ibadah.
Orang-orang silih-berganti berkunjung mendatanginya.
Ia pernah bercerita kepadaku..
Dulu, aku merupakan budak yang dimiliki oleh sebagian anggota militer roma.
Dialah yang merawat, mendidik, serta melatihku bermain pedang dan beberapa peralatan perang lainnya.
Hingga akhirnya aku menjadi lelaki ksatria.
Setelah beberapa tahun mengabdi, akhirnya aku dimerdekakan.
Hingga pada saat mantan majikanku meninggal, aku ditakdirkan bisa memiliki hartanya, dan kemudian menikahi istrinya.
Aku menikahi istri mantan majikan tidak ada tujuan buruk, Allah Ta'ala mengetahui bahwa aku tidak menikahinya kecuali dengan tujuan untuk menjaganya.
Setelah pernikahan itu, aku hidup bersamanya selama beberapa waktu.
AWAL UJIAN
Suatu hari, aku melihat seekor ular yang masuk ke kamar istriku.
Melihat kejadian itu, aku pun bergegas mengejar dan berniat membunuh ular itu agar tidak membahayakan jiwa istriku.
Aku pegang ekor ular itu. Namun naas, ular itu melompat ke arahku dan langsung menggigit tanganku. "CEZZ!!"
Dengan sebab itu, tanganku yang digigit menjadi lumpuh.
Waktu terus berjalan. Sementara, aku masih dengan kondisi yang sama; memiliki satu tangan yang berfungsi, namun yang satunya masih lumpuh.
Hingga akhirnya, tiba-tiba tanganku yang satunya juga lumpuh tanpa sebab yang ku ketahui.
Lalu, setelah beberapa waktu, kedua kakiku juga lumpuh. Menyusul kemudian, mataku buta dan mulutku bisu.
Aku lalui kondisi seperti ini selama satu tahun penuh, tanpa anggota tubuh yang berfungsi, kecuali hanya pendengaranku yang hanya bisa mendengar hal-hal yang kubenci.
Di masa-masa itu aku hanya dibaringkan terlentang tanpa kemampuan berbicara, berisyarat, apalagi menggerakkan tubuhku.
Meski istriku masih merawatku, namun karena kondisiku yang tak berdaya dan cuma bisa mendengar, seringkali aku diberi minum di saat aku belum haus, diberi makan saat aku masih kenyang, dan tapi justru ditinggalkan saat aku begitu lapar dan haus.
Setelah berjalan satu tahun penuh, istriku dikunjungi teman wanitanya, dia bertanya:
كَيْفَ أَبو علي لبيب؟
“Bagaimana keadaan Abu Ali Labib?"
Istriku menjawab::
لا حَيٌّ فَيُرْجَى، وَ لا مَيِتٌ فَيُسْلَى.
“Ia bukan orang hidup yang bisa diharapkan, bukan pula orang mati yang harus dilupakan.”
Perkataan istriku membuatku sangat merasa sedih dan membuat hatiku sangat sakit.
Hatiku pun menangis dan merintih kepada Allah seraya berdoa.
Sebelumnya, meskipun kondisiku sangat malang, namun aku sama sekali tidak merasakan sakit.
Lalu di penghujung hari itu, secara tiba-tiba tubuhku seakan terkena pukulan berat yang hampir membuatku binasa.
Rasa sakit ini semakin terasa dan terus terasa sampai masuknya tengah malam.
DATANGNYA PERTOLONGAN ALLAH
Namun melewati tengah malam, perlahan rasa sakit itu mulai reda.
Aku pun tidur.
Tanpa terasa, aku bangun di saat menjelang fajar, waktu sahur.
Anehnya, saat itu aku merasakan kedua tanganku berada di dadaku.
Padahal sebelumnya, selama setahun, kedua tanganku terkulai di tempat tidur. Tidak bisa menopang maupun membawa sesuatu.
Aku pun mencoba menggerakkannya.
Dan sungguh ajaib sekali!
Tanganku yang setahun penuh tidak berfungsi tiba-tiba bisa digerakkan.
Maka, aku merasa senang sekali. Dan harapanku akan karunia kesembuhan dari Allah yang sempat pupus kini bangkit kembali.
Akupun menggerakkan tanganku yang lain. Dan ternyata sudah bisa bergerak.
Mengetahui hal ini, aku mencoba menggapai dan memegang kakiku, kemudian aku gerakkan dan aku kembalikan sebagaimana semula. Aku juga melakukan hal sama pada kakiku yang lain.
Kemudian aku mencoba membalik tubuhku, ternyata berhasil.
Akhirnya aku duduk, dan mencoba berdiri dari tempat aku dibaringkan di salah satu kamar dalam rumah.
Setelah berhasil berdiri, aku berjalan mengelilingi kamar gelap itu dan berupaya menggapai tembok, sampai akhirnya aku berhasil meraih gagang pintu.
Saat itu, sama sekali tidak terlintas di benakku bahwa mataku masih ada harapan bisa sembuh.
Namun, saat aku keluar dari pintu menuju halaman rumah, ternyata aku bisa melihat langit yang sedang diterangi bintang-gemintang.
Aku langsung terkesima dan sangat bahagia sampai hampir mati dibuatnya.
Kebahagiaan yang dikaruniakan Allah membuatku tak sadar mengucap kalimat:
يا قَدِيمَ الإِحْسانِ، لَكَ الحَمْدُ
_"Wahai Dzat yang senantiasa langgeng kebaikan-Nya, hanya untuk-Mulah segala pujian."_
Kemudian aku berteriak memanggil istriku.
Dia pun datang dan terkejut serta mengucap:
أبو علي؟!
“Abu Ali?!”
Aku pun menyambutnya dengan berkata:
الساعَةَ صِرْتُ أبا علي!
“Sekarang aku menjadi Abu Ali yang sejati!"
اِسْرَجِي
"Nyalakan lampu."
Istriku pun menyalakan lampu.
جِيئِينِي بِمِقْراضٍ
"Bawakan aku gunting!”
Istriku pun membawakan gunting.
Setelah mendapat gunting yang kuminta, aku segera mencukur kumis yang menjadi identitas seorang prajurit ksatria.
Namun istriku bertanya:
ما تَصْنَع؟
“Apa yang kau lakukan?
الآنَ يَعِيبُكَ رُفَقاؤُك!
"Kau akan dicemooh teman-temanmu." Lanjutnya.
Aku pun berkata:
بَعْدَ هٰذا لا أَخْدِمُ أَحَداً غَيْرَ رَبِي.
_“Mulai detik ini, aku tidak akan berkhidmat kepada siapapun kecuali hanya kepada Rabbku.”_
Setelah kejadian itu, aku pun keluar dari rumah dan hidupku sepenuhnya hanya kupersembahkan mengabdi dan beribadah kepada Allah azza wa jalla.
Pembawa kisah ini berkata:
Sejak kejadian yang dialaminya, ia selalu membiasakan mengucap:
يا قَدِيمَ الإِحْسانِ، لَكَ الحَمْدُ
_"Wahai Dzat yang senantiasa langgeng kebaikan-Nya, hanya untuk-Mulah segala pujian."_
Beliau juga disebut-sebut sebagai orang yang terkabulkan doanya.
https://chat.whatsapp.com/JM35pS1VVYNJ80b5KOMyXP
Sumber:
Kitab At Tawwabiin karya imam Ibnu Qudamah Al Maqdisy.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar