Rabu, 08 November 2023

TAMPARAN MAYIT WANITA

TAMPARAN MAYIT WANITA

Abu Ishaq Al-Fazari bercerita..
Ada seorang laki-laki yang sering duduk bersama kami dengan setengah muka tertutup.

Maka, saya bertanya kepadanya:
إِنَّكَ تُكْسِرُ الجُلُوسَ إِلَيْنا وَ نِصْفُ وَجْهُكَ مُغَطَّى، أَطْلِعْنِي عَلَى هٰذا؟
"Anda sering duduk bersama kami dengan setengah muka tertutup. Bolehkah engkau ceritakan tentang hal ini?"

Dia berkata:
"Maukah Anda menjaga rahasia?"

Saya jawab, "Iya."

Maka, dia pun mulai bercerita...
"Dulu, saya adalah seorang penggali kubur. Aku pernah mengubur mayit seorang wanita. Setelah itu, saya datangi kuburannya. Lalu, saya menggali sampai mencapai bata. Kemudian, saya mengangkat bata itu. Setelah itu, saya ambil selendangnya dengan tangan saya. Lalu saya mengambil penutup tubuhnya dengan tangan saya.

Ketika saya hendak merentangkannya, ternyata tangan mayit wanita itu yang merentangkannya.

Maka, saya bergumam, "Nggak mungkin dia bisa mengelak."

Lalu saya berlutut dan saya mengulurkan tangannya.

Ternyata tiba-tiba saja tangan mayit wanita itu menampar saya. PLAK!!

Abu Ishaq Al Fazary berkata:
Ia pun memperlihatkan wajahnya. Ternyata benar ada bekas tamparan di wajahnya.‌‌

"Lalu apa lagi?" Tanyaku.

Dia berkata:
"Kemudian saya kembalikan penutup tubuh dan pakaian bawahnya. Lalu, saya kembalikan tanah itu."

"Dan saya bertekad untuk tidak menggali kubur lagi selama hidupku." Lanjutnya.

Abu Ishaq Al Fazary berkata:
Saya menulis tentang peristiwa itu, kemudian aku kirimkan untuk Imam Al Auza'iy.

Setelah, tulisanku sampai dan dibaca olehnya, maka beliau membalas tulisanku dan berkata:
وَيْحَكَ! سَلْهُ عَمَّنْ ماتَ مِنْ أَهْلِ التَوْحِيدِ وَ وَجْهُهُ إِلَى القِبْلَةِ أُحُوِلَ وَجْهُهُ أَمْ تُرِكَ وَجْهُهُ إِلَى القِبْلَةِ؟.
"Celaka kamu! Tanyakan kepadanya tentang orang yang meninggal dari kalangan ahli tauhid yang wajahnya menghadap kiblat, apakah wajahnya dipalingkan dari kiblat ataukah dibiarkan menghadap kiblat?"

Maka, aku bertanya kepada penggali kubur tersebut:
"Beritahu aku tentang seseorang dari orang Islam yang meninggal, apakah wajahnya dibiarkan seperti itu atau bagaimana?"

Ia menjawab:
"Mayoritas, wajah mereka dipalingkan dari arah kiblat."

Saya pun menulis surat kepada Imam Al Auza'iy tentang jawabannya.

Lalu beliau membalas surat saya dan berkata:
إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ - ثَلاثَ مَراتٍ -
"Innaa lillahi wa innaa ilaihi rojiun." -beliau katakan tiga kali-

أَمَّا مَنْ حُوِلَ وَجْهُهُ إِلَى القِبْلَةِ فَإِنَّهُ ماتَ عَلَى غَيْرِ السُنَّةِ.
"Adapun orang yang dipalingkan wajahnya dari arah kiblat, sungguh dia mati bukan di atas As Sunnah." Lanjutnya.

Https://t.me/tawwabiin/933

Sumber: kitab at Tawwabiin karya imam Ibnu Qudamah .

Sabtu, 27 Mei 2023

KISAH TOBATNYA SEORANG AYAH


💯🗒️💯🗒️💯🗒️💯🗒️💯🗒️💯🗒️



➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
💼👓  KISAH TOBATNYA SEORANG AYAH
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖


📝 Ditulis oleh: Al Ustadz Abdul Mu’thi  Sutarman Lc حفظه الله تعالى


👓 Lelaki ini tinggal di kota Riyadh (ibukota Arab Saudi), hidupnya amburadul dan tidak mengenal Allah kecuali hanya sedikit. Sejak beberapa tahun yang lalu ia tidak pernah masuk masjid dan tidak pernah sujud kepada Allah sama sekali. Akan tetapi Allah berkehendak lain akan bertobat melalui putrinya.

🗯️ Lelaki itu menceritakan dirinya:
"Dahulu aku biasa begadang sampai waktu shubuh dengan teman-teman yang jelek dalam perkara yang sia-sia (maksiat). Aku biarkan istriku merasa kesepian, kesempitan dan perasaan sakit yang hanya Alah lah yang tahu. Istriku yang Shalihah nan setia sudah tidak bisa lagi menanganiku.

Istriku tidak pelit memberi nasehat dan bimbingan kepadaku, namun usahanya sia-sia. Pada suatu malam, aku pulang dari begadangku yang sia-sia. Waktu itu jam menunjukan jam 03.00 pagi. Aku dapatkan Istri dan Putriku sudah mendengkur dalam tidurnya yang pulas. Akupun menuju kamar sebelah untuk menghabiskan waktu-waktu malam yang masih tersisa guna menonton film yang hina menggunakan alat video.

Di waktu-waktu yang mana Rabb kita (Allah) Azza wa Jalla turun (Kelangit dunia) seraya mengatakan,
“Apakah ada orang yang mau berdo’a sehingga Aku kabulkan? Adakah orang yang meminta ampun sehingga Allah ampuni? Apakah ada orang yang meminta sehingga Aku beri permintaannya?"

🚪 Tiba-tiba saat aku masih dalam kondisi yang memilukan tersebut, pintu kamar dibuka, ternyata yang membukanya adalah putriku yang masih kecil yang umurnya belum lebih dari lima tahun. Ia memandang kepadaku dengan pandangan yang penuh keheranan dan ketidaksukaan. Putriku mendahuluiku dengan berucap :
“Wahai bapak, tidak pantas kamu melakukan ini, bertakwalah kamu kepada Allah!”

Ia mengulangi ucapan itu tiga kali, lalu ia menutup pintu dan pergi…

Pikira
nku sangat kacau, lalu akupun mematikan alat video, aku duduk dalam kebingungan, kata-katanya selalu terngiang-ngiang di telingaku dan hampir-hampir membunuhku. Aku keluar menyusulnya namun dia sudah kembali ketempat tidurnya.. Aku seperti orang gila, tidak tahu apa yang menimpaku kala itu.

Peris
tiwa itu tidak berlangsung lama hingga suara muadzin dari masjd yang terdekat memecahkan keheningan malam yang mencekam, memanggil untuk menjalankan shalat subuh. Akupun berwudhu pergi ke masjid, dan waktu itu aku tidak ada keinginan kuat untuk shalat. Hanyalah yang menyibukanku dan menggoncang hatiku, kata-kata putriku yang masih kecil.

🕌 Iqa
mat di kumandangkan, imampun bertakbir dan membaca apa yang ia mampu dari al Qur’an dan saaat ia sujud, aku juga sujud di belakangnya dan meletaakkan jidatku di atas tanah.

💦 Tiba-tiba terpecah dariku tangisan yang  keras yang tidak aku tahu sebabnya. Ini adalah awal sujud  kepada Allah yang aku lakukan semenjak tujuh tahun yang lalu. Tangisan itu menjadi pembuka kebaikan bagiku. Sungguh, dengan tangisan itu keluar apa yang ada pada hatiku dari kekafiran, kemunafikan dan kerusakan.  Akupun merasa iman mulai masuk dalam kalbuku. Selesai shalat aku duduk sebentar di masjid kemudian kembali kerumah. Aku tidak mencicipi tidur sampai aku pergi ke tempat kerja.

💼 Tatkala aku masuk pada rekan kerjaku, iapun heran tentang kehadiranku yang lebih awal, karena biasanya aku datang terlambat. Ia menanyaiku tentang sebabnya, lalu akupun menceritakan kepadanya peristiwa tadi malam.

💬Rekanku berkata,
“Segala puji bagi Allah yang telah mengarahkan putrimu yang masih kecil kepadamu sehingga ia membangunkanmu dari kelalaianmu dan kematian tidak datang kepadamu dalam keadaan lalai."

🕌 Ket
ika datang waktu dzuhur, aku sangat letih karena aku belum tidur untuk waktu yang lama. Aku meminta temanku untuk menjalankan tugasku. Aku pulang kerumah untuk mengambil bagian dari waktu istirahat dalam keadaan aku merindukan putriku yang masih kecil yang menjadi sebab aku mendapat petunjuk dan kembali kepada Allah.

💦 Aku masuk kerumah dan istriku menyambutku dengan tangisan.

🗯️ Aku bertanya kepadanya, “Ada apa kamu wahai istriku?

⚡ Maka, datang jawabannya seperti halilintar,
“Putrimu telah meninggal.“

💦 Aku tidak mampu menguasai diriku karena dahsyatnya benturan musibah ini. Tangispun pecah dariku lama…

Dan ketika diriku sudah tenang, akupun sadar bahwa apa yang menimpaku tidak lain hanyalah ujian dari Allah untuk menguji keimananku, lalu akupun mengucapkan pujian kepada Allah.

📞 Kemudian aku angkat gagang telepon untuk menghubungi rekanku, aku memintanya datang untuk membantuku. Temanku datang, ia mengambil anak kecil itu lalu memandikannya dan mengafaninya. Kami menyalatinya kemudian membawanya kepekuburan.

💬Rekanku berkata kepadaku, “Tidak pantas seorang memasukan anak ini ke liang kubur kecuali kamu. ”

💦 Aku angkat anak itu sementara air mata ini terus berderai, akupun letakan ia di liang lahat…(sungguh rasanya) aku bukan sedang mengubur putriku, namun mengubur cahaya yang telah menyinari jalan hidupku.

🤲🏻 Aku memohon kepada Allah semoga putriku di jadikan penghalang bagiku dari api neraka dan semoga Allah membalas istriku yang mukminah dan sabar dengan sebaik-baik balasan.

(Diterjemahkansecara bebas dari sebuah bulletin dengan judul al’aiduna ilallah halaman 6-8)

Sumber : Majalah Qudwah Edisi 23 Vol.2 1436H/2014m
https://forumsalafy.net/kisah-tobatnya-seorang-ayah/

•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•
       🍃Turut menyebarkan:
https://t.me/syarhussunnahlinnisa
http://t.me/Arsip_PosterSSLN
https://catatanmms.wordpress.com
🖥 Https://akhwat.id

📻📡 Dengarkan••• [ VERSI BARU❗️ ]  Kajian Islam dan Murotal al-Quran setiap saat di RADIO ISLAM INDONESIA
http://bit.ly/AplikasiRadioIslamIndonesia2

🌹🌿🌹🌿🌹🌿🌹🌿🌹🌿🌹

Selasa, 16 Mei 2023

ANTARA HIDUP DAN MATI

ANTARA HIDUP DAN MATI

يا قَدِيمَ الإِحْسانِ، لَكَ الحَمْدُ
_"Wahai Dzat yang senantiasa langgeng kebaikan-Nya, hanya untuk-Mulah segala pujian."_

-Kata seorang hamba setelah mengalami peristiwa antara hidup dan mati-

https://chat.whatsapp.com/JM35pS1VVYNJ80b5KOMyXP

___
Al Qodhi Abu Ali at-Tanukhi mengkisahkan..

Dulu di daerah Syam, tepatnya di gerbang masuk arah sebelah barat Baghdad, ada seorang lelaki yang terkenal zuhud dan ahli ibadah.

Orang-orang silih-berganti berkunjung mendatanginya.

Ia pernah bercerita kepadaku..

Dulu, aku merupakan budak yang dimiliki oleh sebagian anggota militer roma.

Dialah yang merawat, mendidik, serta melatihku bermain pedang dan beberapa peralatan perang lainnya.

Hingga akhirnya aku menjadi lelaki ksatria.

Setelah beberapa tahun mengabdi, akhirnya aku dimerdekakan.

Hingga pada saat mantan majikanku meninggal, aku ditakdirkan bisa memiliki hartanya, dan kemudian menikahi istrinya.

Aku menikahi istri mantan majikan tidak ada tujuan buruk, Allah Ta'ala mengetahui bahwa aku tidak menikahinya kecuali dengan tujuan untuk menjaganya.

Setelah pernikahan itu, aku hidup bersamanya selama beberapa waktu.

AWAL UJIAN
Suatu hari, aku melihat seekor ular yang masuk ke kamar istriku.

Melihat kejadian itu, aku pun bergegas mengejar dan berniat membunuh ular itu agar tidak membahayakan jiwa istriku.

Aku pegang ekor ular itu. Namun naas, ular itu melompat ke arahku dan langsung menggigit tanganku. "CEZZ!!"
Dengan sebab itu, tanganku yang digigit menjadi lumpuh.

Waktu terus berjalan. Sementara, aku masih dengan kondisi yang sama; memiliki satu tangan yang berfungsi, namun yang satunya masih lumpuh.

Hingga akhirnya, tiba-tiba tanganku yang satunya juga lumpuh tanpa sebab yang ku ketahui. 

Lalu, setelah beberapa waktu, kedua kakiku juga lumpuh. Menyusul kemudian, mataku buta dan mulutku bisu.

Aku lalui kondisi seperti ini selama satu tahun penuh, tanpa anggota tubuh yang berfungsi, kecuali hanya pendengaranku yang hanya bisa mendengar hal-hal yang kubenci.

Di masa-masa itu aku hanya dibaringkan terlentang tanpa kemampuan berbicara, berisyarat, apalagi menggerakkan tubuhku.

Meski istriku masih merawatku, namun karena kondisiku yang tak berdaya dan cuma bisa mendengar, seringkali aku diberi minum di saat aku belum haus, diberi makan saat aku masih kenyang, dan tapi justru ditinggalkan saat aku begitu lapar dan haus.

Setelah berjalan satu tahun penuh, istriku dikunjungi teman wanitanya, dia bertanya:
كَيْفَ أَبو علي لبيب؟
“Bagaimana keadaan Abu Ali Labib?"

Istriku menjawab::
لا حَيٌّ فَيُرْجَى، وَ لا مَيِتٌ فَيُسْلَى.
“Ia bukan orang hidup yang bisa diharapkan, bukan pula orang mati yang harus dilupakan.”

Perkataan istriku membuatku sangat merasa sedih dan membuat hatiku sangat sakit.

Hatiku pun menangis dan merintih kepada Allah seraya berdoa.

Sebelumnya, meskipun kondisiku sangat malang, namun aku sama sekali tidak merasakan sakit.

Lalu di penghujung hari itu, secara tiba-tiba tubuhku seakan terkena pukulan berat yang hampir membuatku binasa.

Rasa sakit ini semakin terasa dan terus terasa sampai masuknya tengah malam.

DATANGNYA PERTOLONGAN ALLAH

Namun melewati tengah malam, perlahan rasa sakit itu mulai reda.

Aku pun tidur.

Tanpa terasa, aku bangun di saat menjelang fajar, waktu sahur.

Anehnya, saat itu aku merasakan kedua tanganku berada di dadaku.

Padahal sebelumnya, selama setahun, kedua tanganku terkulai di tempat tidur. Tidak bisa menopang maupun membawa sesuatu.

Aku pun mencoba menggerakkannya.

Dan sungguh ajaib sekali!
Tanganku yang setahun penuh tidak berfungsi tiba-tiba bisa digerakkan.

Maka, aku merasa senang sekali. Dan harapanku akan karunia kesembuhan dari Allah yang sempat pupus kini bangkit kembali.

Akupun menggerakkan tanganku yang lain. Dan ternyata sudah bisa bergerak.

Mengetahui hal ini, aku mencoba menggapai dan memegang kakiku, kemudian aku gerakkan dan aku kembalikan sebagaimana semula. Aku juga melakukan hal sama pada kakiku yang lain.

Kemudian aku mencoba membalik tubuhku, ternyata berhasil.

Akhirnya aku duduk, dan mencoba berdiri dari tempat aku dibaringkan di salah satu kamar dalam rumah.

Setelah berhasil berdiri, aku berjalan mengelilingi kamar gelap itu dan berupaya menggapai tembok, sampai akhirnya aku berhasil meraih gagang pintu.

Saat itu, sama sekali tidak terlintas di benakku bahwa mataku masih ada harapan bisa sembuh.

Namun, saat aku keluar dari pintu menuju halaman rumah, ternyata aku bisa melihat langit yang sedang diterangi bintang-gemintang.

Aku langsung terkesima dan sangat bahagia sampai hampir mati dibuatnya.

Kebahagiaan yang dikaruniakan Allah membuatku tak sadar mengucap kalimat:
يا قَدِيمَ الإِحْسانِ، لَكَ الحَمْدُ
_"Wahai Dzat yang senantiasa langgeng kebaikan-Nya, hanya untuk-Mulah segala pujian."_

Kemudian aku berteriak memanggil istriku.

Dia pun datang dan terkejut serta mengucap:
أبو علي؟!
“Abu Ali?!”

Aku pun menyambutnya dengan berkata:
الساعَةَ صِرْتُ أبا علي!
“Sekarang aku menjadi Abu Ali yang sejati!"

اِسْرَجِي
"Nyalakan lampu."

Istriku pun menyalakan lampu.

جِيئِينِي بِمِقْراضٍ 
"Bawakan aku gunting!”

Istriku pun membawakan gunting.

Setelah mendapat gunting yang kuminta, aku segera mencukur kumis yang menjadi identitas seorang prajurit ksatria.

Namun istriku bertanya:
ما تَصْنَع؟
“Apa yang kau lakukan?
الآنَ يَعِيبُكَ رُفَقاؤُك! 
"Kau akan dicemooh teman-temanmu." Lanjutnya.

Aku pun berkata:
بَعْدَ هٰذا لا أَخْدِمُ أَحَداً غَيْرَ رَبِي. 
_“Mulai detik ini, aku tidak akan berkhidmat kepada siapapun kecuali hanya kepada Rabbku.”_

Setelah kejadian itu, aku pun keluar dari rumah dan hidupku sepenuhnya hanya kupersembahkan mengabdi dan beribadah kepada Allah azza wa jalla.

Pembawa kisah ini berkata:

Sejak kejadian yang dialaminya, ia selalu membiasakan mengucap:
يا قَدِيمَ الإِحْسانِ، لَكَ الحَمْدُ
_"Wahai Dzat yang senantiasa langgeng kebaikan-Nya, hanya untuk-Mulah segala pujian."_

Beliau juga disebut-sebut sebagai orang yang terkabulkan doanya.

https://chat.whatsapp.com/JM35pS1VVYNJ80b5KOMyXP

Sumber:
Kitab At Tawwabiin karya imam Ibnu Qudamah Al Maqdisy.

Senin, 20 Februari 2023

KEJADIAN DI KUBUR

KEJADIAN DI KUBUR 

_"Aku melihat kebanyakan wajah jenazah itu dipalingkan dari arah kiblat."_

-Kata penggali kubur itu-

Diriwayatkan dari Ibnu Khubaiq, bahwa ayahnya bercerita...

Yusuf bin Asbath pernah bersahabat dengan seorang pemuda dari Jazirah.

Yusuf bin Asbath tidak pernah berbicara dengannya kecuali setelah berlalu 10 tahun.

Beliau sering melihat anak muda ini takut, gelisah dan terus-menerus beribadah siang-malam.

Setelah berlalu 10 tahun itu, beliau baru berani memulai pembicaraan dengannya.

"Apa yang pernah kamu perbuat?" Tanya Yusuf bin Asbath.

"Sungguh aku tak pernah melihatmu berhenti menangis." Lanjutnya.

Dia menjawab, "Dahulu aku adalah seorang penggali kubur."

Yusuf bertanya, "Lalu, apakah ada sesuatu yang pernah kamu lihat ketika berada di liang lahat?"

Pemuda: "Iya. Aku melihat kebanyakan wajah jenazah itu dipalingkan dari arah kiblat, kecuali sangat sedikit."

Ketika mendengar penuturan pemuda itu, maka Yusuf berkata, "Kecuali hanya sedikit?!"

Lalu, beliau mulai sempoyongan, kemudian jatuh pingsan hingga butuh untuk diobati.

Kami pun memanggil seorang dokter bernama Sulaiman untuk mengobati Yusuf.

Kondisi Yusuf saat itu kadang sadar, kadang pingsan lagi.

Ketika sadar, dia berkata, "Kecuali sedikit."

Terus demikian hingga beliau sembuh dan sehat kembali.

Ketika dokter Sulaiman hendak keluar, Yusuf bertanya kepada kami, "Apa yang kalian berikan kepadanya?"

Kami jawab, "Dia tidak menghendaki apapun."

Yusuf: "Subhanallah! Kalian datangkan seorang dokter dari kerajaan namun aku tidak memberinya sesuatu?"

Kami katakan, "Kalau begitu, beri dia uang Dinar."

Yusuf: "Baik. Ambillah uang ini. Lalu berikan kepadanya dan katakan kepadanya bahwa aku tidak punya apapun selain ini."

"Hal ini supaya tidak disangka bahwa aku lebih rendah harga dirinya dibanding para raja." Lanjut beliau.

Maka, kantong berisi uang 15 Dinar itu diberikan kepada dokter Sulaiman.

Setelah itu, Yusuf bin Asbath bekerja menenun hingga akhir hayatnya.

-Kitab At Tawwabiin karya imam Ibnu Qudamah Al Maqdisy-

https://chat.whatsapp.com/JM35pS1VVYNJ80b5KOMyXP

Rabu, 11 Januari 2023

TAUBATNYA KA'AB BIN MALIK

 TAUBATNYA KA'AB BIN MALIK

يا رَسولَ اللَّهِ، إنَّ اللَّهَ إنَّما نَجَّانِي بالصِّدْقِ، وإنَّ مِن تَوْبَتي أنْ لا أُحَدِّثَ إلَّا صِدْقًا ما بَقِيتُ
 _"Wahai Rasulullah, sungguh, Allah hanya akan menyelamatkanku dengan kejujuran. Dan diantara bentuk taubat saya, bahwa saya berjanji untuk tidak berkata kecuali perkataan jujur selama hidupku."_ 

-Kata sahabat Ka'ab bin Malik-


PEMBUKAAN KISAH KA'AB

Ka'ab bin Malik رضي الله عنه berkisah, "Aku tidak pernah tertinggal dari peperangan bersama Rasulullah ﷺ sama sekali kecuali perang Tabuk dan perang Badar.

Hanya saja dalam perang Badar, tak seorang pun dicela Iantaran tiada turut serta dalam perang tersebut.

Sebab, kala itu beliau bersama kaum muslimin keluar untuk menghadang rombongan dagang Quraisy (yang tidak bersenjata, dari Syam yang dipimpin oleh Abu Sufyan sebelum masuk Islam).

Tanpa diduga, Allah mempertemukan rombongan beliau dengan musuh (kaum musyrikin Quraisy siap tempur yang diminta Abu Sufyan untuk membantu, setelah ia mengetahui rencana Rasulullah ﷺ untuk menghadangnya. Rombongan dagang Abu Sufyan sendiri selamat, karena menempuh jalan lain). 

Sungguh, aku telah turut serta dalam pertemuan malam Aqabah bersama Rasulullah ﷺ, melakukan ikrar janji setia membela lslam.

Dan aku tidak lebih senang mengikuti perang Badar tanpa mengikuti perjanjian Aqabah. Walaupun, perang Badar lebih masyhur di kalangan kaum muslimin dari pada malam Aqabah. 

Keadaanku saat itu, ketika tertinggal dari perang Tabuk, saya dalam kondisi yang kuat dan lapang.

Bahkan sebelumnya, saya sama sekali belum pernah merasa lebih kuat atau lebih mudah seperti waktu itu.

Demi Allah, saat itu saya memiliki dua kendaraan, yang sebelumnya belum pernah memiliki dua sekaligus.


RASULULLAH ﷺ BERANGKAT KE TABUK

Adalah kebiasaan strategi Rasulullah ﷺ apabila hendak menyerang suatu daerah kafir, beliau mengesankan untuk menuju daerah Iain.

Berbeda dengan perang Tabuk ini. Beliau ﷺ menjelaskan secara terang-terangan kepada kaum muslimin, dan menegaskan tentang niat beliau dalam peperangan ini (yaitu menyerang Romawi, negara adi daya saat itu). Tujuan beliau, agar kaum muslimin melakukan persiapan penuh. 

Di mana dalam perang ini, Rasulullah ﷺ berangkat menuju medan perang Tabuk dalam cuaca yang sangat panas, menghadapi liku perjalanan yang jauh dan suIit, juga menghadapi musuh yang jumlahnya sangat besar.

Karenanya, beliau merasa perlu memberitahukan kepada kaum muslimin kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi. 

Waktu itu, jum|ah kaum muslimin yang ikut perang Tabuk sangat banyak. Sehingga buku daftar pasukan tidak muat mencatat nama-nama mereka.

Sedikit sekali kaum muslimin yang absen tidak ikut perang.

Orrang yang ingin absen pun yakin bahwa Rasulullah ﷺ tidak akan mengetahuinya, selama wahyu Allah tidak turun mengabarkan kepada beliau ﷺ.

Rasulullah ﷺ berangkat dalam peperangan ini bertepatan ketika buah-buahan sedang dalam masa panen dan ranum, orang merasa nyaman saat berada di bawah naungannya. Karena itu, hati saya lebih condong kepadanya.

Tatkala Rasulullah ﷺ dan kaum muslimin mempersiapkan segala sesuatunya, saya pun bergegas keluar guna mempersiapkan diri bersama beliau ﷺ.

Namun, saya kembali dengan tangan hampa, tanpa menghasilkan apa-apa.

Dalam batin saya berkata, "Saya mampu mempersiapkannya, kapan saja saya menginginkannya.”

Hal demikian terus berlangsung. Saya selalu menunda mempersiapkan perlengkapan perang. Sampailah pada puncak persiapan kaum muslimin.

Akhirnya, saat pagi hari Rasulullah ﷺ dan kaum muslimin berangkat. Sedang saya belum mempersiapkan apapun.

Lalu saya keluar (untuk mencari perlengkapan), tetapi saya kembali dengan tangan kosong. Hingga kaum muslimin bertambah jauh dan mereka telah benar-benar pergi.

Saat itu, saya putuskan untuk segera berangkat dan menyusul mereka.

Malang nian, seandainya saya bersungguh-sungguh segera melakukannya.

Kemudian akhirnya, ternyata hal itu memang tidak ditakdirkan untukku.

Akhirnya saya sangat sedih, setiap ke luar rumah, setelah keberangkatan Rasulullah ﷺ, saya tidak mendapatkan panutan dalam hal ini. Kecuali orang-orang yang memang terkenal sebagai munafik. Atau orang-orang lemah yang mendapatkan udzur dari Allah untuk tidak ikut berperang.

Rasulullah ﷺ tidak pernah menyebut-nyebut namaku sebelum sampai di Tabuk.

Saat tiba di Tabuk, beliau ﷺ duduk-duduk bersama para shahabat, barulah beliau ﷺ bertanya:
ما فَعَلَ كَعْبٌ بن مالك؟
”Apa yang dilakukan Ka'ab bin Malik?"

Salah seorang dari Bani Salimah menjawab, "Wahai Rasulullah, ia ditahan oleh pakaian, dan senang melihat-Iihat pakaiannya."

Maka Mu’adz bin Jabal menimpali:
بئْسَ ما قُلْتَ!
”Alangkah jeleknya apa yang engkau katakan itu!"

واللَّهِ يا رَسولَ اللَّهِ ما عَلِمْنَا عليه إلَّا خَيْرًا، 
Demi Allah, wahai Rasulullah, kami tidak mengetahui tentang dirinya kecuali kebaikan."

Rasulullah ﷺ pun diam.

Pada saat itulah, beliau ﷺ melihat bayang-bayang seorang Iaki-laki berpakaian putih sedang berjalan di kejauhan. Timbul tenggelam oleh fatamorgana.

Rasulullah ﷺ bersabda, "ltu Abu Khaitsamah."

Ternyata benar, orang itu adalah Abu Khaitsamah Al-Anshari. Dialah orang yang bersedekah dengan segantang kurma, yang kemudian orang-orang munafik mengejeknya.


RASULULLAH ﷺ PULANG DARI TABUK

Tatkala sampai berita kepadaku
bahwa Rasulullah ﷺ berada dalam perjalanan pulang dari Tabuk, maka kesusahan pun mulai menyelimutiku.

Aku pun mulai mereka-reka alasan apa yang dapat menyelamatkanku dari beIiau ﷺ.

Aku juga meminta bantuan keluargaku mencari alasan dan jalan keluar yang terbaik.

Namun, ketika mendengar bahwa Rasulullah ﷺ sudah dekat, hilanglah segala kebohongan yang aku siapkan.

Aku sangat yakin, bahwa tidak ada alasan apapun yang dapat menyelamatkanku dari beliau ﷺ selamanya.

Karena itu, aku akan mengatakan yang sebenarnya.

Keesokan harinya, Rasulullah ﷺ tiba.

Biasanya, bila beliau ﷺ pulang dari bepergian, beliau ﷺ masuk ke masjid terlebih dahulu, lalu shalat dua rakaat. Kemudian beliau ﷺ duduk bersama kaum muslimin yang menyambut beliau ﷺ.

Saat itulah, orang-orang yang tidak mengikuti perang Tabuk datang menyampaikan alasan. Bahkan mereka bersumpah di hadapan beliau ﷺ. Jumlah mereka lebih dari 80 orang.

Rasulullah ﷺ pun menerima apa yang mereka kemukakan. Beliau ﷺ juga mengambil janji dari mereka, serta memintakan ampun untuk mereka. Sedangkan isi hati mereka yang sebenarnya, beliau ﷺ serahkan kepada Allah.


KEIKHLASAN DAN KEJUJURAN KA'AB

Lalu saya datang. Ketika saya ucapkan salam, beliau ﷺ tersenyum marah. Lalu berkata, "Kemarilah."

Saya mendekat hingga berada di hadapan beliau ﷺ.

"Apa yang membuatmu tidak ikut? Bukankah kamu telah membeli kendaraan?”

“Ya Rasulullah, seandainya saya berhadapan dengan selain engkau, saya mampu beralasan dan selamat dari kemarahannya. Karena saya orang yang pandai berdebat. Akan tetapi, saya sekarang berhadapan dengan engkau. Jika saat ini saya memberikan alasan palsu agar engkau tidak marah, saya khawatir setelah itu Allah menjadikan engkau marah pada saya.

Dan Jika saya berkata jujur yang bisa jadi engkau berprasangka sesuatu, saya berharap akan mendapatkan ampunan dari Allah.

Demi Allah, saya tidak mempunyai alasan apapun untuk tidak ikut berperang. Saat itu, kondisi ekonomi dan fisik yang ada pada saya sangat baik.”

Rasulullah ﷺ bersabda:
أمَّا هذا فقَدْ صَدَقَ
"Adapun orang ini, ia telah berkata jujur."

"Pergilah wahai Ka'ab, tunggulah keputusan Allah." Lanjut beliau ﷺ.

Beberapa lelaki dari Bani Salimah berjalan mengikuti saya. Mereka berkata, "Demi Allah, kami belum pernah melihatmu berbuat dosa sebelum ini. Mengapa kamu tidak mengajukan alasan kepada Rasulullah ﷺ, sebagaimana orang-orang yang tidak ikut berperang itu mengemukakan alasannya. Sungguh, istighfar Rasulullah ﷺ sudah cukup mengampuni dosamu."

Mereka terus menyalahkan tindakan saya sampai timbuI keinginan dalam diri untuk kembali kepada Rasulullah ﷺ dan berkata bohong kepada beliau.

Saya bertanya kepada mereka, "Adakah orang lain yang mengalami hal seperti saya?" 

Mereka menjawab, "Ada. Dua orang yang menyampaikan kepada Rasulullah ﷺ seperti apa yang engkau sampaikan kepada beliau. Beliau ﷺ pun berkata kepada mereka seperti yang dikatakan kepadamu.’ 

”Siapakah mereka?" 

“Murarah bin Rabi’ah Al Amiri dan Hilal bin Umayah Al-Waqifi.’

Mereka menyebutkan dua orang shalih yang ikut perang Badar. Merekalah teladan. Saya pun lantas bergegas pergi ketika mereka menyebutkan kedua orang ini.


KA'AB DIBOIKOT

Lalu, Rasulullah ﷺ melarang para shahabat untuk berbicara dengan kami bertiga. Orang-orang pun menghindari kami.

Sikap mereka berubah terhadap kami. Sampai-sampai, saya merasakan bumi berubah. Bukan lagi bumi yang sebelumnya saya kenal.

Keadaan seperti ini berlangsung selama lima puluh hari.

Dua teman saya, Murarah dan Hilal, hanya menetap di rumah masing-masing dan terus menerus menangis.

Sementara saya, orang yang berusia paling muda dan paling kuat di antara kami bertiga, masih menghadiri shalat berjamaah bersama kaum muslimin dan pergi ke pasar.

Saya tetap melakukan itu, meski tidak ada seorang pun yang mau berbicara dengan saya.

Saya juga mendatangi Rasulullah ﷺ. Saya ucapkan saIam kepadanya ketika beliau ﷺ masih di tempat duduk sesaat selepas shalat.

Saya berkata dalam hati, "Apakah beliau menggerakkan bibirnya untuk menjawab salam atau tidak?”

Kemudian saya mengerjakan shalat di dekat beliau sambil melirik kepada beliau.

Saat saya tidak menoleh ke arah beliau, beliau memandang saya. Namun, jika saya memandang beliau, beliau berpaling.

Perlakuan keras ini saya rasakan cukup lama.

Pernah saya berjalan gontai menuju kebun Abu Qatadah dan saya panjat pagarnya. Dia adalah sepupu saya, orang yang paling saya cintai. Saya mengucapkan salam kepadanya. Akan tetapi, ia sama sekali tidak menjawab salam saya.

Saya pun berkata kepadanya, "Abu Qatadah, saya bertanya kepadamu, dengan bersumpah atas Nama Allah, apakah engkau mengetahui bahwa saya mencintai Allah dan RasuI-Nya?"

Dia hanya diam. Saya mengulangi pertanyaan itu padanya.

Dia menjawab, "Allah dan Rasul-Nya Iebih mengetahui."

Air mataku langsung jatuh bercucuran. Aku pun pergi dengan memanjat pagar.


SURAT RAJA GHASSAN

Pada suatu hari, ketika saya berjalan di pasar Madinah, seorang petani dari penduduk Syam yang biasa menjual makanan ke Madinah berkata, ”Siapakah yang bisa menunjukkan saya kepada Ka’ab bin Malik?"

Orang-orang menunjuk kepada saya.

Lalu, ia mendatangi saya. Disodorkannya surat dari Raja Ghassan.

Saya baca isinya yang berbunyi sebagai berikut, "Kami telah mendengar bahwa temanmu (Muhammad) telah bersikap keras kepadamu, padahal Allah tidak akan menjadikanmu berada di tempat yang hina dan terlantar. Oleh karena itu, bergabunglah dengan kami, kami akan menolongmu."

Selesai saya baca, dalam hati saya berkata, "Surat ini juga bagian dari cobaan."

Saya pun pergi ke tempat pembakaran. Surat itu saya bakar.


PERINTAH MENJAUHI ISTRI

Keadaan seperti ini sudah
berlangsung selama empat puluh hari, dan wahyu belum juga turun.

Tak berapa lama, utusan Rasulullah ﷺ mendatangi saya dan berkata, ”Rasulullah ﷺ memerintahkan kepadamu untuk menjauhi istrimu."

”Apakah saya harus menceraikannya, atau apa yang harus saya perbuat terhadapnya?"

Ia menjawab, ”Tidak, tapi jauhilah dia."

Rasulullah ﷺ juga mengutus kepada dua temanku, dengan perintah yang sama.

Aku pun berkata kepada istriku, "Pergilah kepada keluargamu. Tetaplah bersama mereka hingga Allah memberikan keputusan tentang masalah itu."

Sementara istri Hilal bin Umayah menemui Rasulullah ﷺ meminta keringanan, "Ya RasuIuIIah, Hilal bin Umayah adalah orang yang sudah lanjut usia dan tidak mempunyai pelayan. Apakah engkau tidak suka bila saya membantunya?"

Rasulullah ﷺ menjawab, ”Tidak mengapa. Tapi jangan sampai dia mendekatimu."

Istri Hilal berkata, "Demi Allah, ia sudah tidak memikirkan apa-apa lagi. Sejak peristiwa itu sampai saat ini, ia tidak berhenti menangis."

Beberapa keluarga saya berkata kepada saya, "Sebaiknya kamu meminta izin kepada Rasulullah ﷺ, karena beliau telah memberikan izin kepada istri Hilal untuk membantunya."

Saya jawab, "Saya tidak akan meminta izin kepada Rasullah ﷺ untuk istri saya. Entahlah, saya tak tahu, apa yang akan dikatakan oleh Rasulullah ﷺ jika saya meminta izin kepada beliau untuk istri saya, sementara saya masih muda begini.”


DITERIMANYA TAUBAT KA'AB

Keadaan seperti ini berlangsung selama sepuluh hari, sehingga genap lima puluh hari sejak sanksi larangan dari berbicara dengan kami diberlakukan.

Pada hari kelima puluh, saya melakukan shalat Shubuh di loteng rumah.

Ketika saya duduk dalam keadaan yang seperti Allah sebutkan dalam Al Qur'an; sedih nan mendalam, bumi nan membentang luas pun terasa sempit menghimpit, tiba-tiba saya mendengar suara orang yang berteriak dari atas gunung Sal'in:
يا كَعْبُ بنَ مَالِكٍ، أبْشِرْ!
"Wahai Ka'ab bin Malik, bergembiralah!" katanya.

Mendengar suara itu, saya langsung bersujud. Saya tahu bahwa berita gembira telah datang.

Selesai shalat Shubuh, Rasulullah ﷺ menyampaikan kepada kaum muslimin bahwa Allah سبحانه وتعالى telah menerima taubat kami.

Orang-orang pun berhamburan memberitahukannya kepada kami. Ada yang datang dengan memacu kudanya. Ada pula seorang dari Bani Aslam datang berlari melewati gunung sambil berteriak. Dan suara lebih cepat dari pada kuda.

Ketika orang yang memberikan kabar gembira sampai ke rumah saya, saya pun langsung melepas dua pakaian yang saya pakai, lalu saya kenakan kepadanya.

Padahal saat itu, saya tidak mempunyai pakaian yang lain.

Lalu saya meminjam pakaian dan berangkat untuk menemui Rasulullah ﷺ.

Kaum muslimin mengucapkan selamat kepada saya secara bergantian.

Mereka berkata, "Bergembiralah dengan penerimaan taubat dari Allah."

Saya masuk ke masjid. Saat itu Rasulullah ﷺ sedang duduk dikelilingi para shahabat.

Melihat saya datang, Thalhah bin Ubaidilah berdiri berjalan cepat untuk menyambut. la menyalami dan mengucapkan selamat kepada saya.

Selain dia, tidak ada orang Muhajirin yang berdiri untuk menyambut saya. Saya akan selalu mengingatnya, karena kebaikan yang ia perbuat tersebut. 

Ketika aku mengucapkan salam kepada Rasulullah ﷺ beliau menjawab dengan muka berseri-seri, "Bergembiralah dengan hari yang terbaik sejak ibumu melahirkanmu."

Saya bertanya, ”Ya Rasulullah, dari engkau atau dari Allah?"

Beliau ﷺ menjawab, "Bukan dari saya, tapi dari Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung."

Apabila bergembira, wajah Rasulullah Shalallahu 'Alahi Wa Salam bersinar bagaikan rembulan.

Kami bisa mengetahui hal itu melalui wajah beliau.

Ketika saya duduk di depan beliau, saya berkata, "Ya Rasulullah, di antara taubat saya (sebagai rasa syukur), saya sedekahkan harta saya untuk AIIah dan Rasul-Nya."

Rasulullah Shalallahu 'Alahi Wa Salam bersabda, "Biarkan sebagian hartamu tetap menjadi milikmu. Itu akan lebih baik bagimu."

Saya berkata, "Baik. Saya tahan bagianku yang di Khaibar wahai Rasulullah."

Sungguh, Allah Yang Maha Tinggi telah menyelamatkan saya lantaran berkata jujur.

Diantara bentuk taubat saya, bahwa saya berjanji untuk selalu berkata jujur selama hayat masih dikandung badan. Selama saya hidup."

Demi Allah, saya tidak mengetahui, bahwa ada seorang saja dari kaum muslimin yang dikaruniai nikmat oleh Allah lebih baik karena kejujuran daripada yang diberikan kepadaku, semenjak saya berjanji untuk selalu berkata jujur kepada Rasulullah ﷺ.

Demi Allah, saya tidak pernah berbohong sejak mengatakan hal itu kepada Rasulullah ﷺ hingga hari ini. Semoga Allah memelihara saya pada sisa umurku.


ASBABUN NUZUL

Tentang peristiwa ini, Allah سبحانه وتعالى menurunkan firman-Nya:

لَقَدْ تَابَ اللَّهُ عَلَى النَّبِيِّ وَالْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ فِي سَاعَةِ الْعُسْرَةِ مِنْ بَعْدِ مَا كَادَ يَزِيغُ قُلُوبُ فَرِيقٍ مِنْهُمْ ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ إِنَّهُ بِهِمْ رَءُوفٌ رَحِيمٌ (117)

  "Sesungguhnya Allah telah menerima taubat Nabi, orang-orang Muhajirin dan orang-orang Anshar, yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima taubat mereka itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka.

وَعَلَى الثَّلَاثَةِ الَّذِينَ خُلِّفُوا حَتَّى إِذَا ضَاقَتْ عَلَيْهِمُ الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ وَضَاقَتْ عَلَيْهِمْ أَنْفُسُهُمْ وَظَنُّوا أَنْ لَا مَلْجَأَ مِنَ اللَّهِ إِلَّا إِلَيْهِ ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ لِيَتُوبُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ (118) 
Dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan taubat mereka), hingga apabila bumi telah menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas dan jiwa mereka pun telah sempit (pula terasa) oleh mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah, melainkan kepada-Nya saja. Kemudian Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya. Sesungguhnya Allah-lah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ (119)
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kalian bersama orang-orang yang berlaku jujur.”
[Q.S. At-Taubah: 117-119].

Demi Allah, tidak ada nikmat Allah yang lebih besar bagi saya, setelah Allah memberikan petunjuk Islam kepada saya, selain sikap jujur saya kepada Rasulullah ﷺ. Sehingga saya tidak binasa, sebagaimana yang dialami oleh mereka yang membohongi beliau. Allah berfirman tentang mereka dengan nada yang sangat menghinakan. 

سَيَحْلِفُونَ بِاللَّهِ لَكُمْ إِذَا انْقَلَبْتُمْ إِلَيْهِمْ لِتُعْرِضُوا عَنْهُمْ فَأَعْرِضُوا عَنْهُمْ إِنَّهُمْ رِجْسٌ وَمَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (95) 
Artinya, ”Kelak mereka akan bersumpah kepadamu dengan nama Allah, apabila kamu kembali kepada mereka, supaya kamu berpaling dari mereka. Maka berpalinglah dari mereka, karena sesungguhnya mereka itu adalah najis dan tempat mereka Jahannam, sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan. 

يَحْلِفُونَ لَكُمْ لِتَرْضَوْا عَنْهُمْ فَإِنْ تَرْضَوْا عَنْهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَرْضَى عَنِ الْقَوْمِ الْفَاسِقِينَ (96)
Mereka akan bersumpah kepadamu, agar kamu ridha kepada mereka. Tetapi jika sekiranya kamu ridha kepada mereka, maka sesungguhnya Allah tidak ridha kepada orang-orang yang fasik itu.” [QS. At-Taubah: 95-96].

Kami bertiga merupakan orang-orang yang ditangguhkan keputusannya (karena kami berkata jujur).

Berbeda dengan orang-orang yang mereka bersumpah di hadapan Nabi ﷺ dan mencari-cari alasan.

Nabi ﷺ pun menerima alasan mereka, lalu mengambil sumpah setia dan memintakan ampun untuk mereka.

وَعَلَى الثَّلَاثَةِ الَّذِينَ خُلِّفُوا حَتَّى إِذَا ضَاقَتْ عَلَيْهِمُ الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ وَضَاقَتْ عَلَيْهِمْ أَنْفُسُهُمْ وَظَنُّوا أَنْ لَا مَلْجَأَ مِنَ اللَّهِ إِلَّا إِلَيْهِ ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ لِيَتُوبُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ (118)

Itulah maksud ayat ini.

Bukan tentang tertinggalnya kami dari perang.

Wallahu a'lam.

Rujukan:
- Al Qur'an Al Karim
- Kitab At Tawwabiin Imam Ibnu Qudamah Al Maqdisy-
- Ash Shohihul Musnad min Asbabin Nuzul, Syaikh Muqbil.
- Shahih Muslim 2769
- Riyadh Ash-Shalihin, Bab 
At-Taubah. 
- Majalah Qudwah Edisi 01

https://chat.whatsapp.com/IYiVXGq08rF6owVZ5g5F3f

Sabtu, 07 Januari 2023

DOSA, TAUBAT DAN SURGA

 DOSA, TAUBAT DAN SURGA

Kata Imam Ibnul Qayyim dalam kitab Al Wabilush Shoyyib 
"Apabila Allah menghendaki kebaikan kepada seorang hamba, maka Dia akan bukakan untuknya berupa pintu-pintu taubat, rasa menyesal, hati yang luluh dan rendah hati, rasa butuh, selalu memohon kepada-Nya, jujur dalam bersandar kepada-Nya, senantiasa tunduk dan berdoa, serta berusaha mendekatkan diri kepada-Nya sekuat tenaga dengan melakukan berbagai kebaikan. Sehingga dengan kejelekan yang pernah dilakukannya, justru hal itu menjadi sebab dia mendapat rahmat-Nya.

Dengan demikian, musuh Allah, yakni iblis akan berkata, "Huh.. Kalo tahu gini, aku biarkan saja dia dan nggak akan aku jerumuskan ke dalam dosa. (Capek-capek aku kerjain dia, eh ternyata dia malah tobat dan dapat ampunan Allah!)"

 Imam Ibnul Qayyim melanjutkan, "Dan inilah makna perkataan sebagian salaf: Sungguh, seorang hamba berbuat dosa, namun justru dengan sebab itu dia masuk surga. Sebaliknya, seorang hamba berbuat baik, namun justru dengan sebab itu dia masuk neraka.'

Maka ditanyakan kepadanya, "Kok bisa seperti itu?"

Dijawab, "Hamba yang berbuat dosa tersebut senantiasa merasa takut, kasihan terhadap dirinya sendiri, bergemetar hatinya, menangis, menyesal dan malu terhadap Rabbnya, kepalanya tunduk di hadapan-Nya, hatinya hancur-lebur. Maka, dengan ini, dosanya lebih bermanfaat baginya daripada banyaknya ketaatan.

Mengapa?
Karena, dengan hal-hal di atas, seorang hamba akan mendapatkan kebahagiaan dan keberuntungan.

Maka, dengan ini, dosa yang dilakukannya menjadi sebab dia masuk surga.

Sebaliknya, seorang hamba berbuat baik. Namun, dia merasa telah memberi sesuatu untuk Rabbnya, dia merasa besar dengan kebaikan yang dilakukannya. Dia juga melihat dirinya dengan rasa ujub. Terus demikian, hingga dia berkata, "Aku sudah lakukan ini, aku sudah lakukan itu!"

Sikap dia ini mewariskan ujub, sombong, bangga diri dan merasa telah banyak berbuat. Dengan inilah dia akan binasa."

https://chat.whatsapp.com/IYiVXGq08rF6owVZ5g5F3f

Minggu, 01 Januari 2023

HUJAN SEBAB TAUBAT

HUJAN SEBAB TAUBAT

_"Jika aku keluar dari tengah-tengah manusia dalam kondisi seperti ini, maka aku akan dihinakan di hadapan banyak orang. Namun, jika aku tetap duduk, maka mereka semua akan dihalangi dari hujan."_

Lalu, orang itu memasukkan kepalanya ke dalam baju sambil menyesali semua perbuatan dosanya. 

___

Diriwayatkan bahwa, pada jaman Nabi Musa alaihis salam, Bani Israil pernah dilanda paceklik yang teramat sangat dahsyat.

Maka, mereka mendatangi Nabi Musa dan berkata, "Wahai Kalimullah (Nabi yang diajak bicara langsung oleh Allah)! Berdoalah kepada Allah supaya menurunkan hujan."

Nabi Musa kemudian mengumpulkan semua penduduk di tanah lapang dan mengajak mereka berdoa bersama.

Waktu itu, mereka berjumlah 70.000 orang lebih.

Musa berdoa, “Ya Allah! Turunkanlah hujan-Mu untuk kami. Dan ratakanlah rahmat-Mu atas kami. Kasihanilah bayi-bayi yang sedang menyusu, hewan-hewan yang kehabisan rumput dan orang tua yang lemah."

Namun, tanda-tanda hujan belumlah muncul dan langit tidak kunjung berawan. Sementara, matahari semakin menyengat.

Musa bermunajat, "Wahai Rabb-ku, jika kedudukanku di sisi-Mu telah berkurang, maka aku berdoa dengan perantara Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam yang Engkau utus di akhir zaman."

Allah mewahyukan kepadanya, "Wahai Musa, kedudukanmu di sisi-Ku tidaklah berkurang. Sungguh kedudukanmu di sisi-Ku sangatlah mulia. Hanya saja, di antara kalian ada seseorang yang bermaksiat kepada-Ku sejak 40 tahun. Maka, panggil dia agar keluar dari tengah-tengah kalian. Karena sebab dialah Aku menahan hujan."

Musa berkata, "Ilaahi wa sayyidi! Aku hamba yang lemah. Suaraku juga lemah. Bagaimana mungkin panggilanku sampai kepada 70.000 lebih manusia seluruhnya?"

Lalu Allah mewahyukan, "Kamu yang memanggil, Aku yang akan menyampaikannya."

Musa pun berdiri dan memanggil, "Wahai orang yang bermaksiat kepada Allah sejak 40 tahun, keluarlah dari tengah-tengah kami! Karena sebab kamulah kami dihalangi dari hujan."

Orang yang berbuat maksiat itu pun berdiri. Kemudian, ia melihat sekelilingnya, berharap ada orang lain yang melangkah pergi. Namun, tak seorang pun yang beranjak dari tempatnya. Maka, dia sadar, bahwa dialah yang sedang dicari.

Kemudian dia berkata kepada dirinya sendiri, "Jika aku keluar dari tengah-tengah manusia dalam kondisi seperti ini, maka aku akan dihinakan di hadapan bani Israel. Namun, jika aku tetap duduk, maka mereka semua akan dihalangi dari hujan."

Lalu, orang itu memasukkan kepalanya ke dalam bajunya sambil menyesali semua perbuatan dosanya. 

Ia berkata lirih, "Ilaahi wa sayyidi! Aku bermaksiat kepada-Mu selama 40 tahun, namun Engkau membiarkanku. Sekarang aku datang kepada-Mu dalam keadaan taat. Maka, terimalah taubatku."

Belum sempat dia menyelesaikan kata-kata penyesalannya, tiba-tiba ada awan putih yang datang. Lalu, awan itu menurunkan hujan.

Nabi Musa terkejut atas hal ini dan berkata, “Ilaahi wa sayyidi! Dengan sebab apa Engkau turunkan hujan, padahal tak seorang pun yang keluar dari tengah-tengah kami?"

"Wahai Musa, Aku menurunkan hujan melalui perantara orang yang pernah menjadi sebab Aku menahannya." Kata Allah.

"Ilaahi! Perlihatkan kepadaku orang itu." Kata Musa.

Allah menjawab:
يا موسى، إِنِي لَمْ أََفْضَحْهُ وَ هُوَ يَعْصِينِي، أَأََفْضَحُهُ وَ هُوَ يُطِيعُنِي؟!

“Wahai Musa, Sungguh Aku tidak mempermalukannya ketika dia bermaksiat kepada-Ku. Lantas bagaimana Aku mempermalukannya ketika dia berbuat taat kepada-Ku?! 

يا موسى، إِنِي أَبْغُضُ النَمّامِينَ، أَفَأَكُونُ نَمّاماً؟!
"Wahai Musa, sungguh Aku benci orang-orang yang berbuat namimah, lantas apakah Aku akan berbuat namimah?!"

(Kitab At Tawwabiin, imam Ibnu qudamah Al Maqdisy)

https://chat.whatsapp.com/IYiVXGq08rF6owVZ5g5F3f