Sabtu, 10 Juli 2021

Sahabat Erat



*Sahabat Erat*

Dek,pernah mendengar nama Ya'qub bin Syaibah?

Ulama hadits kelahiran 180-an hijriyah ini dipuji oleh Ad Dzahabi dalam Siyar A'lam Nubala, "Seorang hafidz luar biasa,ulama besar terpercaya".

Karya beliau yang fenomenal adalah al Musnad.Sebuah himpunan hadits-hadits yang diurutkan berdasarkan nama-nama sahabat Nabi.

Sayang,kitab tersebut belum sempat selesai karena beliau wafat.

"Ada 30-an jilid kitab al Musnad yang sempat ditulis.Andai bisa selesai,pasti mencapai 100 jilid" , adz Dzahabi menilai.

Dek,sebenarnya bukan ini yang hendak saya ceritakan.Biografi beliau masih cukup panjang.Biografi indah dan gemilang.

Saya hanya sebatas ingin berbagi cerita tentang keajaiban.Satu ketakjuban.

Tentang apa?

Ini tentang persahabatan.Bersahabat karena Allah Ta'ala.Bukan bersahabat karena diikat oleh pekerjaan atau harta.

Bukan bersahabat hanya karena satu letting atau satu angkatan.

Bukan bersahabat sebatas satu tim atau satu kelompok.

Bersahabat karena sama-sama berharap ridha Allah.Bersahabat dengan tujuan jauh ke depan ; yaitu tetap bersatu sampai di surga.

Ya'qub bin Syaibah bercerita.Cerita itu disebutkan oleh adz Dzahabi dalam Siyar A'lam Nubala (11/498).

Cerita tentang si A,si B dan si C.

Tiga sahabat.

Hari raya tiba.Si A mempunyai uang 100 dinar.Hanya itu.Tidak ada yang lain.Uang itu akan digunakan untuk keperluan hari raya.

Namun...

Sahabatnya,si B , berkirim surat.Ingin meminjam sejumlah uang.Juga untuk kepentingan hari raya.

100 dinar milik si A semuanya dikirimkan kepada si B.

Di saat yang sama,si C , juga berkirim surat kepada si B.Ia ceritakan kesulitannya.Ia ingin berutang.Ia meminta bantuan.

Tanpa pikir panjang,si B mengirimkan uang 100 dinar lengkap dengan kampil (kantong penyimpan uang) yang ia terima dari si A.Kepada si C,uang 100 dinar ia berikan.Utuh.Tanpa dikurangi sekalipun satu dinar.

Bagaimana dengan si A?

Rupanya si A berpikir,bagaimana cara untuk memenuhi keperluan hari raya.

Si A lantas bersurat kepada si C.Memohon bantuan.Hendak meminjam.Ingin berhutang.

Apa yang dilakukan si C?

100 dinar lengkap dengan kampil nya,yang ia terima dari si B,diserahkan si C kepada si A.

Si A terkejut.Kaget.Heran.Kenapa bisa?

Si A masih ingat dan bisa mengenali bahwa uang 100 dinar dan kampilnya adalah miliknya yang dipinjamkan kepada si B.

Kenapa bisa demikian? Dapat dari mana? 

Si A dan si C berangkat bersama ke rumah si B.Meminta kejelasan.Mencari kepastian.

Kata adz Dzahabi,"Setelah ketiganya bertemu dan bercerita,kampil uang itu sama-sama dibuka lalu dibagi tiga dengan rata"

Subhanallah!

Menurut perawi,ketiga orang yang diceritakan Ya'qub bin Syaibah adalah Ya'qub sendiri,Abu Hassan az Ziyadi dan satu orang lagi.

Sungguh luar biasa!

Persahabatan dan pengorbanan.Sama-sama saling mengalah dan mendahulukan.

Tidak mau mengecewakan dan tidak ingin memupus harapan.

Demikian persahabatan kaum Salaf,Dek.

Nah,di pesantren belajarlah dan berlatihlah demikian!

Jangan kikir! Berbagilah!

 Jangan hanya memikirkan diri sendiri namun ajaklah sahabatmu untuk sama-sama bahagia.

Jangan biarkan sahabatmu bersedih!

Moga-moga kita diberi anugrah dalam ujud sahabat erat.Di dunia hingga di akhirat.

10 Jan 2021
Pagi-pagi masih terasa sejuknya hujan.

t.me/anakmudadansalaf

Kisah Ulama SULAIMAN BIN YASAR RAHIMAHULLAH๐Ÿ”ฅ dan wanita penggoda

Kisah Ulama
SULAIMAN BIN YASAR RAHIMAHULLAH
๐Ÿ”ฅ dan wanita penggoda

๐Ÿ’ฅ “Aku ingin dirimu. Berzinalah denganku..”
Begitu kira-kira ucapan wanita itu setelah melepaskan burqa’ (penutup wajah) yang dipakainya. Kecantikan wajahnya seolah rembulan yang bersinar. Parasnya elok, kulitnya putih bersih. Dia mengajak Sulaiman bin Yasar rahimahullah untuk berzina! Allahul musta’an. Allahlah tempat memohon pertolongan!

❗️ Ujian wanita memang ujian yang berat. Tidaklah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam meninggalkan ujian bagi kaum lelaki, lebih berat dari wanita. Banyak manusia jatuh ke dalam jeratannya. Bukan hanya rakyat jelata, pemimpin yang berakal cerdas pun banyak terpikat dalam buaian wanita, hingga tak jarang menyebabkan kekalahan menimpanya.

⏱ Kisah perjalanan berat Sulaiman bin Yasar rahimahullah ini bermula kira-kira tiga hari sebelumnya. Sulaiman bin Yasar, seorang tabiin mulia, murid Ibnu Abbas, Abu Hurairah, dan Zaid bin Tsabit radhiyallahu 'anhum keluar safar meninggalkan kampung halamannya, Madinah. Dia pergi bersama kawannya dalam sebuah keperluan.

๐ŸŒ™ Tiga hari tiga malam berlalu semenjak Sulaiman meninggalkan anak dan istrinya di rumah. Sampailah mereka di daerah Abwa`, di mata air dekat Makkah Al Mukarramah. Rombongan itu pun sepakat untuk singgah di sana. Mereka ingin beristirahat sekadar melepas payah dan penat.

๐Ÿ• Tenda pun didirikan untuk sekadar memberikan keteduhan di iklim gurun yang panas dan gersang. Selain itu, tenda ini juga berfungsi memberikan privasi ala kadarnya, agar ketika merebahkan badan tak khawatir tersingkap auratnya. Selepas mendirikan tenda, inilah waktu yang tepat untuk kembali memenuhi logistik perbekalan. Karena di depan, ada jalan yang panjang, tapi entah di mana akan bertemu pasar kembali.

๐Ÿ› Teman Sulaiman bin Yasar mengambil potongan kain yang sedianya untuk kantong tempat belanjaan. Lalu, dia pun pergi menuju pasar untuk membeli kebutuhannya. Adapun Sulaiman, beliau sendiri di dalam tenda beristirahat melepas lelahnya.

๐ŸŒด Rombongan Imam Sulaiman bin Yasar bertepatan dengan rombongan lainnya. Ada rombongan dari Arab kampung yang kebetulan juga singgah di sana.


๐Ÿ”ญ Dari kejauhan di puncak gunung, salah seorang wanita anggota rombongan Arab Badui itu melihat ketampanan Imam Sulaiman bin Yasar. Ketampanan Sang ‘Alim dari negeri Madinah ini pun membuatnya jatuh hati. Sayangnya, kecintaannya ini justru mendorongnya jatuh ke dalam lembah syahwat. Dipakailah burqa’ serta kedua sarung tangannya. Lantas dia bergegas turun menuju tenda Sulaiman bin Yasar. 

⛺️ Masuklah sang wanita ke dalam tenda. Di depan Sulaiman, wanita itu menyingkap cadarnya. Sontak, tampaklah kecantikan dan putihnya wajah sang wanita, seakan-akan bulan purnama memendarkan cahayanya. “Berilah aku...” kata wanita itu.

๐Ÿฅ™ Menyangka meminta makanan, Sulaiman pun berdiri menuju makanan yang tersisa. Lalu, beliau pun memberikan makanan ini kepada sang wanita. “Bukan ini yang kuinginkan. Aku ingin seperti apa yang dilakukan seorang lelaki kepada istrinya,” bujuk wanita itu.

⚡️⚡️⚡️ Wanita ini mengajak berzina! Sungguh, ini adalah ujian yang hebat. Hanya orang-orang kuat iman yang sanggup menghadapinya dengan selamat. Adapun kita, orang-orang lemah imannya ini, hanya bisa berdoa agar jangan sampai ujian semacam ini menimpa kita. 

๐Ÿ›ก Sungguh, hanya keimananlah yang menjadi tameng terjadinya perbuatan keji itu. Hanya keyakinan bahwa ilmu dan pengawasan Allah bersama dengan para hamba di mana pun berada, bahwa malaikat senantiasa melihat gerak-geriknya, bahwa kelak dia akan mempertanggungjawabkan perbuatannya, hanya itulah yang bisa menghentikannya dari hal tersebut. Seandainya dia bisa lari dari penglihatan manusia, dia tidak akan bisa sembunyi dari pengawasan Allah subhanahu wata'ala.

๐Ÿ”ฅ Andaikata dia bisa mengelak dari hukuman manusia, siapa yang menjamin dia akan selamat dari hukuman Allah di neraka? Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda dalam riwayat Al Bukhari bahwa suatu saat beliau bermimpi –dan mimpi seorang nabi adalah wahyu—beliau melihat sebuah sumur seperti tungku, atasnya sempit sedang bawahnya lebar. Di bawah tungku itu ada api. Jika nyala api itu mendekat, mereka pun naik hingga hampir keluar. Lalu ketika apinya padam, mereka pun kembali ke sana. Di dalamnya ada lelaki dan perempuan yang telanjang. Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam pun bertanya, “Siapa mereka?” Para malaikat menjawab, “Mereka adalah para pezina.” Na’udzu billahi min dzalik. Kita berlindung kepada Allah dari hal itu.

๐ŸŽ Disebabkan demikian besar ujian ini, maka Allah memberikan ganjaran yang setimpal bagi orang yang lulus dari ujian yang seperti ini. Karena lulus dari ujian ini artinya adalah imannya yang kuat dan ketakwaannya yang tinggi. Allah akan memberinya naungan di saat tiada naungan selain naungan-Nya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

Artinya:
“Tujuh golongan yang Allah naungi di naungan-Nya pada hari tiada naungan kecuali naungan-Nya: pemimpin yang adil; pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Rabbnya; seseorang yang kalbunya senantiasa terikat kepada masjid; dua orang yang saling mencintai karena Allah, mereka berkumpul karena Allah dan berpisah karena Allah; seseorang yang diajak berzina oleh wanita yang memiliki kedudukan dan kecantikan, namun dia mengatakan, ‘Saya takut kepada Allah’; seseorang bersedekah secara sembunyi-sembunyi hingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfakkan tangan kanannya; dan seseorang yang berzikir kepada Allah dalam kondisi sendiri, lantas air matanya mengalir.” [H.R. Al Bukhari dan Muslim] 


✅ Sulaiman bin Yasar rahimahullah termasuk yang lulus dalam ujian berat berupa godaan wanita itu. Saat mendengar permintaan sang wanita yang tidak mungkin dikabulkannya ini, beliau menukas, “Iblis yang telah mempersiapkanmu untuk diriku!!” Beliau sadar, bahwa ini sejatinya adalah ujian. Kalau beliau mengikuti hawa nafsunya, berarti beliau telah mengikuti Iblis.

๐Ÿ’ฆ Lantas, beliau pun meletakkan kepalanya pada lengan bajunya. Pecahlah tangis Sulaiman bin Yasar. Beliau menangis sejadi-jadinya. Beliau sadar akan ujian ini, lantas beliau takut akan dirinya.

๐Ÿ•ฏ Sulaiman bin Yasar tidak sempat mengiyakan atau menampik ajakan itu. Bahkan beliau menangis, takut kepada Allah. Sungguh, demikianlah keimanan sang ‘alim dari negeri Madinah ini.

⁉️ Adapun wanita itu, demi melihat pemandangan yang dilihatnya ini, dia pun bingung. Belum pernah dia menjumpai yang seperti ini. Dia pun terdiam sejenak di sudut ruangan melihat Sulaiman yang justru menangis menjadi-jadi. Akhirnya, dia pun memutuskan untuk menutup kembali cadar yang dipakainya dan kembali ke tendanya.

๐Ÿ› Tak selang beberapa lama, sang kawan pun pulang dari pasar membawa perbekalan.

๐Ÿ’ฆ “Ada apa, Sulaiman?” dia bertanya demi melihat matanya yang sembap dan tenggorokannya yang serak. “Apa yang membuatmu menangis?” cecarnya.

❓ “Aku baik-baik saja. Aku cuma ingat anakku di rumah,” kata Sulaiman bin Yasar ber-tauriyah.

❗️ “Nggak mungkin. Pasti ada peristiwa lain. Kamu ‘kan baru saja meninggalkan keluarga sekitar tiga hari,” bantah temannya. Temannya terus mencecarnya dengan pertanyaan agar Sulaiman mau berterus terang dengan apa yang terjadi sepeninggalnya.
Sulaiman pun akhirnya berterus terang. Beliau menceritakan kisahnya sejak awal sampai akhirnya. Demi mendengar cerita kawannya, teman Sulaiman bin Yasar kemudian meletakkan perbekalan yang dibawanya. “Aku lebih berhak menangis daripada engkau.”

“Kenapa?”

๐Ÿ’ฆ “Sungguh, aku khawatir kalau aku di posisimu, aku tidak akan bersabar.” Keduanya pun menangis karena peristiwa tersebut.


๐Ÿ’ญ Sulaiman bin Yasar rahimahullah bermimpi melihat seorang yang tampan dan rupawan. Badannya tinggi dan tegap. Bajunya bagus dan indah. Baunya pun harum mewangi.

“Siapa Anda, semoga Allah merahmati Anda?” tanya Sulaiman.

“Saya Yusuf bin Ya’qub.” Nabi Yusuf 'alaihis salam. 

“Anda Yusuf Ash Shiddiq?”

“Ya.”

“Sungguh, kisah Anda dengan istri pembesar Mesir sangat menakjubkan,” kata Sulaiman. 

“Kisahmu dengan wanita Abwa’ lebih menakjubkan,” kata Nabi Yusuf.

Subhanallah, kisah yang dialami Sulaiman bin Yasar hampir mirip dengan peristiwa Nabi Yusuf. Maka, beliau pun mendapat kabar gembira berupa mimpi bertemu dengan Nabi Yusuf. Allahu a’lam bish shawab.

Kisah indah Sang Ulama Madinah ini diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam kitab beliau Hilyatul Auliya. Semoga kita bisa memetik hikmah dari kisah ini.


๐Ÿ“š Baca selengkapnya di buku "Kisah Menakjubkan Para Ulama"
#buku #ulama #godaan #wanita 
•┈┈•┈┈•⊰✿๐Ÿ“–✿⊱•┈┈•┈┈•

๐Ÿ“˜ Channel Majalah Tashfiyah t.me/majalahtashfiyah

KISAH MENAKJUBKAN DALAM TAWAKAL KEPADA ALLAH :::: KISAH HATIM AL-ASHAM ::


:: KISAH MENAKJUBKAN DALAM TAWAKAL KEPADA ALLAH ::
:: KISAH HATIM AL-ASHAM ::

Hatim al-Asham termasuk di antara pembesar orang-orang shaleh. Hatinya sudah rindu ingin menunaikan haji pada suatu tahun di antara tahun-tahun yang ada. Namun ia belum jua memiliki biaya untuk berhaji, tidak boleh mengadakan perjalanannya, bahkan haji itu tidak wajib tanpa meninggalkan biaya hidup bagi anak-anaknya tanpa keridhaan mereka.

Ketika waktu yang dijanjikan telah tiba, puterinya melihat dirinya bersedih dan menangis, sedang keshalehan terdapat pada puterinya tersebut. Ia berkata kepadanya, 
“Wahai ayahku, gerangan apa yang membuat engkau menangis?
Ia berkata, “Haji telah tiba.”

“Lalu mengapa engkau tidak pergi berhaji?” tanya sang puteri.

“Nafkah” jawab sang ayah.

“Allah yang akan memberikan engkau rezeki,” jawab si puteri.

“Lalu apa nafkah kalian?” tanya sang ayah lagi.

“Allah yang akan memberikan kami rezeki,” jawab sang puteri.

“Tetapi perkaranya kembali kepada ibumu,” kata sang ayah.

Pergilah puterinya tersebut untuk mengingatkan Sang ibu. Hingga akhirnya, ibu dan anak-anak lelakinya berkata kepada Hatim, 
“Pergilah berhaji, Allah yang akan memberikan kami rezeki.”

Hatim pun berangkat berhaji. Ia hanya meninggalkan nafkah untuk tiga hari buat mereka.

Ia berangkat berhaji sementara tidak ada sedikit harta pun yang bersamanya yang dapat digunakan untuk mencukupi keperluannya. Adalah ia berjalan di belakang kafilah. Di awal perjalanan, seekor kalajengking menyengat pemimpin kafilah, membuat mereka bertanya siapa yang dapat meruqyah dan mengubatinya. Mereka pun mendapati Hatim. Lantas ia meruqyahnya sehingga Allah menyembuhkan pemimpin kafilah dari kebinasaannya.

Pimpinan kafilah berkata, “Nafkah pulang dan pergi (Hatim), saya yang menanggungnya.”
Hatim pun berdo’a, “Ya Allah, ini adalah pemeliharaan-Mu kepadaku, maka perlihatkanlah pemeliharaan-Mu kepada keluargaku.”

Telah berlalu masa tiga hari sementara nafkah yang ditinggalkan di sisi anak-anak telah habis. Mulailah rasa lapar menguasi mereka, sehingga mereka mulai mencela si anak perempuan tadi. Namun ia hanya tertawa. 
Mereka berkata, “Apa yang membuatmu tertawa sementara rasa lapar hampir membunuh kita.” 
Ia balik bertanya, “Ayah kita ini Razzaq (Sang Pemberi Rezeki) atau pemakan rezeki?”

“Pemakan rezeki, kerana ar-Razzaq itu hanyalah Allah,” jawab mereka.

“Kalau begitu telah pergi pemakan rezeki dan tinggallah ar-Razzaq,” jawab anak perempuan.

Ketika ia tengah berbicara dengan mereka, tiba-tiba pintu diketuk. “Siapa di pintu?” tanya mereka.

“Sesungguhnya Amirul Mukminin meminta air minum kepada kalian,” jawab si pengetuk pintu.

Kemudian, mereka pun memenuhi geribah dengan air. Minumlah Sang Khalifah, maka ia merasakan kelezatan pada air tersebut yang belum pernah dirasakannya. 

Ia bertanya, “Dari mana kalian mendapatkan air ini?” 

“Dari rumah Hatim,” jawab mereka. 

“Kalian panggil dia supaya aku dapat membalas budinya,” perintah Khalifah. 

“Ia sedang berhaji,” jawab mereka. 

Maka Amirul Mukminin melepas ikat pinggangnya –dan itu merupakan sabuk yang terbuat dari kain tenun mewah yang bertabur permata – seraya berkata, 
“Ini untuk mereka (keluarga Hatim).” 

Kemudian ia berkata, “Siapa yang ia memiliki tangan atasku –yaitu siapa yang dia mencintaiku-?” 

Maka tiap menteri dan pedagang melepaskan ikat pinggangnya untuk mereka hingga menumpuklah ikat pinggang-ikat pinggang tersebut. Kemudian salah seorang pedagang membeli semua ikat pinggang tersebut dengan emas sepenuh rumah yang dapat mencukupi keperluan mereka (keluarga Hatim) hingga ajal menjemput, lalu mengembalikan lagi ikat pinggang-ikat pinggang itu kepada mereka (para pemiliknya).

Mereka (keluarga Hatim) membeli makanan dan tertawa ceria. Namun si anak perempuan malah menangis. 
Sang ibu berkata kepadanya, “Perkaramu sungguh mengherankan wahai puteriku. Ketika kami menangis kerana lapar, kamu malah tertawa. Namun ketika Allah telah memberikan jalan keluar kepada kita, kamu malah menangis?!”

Sang anak menjawab, “Makhluk yang tidak menguasai manfaat maupun madharat untuk dirinya sendiri ini (yaitu Khalifah) pun melihat kepada kita dengan pandangan hiba yang mencukupi kita dari kematian, lalu bagaimana kiranya dengan Raja para raja?!”

Itulah kepercayaan (tsiqah) kepada Allah.

Itulah kepercayaan kepada ar-Razzaq yang memiliki kekuatan lagi sangat kukuh.

Itulah kekuatan iman dan kekuatan tawakkal kepada Allah.

Maha suci Allah, di mana kita dibanding mereka?!

Ketika Allah memilih engkau untuk menempuh jalan hidayah-Nya, bukanlah kerana engkau istimewa atau kerana ketaatan yang engkau kerjakan! Namun itu semata rahmat dari-Nya yang menyelimutimu. Boleh jadi, Ia akan mencabutnya darimu bila saja pun. Oleh kerana itu, janganlah engkau tertipu dengan amalanmu maupun ibadahmu!  Janganlah engkau kira kecil amalan orang-orang yang telah sesat dari jalan-Nya!

Seandainya bukan kerana rahmat Allah kepadamu, niscaya engkau sudah menduduki tempatnya.

Ulangilah membaca kisah ini dengan perlahan dan tenang!

Dari fawaid asy-Syaikh Fawwas al-Madkhali hafizhahullah. Dinukil dari Sahab (http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=137426)

๐Ÿ“–Sumber : Majmu’ah an-Nahjul Wadhih

https://www.atsar.id/2017/02/meraup-ketenangan-dengan-tawakkal-kisah.html
Arsip @forumsalafy

Atsar ID | Arsip Fawaid Salafy
Telegram : t.me/atsarid
Website: www.atsar.id

KISAH MENAKJUBKAN DARI MENUNDUKKAN PANDANGAN


☄๐Ÿ‘€ KISAH MENAKJUBKAN DARI MENUNDUKKAN PANDANGAN

ุฎุฑุฌَ ุงู„ุนุจุฏ ุงู„ุตุงู„ุญ ، ุณู„ูŠู…ุงู† ุจู† ูŠุณุงุฑ ุฑุญู…ู‡ ุงู„ู„ู‡ ، ู…ู† ุจู„ุฏุชู‡ ู…ุณุงูุฑุงً ، ูˆู…ุนู‡ ุฑููŠู‚ ู„ู‡ ، ูุงู†ุทู„ู‚ูˆุง ุฅู„ู‰ ุงู„ุณูˆู‚ ู„ูŠุดุชุฑูŠ ู„ู‡ู… ุทุนุงู…ุงً ، ูˆู‚ุนุฏ ุณู„ูŠู…ุงู† ูŠู†ุชุธุฑู‡ ،

ูˆูƒุงู† ุณู„ูŠู…ุงู† ุจู† ูŠุณุงุฑ ูˆุณูŠู…ุงً ู‚ุณูŠู…ุงً ، ู…ู† ุฃุฌู…ู„ ุงู„ู†ุงุณ ูˆุฌู‡ุงً ، ูˆุฃูˆุฑุนู‡ู… ุนู† ู…ุญุงุฑู… ุงู„ู„ู‡ ..

ูุจุตُุฑุช ุจู‡ ุฃุนุฑุงุจูŠّุฉ ู…ู† ุฃู‡ู„ ุงู„ุฌุจู„ ، ูู„ู…ุง ุฑุฃุช ุญุณู†ู‡ُ ูˆุฌู…ุงู„ู‡ ุงู†ุญุฏุฑุช ุฅู„ูŠู‡ ، ูˆุนู„ูŠู‡ุง ุงู„ุจุฑู‚ุน ، ูุฌุงุกุช ููˆู‚ูุช ุจูŠู† ูŠุฏูŠู‡ ..

ูุฃุณูุฑุช ุนู† ูˆุฌู‡ٍ ู„ู‡ุง ูƒุฃู†ู‡ ูู„ู‚ุฉ ู‚ู…ุฑٍ ู„ูŠู„ุฉ ุงู„ุชู…ุงู… ุซู… ู‚ุงู„ุช : "ู‡ุจู†ูŠ"

ูุบุถ ุจุตุฑู‡ُ ุนู†ู‡ุง .. ูˆุธู† ุฃู†ู‡ุง ูู‚ูŠุฑุฉ ู…ุญุชุงุฌุฉ ุชุฑูŠุฏ ุทุนุงู…ุงً ، ูู‚ุงู… ู„ูŠُุนุทูŠู‡ุง ู…ู† ุจุนุถ ุงู„ุทุนุงู… ุงู„ู…ูˆุฌูˆุฏ ู„ุฏูŠู‡

ูู„ู…ّุง ุฑุฃุช ุฐู„ูƒ ู‚ุงู„ุช ู„ู‡ :
ู„ุณุชُ ุงุฑูŠุฏ ู‡ุฐุง ุทุนุงู…ุงً ، ุฅู†ู…ุง ุงุฑูŠุฏ ู…ุงูŠูƒูˆู† ุจูŠู† ุงู„ุฑุฌู„ ูˆุฒูˆุฌุชู‡ ..

ูุชุบูŠّุฑ ูˆุฌู‡ ุณู„ูŠู…ุงู† ูˆุชู…ุนّุฑ ูˆุตุงุญ ููŠู‡ุง ู‚ุงุฆู„ุงً : 
" ู„ู‚ุฏ ุฌู‡ุฒّูƒ ุฅุจู„ูŠุณ "

ุซู… ุบุทู‰ ูˆุฌู‡ู‡ ุจูƒูّูŠู‡ ، ูˆุฏุณّ ุฑุฃุณู‡ ุจูŠู† ุฑูƒุจุชูŠู‡ ، ูˆุฃุฎุฐ ุจุงู„ุจูƒุงุก ูˆุงู„ู†ุญูŠุจ ..

ูู„ู…ุง ุฑุฃุช ุชู„ูƒ ุงู„ู…ุฑุฃุฉ ุงู„ุญุณู†ุงุก ุฃู†ู‡ ู„ุง ูŠู†ุธุฑ ุฅู„ูŠู‡ุง ، ุณَุฏู„َุช ุงู„ุจุฑู‚ุน ุนู„ู‰ ูˆุฌู‡ู‡ุง ، ูˆุงู†ุตุฑูุช ูˆุฑุฌุนุช ุฅู„ู‰ ุฎูŠู…ุชู‡ุง.

ูˆุจุนุฏ ูุชุฑุฉ ، ุฌุงุก ุฑููŠู‚ู‡ ูˆู‚ุฏ ุงุดุชุฑู‰ ู„ู‡ู… ุทุนุงู…ู‡ู… ، ูู„ู…ุง ุฑุขู‰ ุณู„ูŠู…ุงู† ุนูŠู†ุงู‡ُ ู…ู† ุดุฏّุฉ ุงู„ุจูƒุงุก ูˆุงู†ู‚ุทุน ุตูˆุชู‡ ..

ู‚ุงู„ ู„ู‡ : ู…ุงูŠุจูƒูŠูƒ ؟
ู‚ุงู„ ุณู„ูŠู…ุงู† : ุฎูŠุฑุงً .. ุฐูƒุฑุช ุตุจูŠุชูŠ ูˆุฃุทูุงู„ูŠ

ูู‚ุงู„ ุฑููŠู‚ู‡ُ : ู„ุง ..ุฅู† ู„ูƒ ู‚ุตุฉ ؛
ุฅู†ู…ุง ุนู‡ุฏูƒ ุจุฃุทูุงู„ูƒ ู…ู†ุฐ ุซู„ุงุซ ุฃูˆ ู†ุญูˆู‡ุง ..

ูู„ู… ูŠุฒู„ ุจู‡ ุฑููŠู‚ู‡ ุญุชู‰ ุฃุฎุจุฑู‡ ุจู‚ุตุฉ ุงู„ู…ุฑุฃุฉ ู…ุนู‡ ، ููˆุถุน ุฑููŠู‚ู‡ ุงู„ุณูุฑุฉ ، ูˆุฌุนู„ ูŠุจูƒูŠ ุจูƒุงุก ุดุฏูŠุฏุงً .

ูู‚ุงู„ ู„ู‡ ุณู„ูŠู…ุงู† : ูˆุฃู†ุช ู…ุงูŠُุจูƒูŠูƒ ؟
ูู‚ุงู„ ุฑููŠู‚ู‡ : ุฃู†ุง ุฃุญู‚ّ ุจุงู„ุจูƒุงุก ู…ู†ูƒ .

ู‚ุงู„ ุณู„ูŠู…ุงู† : ูˆู„ู… ؟
ู‚ุงู„ : ู„ุฃู†ู†ูŠ ุฃุฎุดู‰ ุฃู† ู„ูˆ ูƒู†ุช ู…ูƒุงู†ูƒ ู„ู…ุง ุตุจุฑุชُ ุนู†ู‡ุง !

ูุฃุฎุฐ ุณู„ูŠู…ุงู† ูˆุฑููŠู‚ู‡ ูŠุจูƒูŠุงู† !

ูˆู„ู…ุง ุงู†ุชู‡ู‰ ุณู„ูŠู…ุงู† ุฅู„ู‰ ู…ูƒุฉ ูˆุทุงู ูˆุณุนู‰ ، ุฃุชู‰ ุงู„ุญุฌุฑ ูˆุงุญุชุจู‰ ุจุซูˆุจู‡ ، ูู†ุนุณ ูˆู†ุงู… ู†ูˆู…ุฉ ุฎููŠูุฉ
ูุฑุฃู‰ ููŠ ู…ู†ุงู…ู‡ ، ุฑุฌู„ุงً ูˆุณูŠู…ุงً ุฌู…ูŠู„ุงً ุทูˆู„ุงً ، ู„ู‡ ู‡ูŠุฆุฉ ุญุณู†ุฉ ูˆุฑุงุฆุญุฉ ุทูŠุจุฉ ..

ูู‚ุงู„ ู„ู‡ ุณู„ูŠู…ุงู† : ู…ู† ุฃู†ุช ูŠุฑุญู…ูƒ ุงู„ู„ู‡ ؟

ู‚ุงู„ ุงู„ุฑุฌู„ : ุฃู†ุง ูŠูˆุณู ุงู„ู†ุจูŠّ ุงู„ุตุฏูŠู‚ ุงุจู† ูŠุนู‚ูˆุจ ؛

ู‚ุงู„ ุณู„ูŠู…ุงู† : ุฅู† ููŠ ุฎุจุฑูƒ ูˆุฎุจุฑِ ุงู…ุฑุงุฉِ ุงู„ุนุฒูŠุฒ ู„ุดุงู†ุงً ุนุฌูŠุจุงً ..

ูู‚ุงู„ ู„ู‡ ูŠูˆุณู ุนู„ูŠู‡ ุงู„ุณู„ุงู… : 
" ุจู„ ุดุฃู†ูƒ ูˆุดุฃู† ุงู„ุฃุนุฑุงุจูŠุฉ ุฃุนุฌุจ ! "

 ๐Ÿ“š ู…ู† ูƒุชุงุจ ุญู„ูŠุฉ ุงู„ุฃูˆู„ูŠุงุก ู„ุฃุจูŠ ู†ุนูŠู…, (ูกูฉูก / ูข)


✨ Suatu ketika keluarlah seorang pemuda yang sholeh bernama Sulaiman bin Yasar  dalam rangka safar (menuju tanah suci) bersama temannya.
Merekapun mulai berpacu hingga singgah di suatu pasar untuk membeli makanan. Ketika itu Sulaiman duduk menunggu (temannya yang berbelanja).
Konon, Sulaiman merupakan pemuda yang elok lagi rupawan, dan memiliki sifat waro' (berhati-hati) akan hal-hal yang diharamkan oleh Allah Ta'ala.

♻️ Ketika sedang menunggu, tiba-tiba seorang wanita cantik dari kalangan Arab pedalaman diam-diam mengawasinya, sontak perempuan itupun terpikat dengan ketampanan sosok Sulaiman dan langsung menghampirinya.

⁉️ Perempuan itu datang dengan mengenakan burqa'  (kain yang menutupi wajah). Diapun berdiri tepat dihadapan Sulaiman dan langsung menyingkap burqa'nya (untuk menggoda) dan tampaklah wajahnya yang cantik bak potongan cahaya rembulan di malam purnama, seraya berkata: "berilah aku!".

๐Ÿšซ Sulaiman justru meresponnya dengan menundukkan pandangan sambil mengambilkan makanan yang ia miliki. Dia menyangka wanita tersebut adalah orang faqir yang membutuhkan.

⚠️ Melihat respon Sulaiman yang justru menundukkan pandangan dan mengabaikannya, dia langsung mengurai kembali burqa'nya dan pergi dan kembali ke pemukimannya.

〽️ Beberapa saat kemudian, temannya pun datang membawa barang belanjaan yang telah dibeli. Melihat bekas tangisan dari mata Sulaiman dan suaranya yang tersengal, diapun bertanya: "apa yang membuatmu menangis kawan".

✅ Sulaiman berkilah dan menjawab: "tidak apa-apa, aku hanya dirundung rindu kepada anak-anakku".

❇️ Temannyapun menukas: "tidak! Pasti telah terjadi sesuatu, kamu baru saja meninggalkan mereka (anak-anakmu) sejak kurang lebih tiga hari".

๐ŸŒ€ Temannya ini selalu mendesak hingga akhirnya Sulaiman pun terpaksa menceritakan perihal antara dia dan wanita tersebut.

๐Ÿ’ฆ Secara tiba-tiba, diapun tanpa sadar melepas perbekalannya dan menangis sejadi-jadinya. Sulaiman pun balik bertanya: "kenapa kamu malah menangis?"

๐Ÿฅ€ Temannya lantas menjawab: "aku lebih berhak menangis daripada kamu."

๐ŸŽ‹ Sulaiman: memangnya kenapa?
Temannya menjawab: "aduhai kawan, sungguh aku amat khawatir, kalau saja ujian itu menimpaku, niscaya aku takkan bisa bersabar". Mereka berdua pun menangis.

๐ŸŒฑ Ketika Sulaiman telah menuntaskan keperluannya di Makkah dan menunaikan manasik umrah, diapun duduk sambil melingkarkan kain di tubuhnya, dan seketika itu dia dihinggapi rasa kantuk hingga tertidur.

๐ŸŒŸ Diapun bermimpi melihat seorang pemuda yang elok wajahnya, wangi, indah perawakannya lagi bagus pembawaannya.

๐Ÿ’ซ Sulaiman bertanya kepada pemuda tersebut: "Siapa anda? Semoga Allah Ta'ala memberkahi anda?"

๐ŸŒป Pemuda: "saya adalah Yusuf, Nabi yang jujur lagi terpercaya, putra dari Ya'qub".

❄️ Sulaiman: "sungguh pada peristiwa antara anda dan istri Al-Aziz  terdapat sesuatu yang fantastik"! Pemuda: "bahkan antara dirimu dan wanita A'roby lebih menakjubkan"!.

๐Ÿ“š Hilyatul Auliya', Abu Nu'aim (191/2)

✍๐Ÿป Alih bahasa : Wildan Afdhal Pontianak

๐Ÿ“ Whatsapp Salafy Sorowako
๐Ÿ“ฒ Channel Telegram : https://t.me/salafy_sorowako

•°•°•°•°•°•°•°•