Minggu, 22 Desember 2019
TAK BISA KE LAIN HATI
Jumat, 13 Desember 2019
ABU BAKR MENJADI SEBAB HIDAYAH SEKELOMPOK ORANG DAN MEMERDEKAKAN HAMBA SAHAYA MUSLIM
Minggu, 01 Desember 2019
MENDULANG FAIDAH BERHARGA DARI KISAH ABU THALIB, PAMAN RASULULLAH صلى الله عليه و سلم
AKU INGIN DILUPAKAN SAJA-Kisah haru detik-detik wafatnya Aisyah-
Asma’ Bintu An Nu’man al-Kindiyah
Qutailah bintu Shaifi
Raihanah Bintu Zaid
SAYA MALU PADA ANAK ITU
SEMANGAT BELAJARMENGALAHKAN 🍗 SELERA MAKAN
KEAJAIBAN SHODAQOH, Kisah Nyata Seorang Ayah di Yaman
KISAH-KISAH TELADAN MENAKJUBKAN TENTANG SEMANGAT MENUNTUT ILMU
KISAH TRAGIS SI MURTAD PENGHINA NABI SHALLAHU 'ALAIHI WA SALLAM
Sabtu, 30 November 2019
Kisah Wafatnya Shahabat Abu Tsa'labah Al Khusyani Radhiallahu 'Anhu
Rabu, 29 Mei 2019
PERJALANAN HIDAYAH
PERJALANAN HIDAYAH
Aku adalah seorang yang terlahir dari keluarga besar kristiani. Semua keluargaku, baik dari keluarga besar ibu maupun ayahku memeluk agama kristiani. Yaitu Katolik Roma, ada juga kristen Protestan. Ayahku adalah orang yang berwatak keras dan tegas.
Setiap kali sang anaknya melakukan sebuah kesalahan, hampir dapat dipastikan akan menerima pukulannya. Terbetiklah rasa takut yang sangat pada diriku untuk melanggar apalagi melawan kemauan ayah.
Sejak kecil pun aku dididik dalam lingkungan Kristiani yang penuh dengan kebencian terhadap Islam. Mennapaki jenjang sekolah formal, aku disekolahkan di SDK (Sekolah Dasar Katolik). Di sana aku mulai belajar sedikit demi sedikit bagaimana hakikatnya agama Katolik.
Dari sana pulalah awal mula munculnya kebencian terhadap agama Islam. Karena digambarkan kepada kami para siswa, bahwa agama Islam adalah agama yang keras. Agama yang suka mengebom sana-sini.
Waktu pun terus berjalan. Tidak terasa aku sudah lulus dari SD dan akan beranjak ke SMP. Di kotaku waktu itu terdapat Sekolah Menengah Pertama Katolik (SMPK). Namun kualitas sekolah tersebut jelek sekali.
Akhirnya, ayahku memutuskan untuk menyekolahkanku di sekolah negeri unggulan. Telah dimaklumi dikotaku, bahwa sekolah negeri mayoritas siswanya beragama Islam. Pelajaran agamanya pun agama Islam.
Sebelum mendaftar di sekolah ini, ayahku mewanti-wanti dan mendoktrin tentang jeleknya Islam. Sehingga tidak pernah terpikir dalam benakku untuk mengetahui dan mempelajari agama Islam.
Seiring waktu berjalan, akhirnya aku diterima untuk masuk dan belajar di sekolah ini. Aku pun menjadi orang yang asing di sekolah ini. karena aku adalah satu-satunya siswa yang beragama Kristen.
Lambat laun, mau tidak mau, aku pun bergaul dengan para siswa muslim itu. Suatu saat, aku merasa kagum sekali pada salah seorang teman laki-laki karena sikap dan sifat yang ia miliki.
Sebagaimana kita ketahui, musibah besar yang melanda generasi muda, bahwa mereka terjerembab dan berkubang dalam lumpur pergaulan bebas.
Kecuali mereka dalam jumlah kecil yang masih Allah jaga tentunya. Demikianlah yang terjadi pada para siswa yang masih belia itu.
Terlalu jauh bergaul dengan lawan jenis. Innalillahi wainna ilaihi raji'un. Namun, satu temanku ini sangat berupaya menjaga diri dari pergaulan haram tersebut.
Karena sikapnya itulah aku merasa takjub dan ingin mengenalnya lebih dekat. Singkat kata, akupun mulai berkenalan dan berteman dengannya. Bahkan kita layaknya seorang sahabat.
Namun, antara kami ada dinding pembatas yang sangat tebal dan jurang pemisah yang sangat lebar. Yaitu perbedaan keyakinan. Dia seorang muslim, sedangkan saya seorang kristiani.
Waktu berjalan dan kami menganggap tidak ada perbedaan. Suatu saat, kami terlibat dalam sebuah 'konflik kecil'. Kami berdebat dan berselisih tentang agama. Cukup alot, karena masing-masing mengklaim yang paling benar.
Di saat yang lain, temanku membawakan buku tentang kesalahan ketuhanan Yesus. Aku pun membacanya. Dinukilkan dalam buku tersebut salah satu perkataan Yesus yang tertulis dalam Injil surat Lukas :14, ketika Ia digantung di kayu salib, ucapan terakhir yang ia katakan sebelum kematiannya, "Eloi Eloi Lamma Sabaktani."
Dalam bahasa Ibrani yang artinya, "Bapa Bapa mengapa engkau meninggalkan aku?" Lalu tertulis sebuah pertanyaan, "Seandainya Yesus adalah Tuhan, mengapa ia tidak menyelamatkan dirinya sendiri?! Dan mengapa Ia masih meminta tolong kepada Bapa?"
Sebagai catatan, yang mereka maksud Bapa adalah Allah. Begitulah orang Nasrani, merasa saking dekatnya hubungan mereka dengan Allah, mereka pun menyeru Allah dengan sebutan bapa.
Terus kubaca tulisan demi tulisan, halaman demi halaman buku tersebut. Pada akhirnya akupun mulai ragu, benarkah agama yang selama ini aku anut? Keyakinankubmulai goncang.
Aku pun memutuskan untuk mempelajari agama Islam dari temanku ini. Waktu terus berlalu, sampai aku benar-benar yakin bahwa Islam adalah agama yang benar.
Namun, maksud hati memeluk gunung, apa daya tangan pun tak sampai. Eaktu itu aku tak memiliki kekuatan untuk menampakan keyakinanku ini. Di samping ketergantunganku pada keluargaku, aku juga diliputi rasa takut kepada ayahku yang amat keras penentangannya terhadap Islam.
Ditambah kekuatan gereja yang tidak menginginkan jama'ahnya hilang. Begitu pula ayahku sebagai pemuka gereja, tentu akan sangat malu apabila aku masuk Islam.
Keinginan untuk masuk Islam pun aku urungkan. Kegiatanku sebagai aktivis gereja pun terus berjalan. Di gereja, kami membentuk sebuah organisasi misionaris remaja yang bertugas untuk mencari domba-domba tersesat untuk dibaptis dan masuk agama Katolik.
Begitulah, dahulu aku sangat bersemangat untuk menyebarkan agama Katolik. Karena, walaupun hati kecilku meyakini Islam adalah agama yang benar, namun kebencian terhadap Islam masih tersisa.
Hal ini karena pengaruh doktrin yang kuat dari pastorku (seorang pimpinan gereja, semacam kyai dalam Islam). Dalam misi Kristenisasi ini, berbagai upaya ditempuh pihak gereja.
Diantaranya menyebarkan makanan-makanan pokok dan instan, seperti: mie, susu, beras, dan minyak goreng.
Membagikan kalender dengan tema-tema Kristiani, memberikan buku-buku Kristen secara gratis, sampai kepada perkawinan dengan wanita-wanita muslimah, terutama anak-anak para kyai.
Di desaku juga terdapat rumah sakit Katolik untuk misi yang sama, yaitu menyebarkan syi'ar-syi'ar agama Katolik. Aku membagikan itu semua tanpa tahu dari mana dana itu berasal. Dengan agresif kami membagi-bagikannya di pulau-pulau terpencil.
Sungguh benar firman Allah:
وَلَن تَرْضَىٰ عَنكَ ٱلْيَهُودُ وَلَا ٱلنَّصَٰرَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ
"Dan orang-orang Yahudi serta Nasrani tidak akan pernah ridha kepadamu sampai engkau mengikuti agama mereka."[Q.S. Al Baqarah:120]
Kegiatanku sebagai aktivis gereja terus berlanjut. Sampai akhirnya akupun lulus dari SMP dan berpisah dengan temanku itu. Kami sekolah di SMA yang berbeda. Setelah perpisahan tersebut, kelas 1 di bangku SMA, keadaanku tidaklah membaik.
Justru bertambah buruk dengan teman-teman Katolik yang berakhlak jelek disekelilingku. Menjadi anak malam, bergaul dengan anak jalanan pun mewarnai lembaran kehidupanku. Namun walaupun keadaanku demikian, aku masih tetap semangat menyebarkan syi'ar-syi'ar Katolik.
Keadaan ini terus berlanjut sampai Allah Subhanahu Wa Ta'ala menakdirkanku bertemu dengan seorang teman muslim yang baik. Aku pun terkagum-kagum pada akhlaknya. Sebagaimana kekagumanku dahulu kepada temanku yang pernah aku kenal di bangku SMP.
Singkatnya, akupun mulai berteman dengannya. Sesekali kami terlibat dalam dialog keagamaan. Aku mulai bertanya kembali tentang hakikat agama Islam. Berteman dengan teman baru ini, semangatku ke gereja dan menyebarkan syi'ar- syi'ar Katolik, tugas sebagai seorang misionaris mulai kendur.
Sampai-sampai ayah dan pihak gereja memarahiku. Namun, semua itu tidak aku pedulikan. Sampai suatu saat, aku merasa telah kuat untuk menerima segala tantangan dan risiko yang harus kuhadapi apabila aku memeluk agama Islam.
Di malam hari, tepatnya pada pukul 19.47, tanggal 1-12-2007, aku menyatakan keislamanku pada seorang ustadz, yang ternyata belakangan aku ketahui bahwa ia berpemahaman khawarij.
Malam itu aku ragu apakah harus pulang kerumah ataukah tidak. Aku takut sekali jangan-jangan ayahku akan menyikapiku dengan sesuatu yang buruk. Namun tekadku telah bulat.
Aku harus kembali pulang dengan segala risikonya. Apalagi, ustadz tersebut menguatkan dan membisikkan agar aku membunuh orang tuaku jika mereka menentang keislamanku.
Sang ustadz khawarij membawakan ayat tentang wajibnya membunuh orang-orang kafir dimanapun mereka berada. Ia pun memberikan iming-iming bidadari jika aku mati syahid. Dan dalil-dalil lainnya, ia jelaskan sesuai dengan keyakinan khawarij.
Dia membawakan ayat:
وَٱقْتُلُوهُمْ حَيْثُ ثَقِفْتُمُوهُمْ
"Dan bunuhlah mereka di mana saja kalian jumpai mereka." [Q.S. Al Baqarah:191]
"Kamu tidak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih- sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya.
Sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak, atau saudara saudara, ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam qalbu mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya.
Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya.
رَضِىَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا۟ عَنْهُ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ حِزْبُ ٱللَّهِ ۚ أَلَآ إِنَّ حِزْبَ ٱللَّهِ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ
"Allah ridha terhadap mereka, dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung."[Q.S. Al Mujadilah:22].
Maka, malam itu, tekad dan niatku untuk pulang sangatlah kuat. Setibanya di rumah, aku menyatakan kepada kedua orang tuaku bahwa aku telah memeluk agama Islam. Ayahku sangat kaget. Lalu ia pun memukuliku dengan selang dan mengunciku dalam kamar.
Aku tidak boleh keluar sampai mau kembali ke gereja. Namun hal itu tidak membuatku gentar dan surut. Karena ujian yang begitu berat tersebut, akupun memutuskan untuk kabur dari rumah.
Dengan bantuan ibuku, aku berhasil lari menyelamatkan segala apa yang ada pada diriku, terutama anugerah yang paling berharganya yaitu keimananku.
Aku pergi menuju salah satu pondok Ahlus Sunnah dengan perbekalan yang tipis. Sekadar baju dan celana yang menempel serta uang sebesar Rp. 70.000,-. Sampai di kota Surabaya, aku tertimpa kelaparan yang hebat.
Lalu kulihat tempat sampah dan makan dari sisa-sisa makanan yang ada. Setelah itu, kulanjutkan perjalanan ke pondok tujuan yang disana ada seorang temanku. Namun, sesampai di pondok, pikiranku tidak kunjung tenang.
Sampai ibuku menelepon sambil menangis penuh harap agar aku mau kembali ke rumah. Dengan perasaan sangat berat, aku pun memutuskan untuk kembali memenuhi permintaan ibuku.
Di lain pihak, aku juga khawatir, jangan-jangan ayahku nanti memperlakukanku seperti dulu lagi. Tibalah aku di rumah. Benar, beban serasa bertambah sangat berat.
Ayahku sama sekali enggan berbicara denganku. Namun apa boleh buat, semuanya harus kujalani. Dalam keadaan seperti ini, ayahku sempat menyuruhku untuk kuliah.
Namun aku tolak secara halus. Aku sampaikan padanya bahwa aku ingin belajar di pondok pesantren. Saat itulah ayah menampakkan penolakan keras.
Ia mengatakan, "Jika kamu mondok, kamu bukan anakku lagi. Tidak ada apa-apa lagi antara kita."
Aku tetap membulatkan tekadku untuk mondok. Segala risikonya siap aku hadapi.
Alhamdulillah, akhirnya aku pun dimudahkan belajar di salah satu pondok Ahlus Sunnah. Selanjutnya, Allah memberikan kemudahan kepadaku untuk belajar di negeri Yaman. Menimba ilmu agama di hadapan para ulama.
Sebelum nikmat-nikmat yang besar ini, tak terlupa sebuah nikmat yang sangat disyukuri, alhamdulillah, lambat laun hati kedua orangtuaku semakin melunak.
Makin luluh dan menerimaku kembali. Bahkan, ketika aku pulang ke rumah pada tahun ketiga saat liburan pondok, orang tuaku menyambutku denghan mempersiapkan kue-kue lebaran.
Orang tuaku juga membelikan baju baru untuk hari raya. Alahmdulillah, masya Allah, berlinanglah air mata seorang anak yang sangat berharap bisa memiliki keluarga Islam.
Wahai saudaraku, semangatlah dalam menuntut ilmu agama. Cobalah bayangkan jika Anda sekalian seperti keadaanku.
Ketika Anda pulang ke rumah, orang tua Anda menyanyikan lagu gereja di samping Anda, ada salib di rumah Anda, tidak ada yang menyiapkan makanan sahur atau berbuka saat Anda puasa Ramadhan, tidak ada satu pun anggota keluarga yang menemani Anda. Bagaimanakan perasaan Anda?
Bersyukurlah wahai saudaraku. Terutama bagi Anda sekalian yang mempunyai orang tua salafi, yang sangat mendukung Anda untuk belajar agama ini.
Manfaatkanlah hal tersebut dengan baik. Karena, mungkin di sekeliling Anda masih banyak orang-orang yang sebenarnya ingin memeluk agama ini, namun apa daya mereka tak mampu, karena ancaman yang begitu besar.
Bukan saja harta atau kedudukan, bahkan nyawa menjadi taruhannya. Bagi Anda yang sedang menerima ujian, sungguh di baliknya ada hikmah yang agung.
Begitulah Allah menguji keikhlasan dalam kesendirian. Allah memberi kedewasaan ketika masalah berdatangan. Dan Allah melatih ketegaran dalam kesakitan.
Maka, tetaplah istiqamah. Sertakan Allah di setiap langkah. Hati yang siap memikul amanah adalah hati yang kuat, teguh, dan tulus. Tak berharap apapun, tapi sanggup memberi dengan segenap apapun.
Sebab, ia mengerti hanya dari Allah saja berharap balasan. Jangan pernah engkau meminta untuk di kurangi beban, tapi mintalah punggung ini agar kuat membawanya.
Sahhalallahu lana fil khair. Semoga Allah memudahkan kita dalam kebajikan.
Majalah Qudwah edisi 12/2013M hal. 97
Senin, 25 Maret 2019
Sedari tadi, tidak ada yang diincar dengan siksaan kecuali diriku seorang!
🍂🌻 SENYUM SEJENAK BERSAMA ARAB BADUI🌻🍂
🌱 Al Imam Ibnul Jauzi rahimahullah bercerita tentang suatu kisah Arab Badui:
وصلى بعض الأعراب خلف بعض الأئمة في الصف الأول وكان اسم الأعرابي مجرماً فقرأ الإمام: والمرسلات.
إلى قوله: " ألم نهلك الأولين " فتأخر البدوي إلى الصف الآخر ... فقال: " ثم نتبعهم الآخرين " ...فرجع إلى الصف الأوسط فقال: " كذلك نفعل بالمجرمين " فولى هارباً ، وهو يقول: ما أرى المطلوب غيري.
🌻 Suatu hari seorang Arab Badui shalat
berjamaah di masjid. Dikisahkan dia bernama Mujrim. Saat itu sang imam membaca
surat Al-Mursalat dan orang Badui ini mengambil shaf depan.
Imam membaca sampai ayat:
ﺃَﻟَﻢْ ﻧُﻬْﻠِﻚِ ﺍﻟْﺄَﻭَّﻟِﻴﻦَ
“Bukankah Kami telah membinasakan orang-
orang yang *di awal*?(maksudnya umat terdahulu) ” (ayat ke-16)
Kagetlah Arab Badui ini karena ia di shaf awal. Ia pun mundur ke shaf paling terakhir.
✉Lalu imam membaca setelahnya:
ﺛُﻢَّ ﻧُﺘْﺒِﻌُﻬُﻢُ ﺍﻟْﺂﺧِﺮِﻳﻦَ
“Lalu Kami iringkan (azab Kami terhadap)
mereka dengan (mengazab) orang-orang
belakang/ umat yang datang kemudian. ” (ayat ke-17)
Kagetlah Arab Badui ini untuk kedua kalinya, karena ia di shaf belakang.
Ia pun maju ke shaf tengah.
🍂Lalu imam melanjutkan bacaannya:
ﻛَﺬَﻟِﻚَ ﻧَﻔْﻌَﻞُ ﺑِﺎﻟْﻤُﺠْﺮِﻣِﻴﻦَ
“Demikianlah Kami berbuat terhadap orang orang
*mujrim* (orang-orang yang berdosa). ” (ayat
ke 18)
Ia yang merasa bernama Mujrim pun kabur terbirit-birit tak melanjutkan shalat jamaah.
Ia kabur sambil berkata:
ﻣﺎ ﺃﺭﻯ ﺍﻟﻤﻄﻠﻮﺏ ﻏﻴﺮﻱ
“Sedari tadi,tidak ada yang diincar dengan siksaan kecuali diriku seorang!”
✉👍✉👍✉👍✉
📙 dinukil dari kitab Akhbarul Hamqa wal Mughaffalin karya Ibnul Jauzi rahimahullah
🖋 Abu Mas'ud Jarot waffaqahullah
🖥 Publikasi
*🤝WA.ILMU SYAR'I🤝*
https://t.me/CTIS_ChannelTelegramIlmuSyari
📚📚📚📚📚📚📚📚📚📚
Sabtu, 16 Maret 2019
TANAMKANLAH KEBERANIAN !!
Edisi penyemangat 🔥🔥
⚔🛡 *TANAMKANLAH KEBERANIAN !!*
🌴 *Samarra*, sebuah desa berjarak tiga farsakh (kurang lebih 24 km) dari pusat kota Bukhara. Walau terbilang kecil, Samarra telah meninggalkan sebuah kisah keberanian luar biasa yang patut diteladankan untuk anak-anak kita. Di sanalah sejarah mencatat seorang ulama hadits sekaligus mujahid pemberani terlahir. Kisah nan indah mewangi.
🌿 Beliau dijuluki Farisul Islam, seorang penunggang kuda handal dalam berperang. Di samping itu, beliau pun dikenal sebagai ahli ibadah, tokoh berzuhud, ulama panutan, dan ahli hadits terkemuka. Imam Al Bukhari juga meriwayatkan hadistnya di dalam Shahih Bukhari. Sebuah pengakuan dari Imam Al-Bukhari mengenai kepercayaan beliau kepadanya.
💐 Imam Al-Bukhari menyanjung sang guru tersebut, Ahmad bin Ishaq As Surmari (wafat 242 H), “Aku tidak mengetahui ada orang lain yang sama dengan beliau di dalam bidang sejarah Islam.” Dari sisi mana beliau dipuji semacam itu? Sanjungan Imam Al Bukhari kiranya lebih dari cukup untuk menggambarkan seperti apakah kedudukan Ahmad bin Ishaq As Surmari.
🍃 Jangankan orang-orang, hewan pun merasa tenang jika berada di sampingnya. Suatu saat, Ahmad bin Ishaq pernah bersantap makan ditemani oleh burung-burung pipit. Serombongan burung itu seakan menjadi kawan bersantap yang baik. Tiba-tiba putranya masuk dan burung-burung tersebut lantas berterbangan. Adakah hamba semacam itu di dunia ini yang masih tersisa?
🎗 Imam Adz Dzahabi rahimahullah di dalam Siyar A’lam Nubala’ menyebutkan bahwa Ahmad bin Ishaq As Surmari “wa bi syaja’atihi yudhrabu al matsal,” keberaniannya telah menjadi sebuah perumpamaan. Siapapun yang menyandang sikap perwira dan pemberani akan dibandingkan dengan beliau, setara ataukah tidak.
⚒ Tongkat besi menjadi senjata kesayangan As Surmari. Beratnya delepan belas mann (kurang lebih 100 kg). Luar biasa beratnya, bukan? Senjata unik ini memang menggambarkan betapa kuat dan ‘mengerikan’-nya As Surmari di kalangan musuh-musuh Islam. Semasa tuanya, tongkat besi itu dikurangi beratnya oleh As Surmari menjadi dua belas mann (kurang lebih 70 kg).
🗡 Dalam sebuah pertempuran, dikisahkan oleh Adz Dzahabi rahimahullah dengan sanadnya, As Surmari dihadapkan dalam suasana perang tanding yang mengerikan. Seorang jagoan dari pihak musuh dikabarkan mempunyai kekuatan yang setara dengan seribu prajurit. As Surmari lalu memohon ijin kepada panglima Islam untuk menghadapi orang tersebut.
⛏ Tongkat besi disembunyikan oleh As Surmari. Pada saat jagoan musuh datang menyerang, As Surmari malah terlihat melarikan diri. Ada apa yang terjadi? Seluruh mata memandang penuh tanda tanya. Setelah menjauh dari induk pasukan musuh, tiba-tiba As Surmari berhenti lari dan berbalik arah sambil menghantamkan tongkat besinya kepada musuh yang lari mengejar. Jagoan musuh itu pun mati. Panglima musuh yang marah lalu memerintahkan lima puluh prajurit berkuda untuk mengejar dan membunuh As Surmari. Beliau lalu bersembunyi di sebuah anak bukit. Setelah kelima puluh prajurit berkuda itu lewat melintas, As Surmari mengejar mereka dan membunuh satu per satu dari arah belakang. Empat puluh sembilan prajurit musuh mati dan tersisa satu. Prajurit musuh yang tersisa lalu dibiarkan hidup setelah dilukai oleh As Surmari untuk menceritakan peristiwa tersebut kepada panglima musuh dan kawan-kawannya.
⚔ Kisah kepahlawanan beliau bukan hanya itu! As Surmari pun dikenal sebagai pemanah ulung yang tepat di dalam mengenai obyek sasaran.
🛡 Kisahnya, sebuah benteng musuh dikepung oleh pasukan kaum muslimin. Dari kejauhan, panglima benteng terkepung sedang duduk mengawasi keadaan dari sebuah tempat yang tertutup. As Surmari lalu melesatkan sebuah anak panah yang tepat mengenai perlindungan si panglima.
🗝 Oleh si panglima, prajuritnya diminta untuk mengambil anak panah tersebut. namun, anak panah kedua kembali dilepaskan oleh As Surmari yang tepat mengenai tangan si panglima. Para prajuritnya berusaha mencabut anak panah itu. Akan tetapi, anak panah ketiga As Surmari kembali datang dan menancap tepat di leher si panglima. Akhirnya, benteng tersebut berhasil ditaklukan oleh kaum muslimin.
••Al Imam Adz Dzahabi rahimahullah menyatakan, “Kisah-kisah sang pejuan ini (As Surmari) sangatlah menghibur hati seorang muslim.”
✔Benar! Kisah-kisah kepahlawanan dan keberanian para ulama semestinya sering-sering disampaikan kepada anak-anak kita. Supaya mereka tumbuh dan berkembang dalam suasana dan lingkungan yang perwira. Berani melantangkan kebenaran, tidak mengenal takut dalam mengungkap kejahatan.
*Jangan biarkan anak-anak kita termakan oleh iklan-iklan televisi yang menggambarkan keberanian semu. Jangan relakan anak-anak kita mengagumi tokoh-tokoh pahlawan super yang fiktif. Jangan lepaskan anak-anak kita terbuai oleh profil-profil jagoan kafir yang diangkat di layar kaca dan layar lebar*
♻🛡 Islam telah mewariskan keberanian sejati. Keberanian yang terarah dan berdasarkan pada kebenaran syar’i. Islam telah mencatatkan sejarah kaum pemberani. Islam tidak kurang sedikit pun di dalam mengajarkan keberanian. Hanya saja, bisakah kita mentransfernya untuk anak-anak kita? Tugas siapa? Tugas kita bersama.
📖 Kisah-kisah keberanian Islam seharusnya sedini mungkin ditanamkan pada anak-anak kita. Supaya mereka hidup tanpa mengenal rasa takut kepada selain Allah subhanahu wa ta’ala. Generasi Islam bukanlah generasi penakut! Apalagi takut kepada tuyul, sundel bolong, buto, genderuwo atau istilah-istilah lain yang dibuat-buat untuk menakut-nakuti anak-anak Islam.
❓Tidakkah kita tersentuh hati untuk menjalankan tanggung jawab ini?
☝ Sungguh, demi Allah! Kisah-kisah Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam dan para shahabatnya amatlah penting untuk diajarkan! Cerita kaum tabi’in dan seluruh pahlawan Islam setelah mereka pun demikian. Penaklukan tanah Hindustan, jazirah Afrika bahkan sampai benua Eropa adalah materi yang layak kita suarakan di dada dan sanubari anak-anak kita. Agar mereka tidak lupa sejarah!
🎓 Harapannya, generasi muda Islam berikutnya bukanlah generasi yang cengeng, mudah goyah atau rendah diri. Mereka harus berani menengadahkan dada dan membentangkan tangan untuk menyambut masa depan Islam yang cerah. Generasi yang pemberani. Berani menyuarakan kebenaran. Tidak kenal takut untuk menyerukan Al Qur’an, As Sunnah, dan Manhaj Salaf.
📝 Tugas siapa? Tugas kita bersama. Sebab ternyata, tidak hanya anak-anak kita yang memerlukan suntikan semangat untuk berani. Kita yang menjadi orang tua pun sebenarnya masih membutuhkan siraman motivasi untuk hidup berani. Benar begitu, bukan?
Wallahul musta’aan.
📚 Sumber : Majalah Qudwah Edisi 17 Vol 2 1435 H/ 2014 H hal. 47 – 49.
🖊 Penulis : Ustadz Abu Nasim Mukhtar
Turut berbagi group whatsapp *Olahraga Panahan*🏹🏹
Selasa, 05 Maret 2019
💐📝Pelajaran Berharga dari Keruntuhan Daulah Utsmaniyyah
💐📝Pelajaran Berharga dari Keruntuhan Daulah Utsmaniyyah
Setiap rentetan peristiwa yang diabadikan sejarah, semestinya menjadi pelajaran berharga bagi orang-orang beriman. Demikianlah Allah mengajarkan kepada kita dalam al-Quran:
...فَاعْتَبِرُوا يَا أُولِي الْأَبْصَارِ
...maka ambillah sebagai pelajaran, wahai orang-orang yang memiliki pandangan yang tajam (Q.S al-Hasyr ayat 2)
Daulah Utsmaniyyah telah menjadi bagian dalam sejarah kaum muslimin. Kurun waktu 6 abad masa pemerintahan dinasti ini bukanlah waktu yang singkat. Silih berganti pemimpin melanjutkan estafet dari pimpinan sebelumnya, menjaga pemerintahan yang dirasanya baik bagi kemaslahatan rakyat.
Pertempuran-pertempuran melawan orang-orang kafir, terutama bangsa Romawi banyak mengisi relung waktu usia kehidupan Dinasti ini. Ukhuwwah Islamiyyah yang terpatri pada setiap pribadi muslim akan menggerakkan perasaan turut memiliki dan senang akan perjuangan-perjuangan tersebut. Namun, perasaan bangga dan cinta terhadap perjuangan tersebut semestinya selalu berada dalam koridor bimbingan syar’i.
Perjuangan kaum muslimin pada setiap masa selalu membutuhkan pertolongan Allah Ta’ala. Tanpa pertolongan Allah, mereka akan kalah dan rendah. Jika perjuangan itu dilandasi dengan ketakwaan, maka pertolongan Allah akan selalu menyertai.
إِنْ يَنْصُرْكُمُ اللَّهُ فَلَا غَالِبَ لَكُمْ وَإِنْ يَخْذُلْكُمْ فَمَنْ ذَا الَّذِي يَنْصُرُكُمْ مِنْ بَعْدِهِ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ
Jika Allah menolong kalian, tidak ada yang bisa mengalahkan kalian. (Namun) jika Dia menelantarkan kalian (tanpa memberi pertolongan), siapakah lagi yang bisa menolong kalian setelahnya? Hendaknya hanya kepada Allah sajalah orang-orang beriman bertawakkal (Q.S Ali Imran ayat 160)
Apabila pasukan kaum beriman meneladani Nabi dan para Sahabatnya, mereka akan mendapat kemuliaan. Sebaliknya, jika mereka menyelisihi perintah Nabi, menyimpang dari bimbingan beliau baik dari sisi aqidah, akhlak, ibadah, maupun muamalah, mereka akan menuai kehinaan.
وَجُعِلَ الذِّلَّةُ وَالصَّغَارُ عَلَى مَنْ خَالَفَ أَمْرِي
Dan dijadikan kehinaan dan kerendahan bagi orang yang menyelisihi perintahku (H.R Ahmad, dishahihkan Syaikh al-Albaniy dalam Shahihul Jami’)
Penyebab keruntuhan Dinasti Utsmaniyyah banyak dianalisis oleh berbagai pihak. Namun faktor utamanya adalah karena semakin jauhnya kehidupan pemimpin maupun rakyatnya dari bimbingan Allah dan Rasul-Nya.
Dinasti sebelumnya, yaitu Abbasiyyah juga mengadopsi pemahaman-pemahaman baru yang tidak pernah dikenal di masa Nabi dan para Sahabatnya. Pada masa Dinasti Abbasiyyah, aliran pemikiran Mu’tazilah berkembang.
Pemikiran-pemikiran filsafat Yunani banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Hal itu membuat pemikiran-pemikiran filsafat yang bukan berasal dari Islam dijadikan rujukan dalam berfikir dan menghasilkan kebijakan –sesuatu yang dianggap bijak, padahal tidak- bahkan dalam memutuskan permasalahan-permasalahan agama. Tentunya itu adalah suatu hal baru yang diada-adakan, tidak pernah diajarkan Nabi dan para Sahabatnya.
Sedangkan pada masa Dinasti Utsmaniyyah, thoriqoh-thoriqoh Sufiyyah berkembang dengan pesat. Pemimpin yang ke-2 pada Dinasti Utsmaniyyah, yaitu Aurkhan bin Utsman bin Arthughurl adalah pengikut thoriqoh Baktasyiyah.
Sultan Muhammad II yang dikenal dengan sebutan al-Fatih karena pembukaan Konstantinopel, membangun kubah di kuburan Sahabat Nabi Abu Ayyub al-Anshariy, dan juga membangun masjid di sampingnya.
Rasulullah shollallahu alaihi wasallam melarang kuburan ditinggikan, dibangun, atau dimuliakan.
نَهَى رَسُولُ اَللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - أَنْ يُجَصَّصَ الْقَبْرُ, وَأَنْ يُقْعَدَ عَلَيْهِ, وَأَنْ يُبْنَى عَلَيْه
Rasulullah shollallahu alaihi wasallam melarang kuburan dari dikapur, diduduki di atasnya, dan dibangun atasnya (H.R Muslim dari Jabir bin Abdillah)
عَنْ أَبِي الْهَيَّاجِ الْأَسَدِيِّ قَالَ قَالَ لِي عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ أَلَا أَبْعَثُكَ عَلَى مَا بَعَثَنِي عَلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ لَا تَدَعَ تِمْثَالًا إِلَّا طَمَسْتَهُ وَلَا قَبْرًا مُشْرِفًا إِلَّا سَوَّيْتَهُ
Dari Abul Hayyaaj al-Asadiy beliau berkata: Ali bin Abi Tholib berkata kepada saya: Maukah aku utus engkau dengan (misi) sebagaimana Rasulullah shollallahu alaihi wasallam mengutusku? Yaitu janganlah engkau tinggalkan suatu patung/ gambar makhluk bernyawa kecuali engkau hapus, dan tidaklah ada kuburan yang ditinggikan kecuali engkau ratakan (H.R Muslim )
Banyak kaum muslimin yang sangat terkesima dengan kesuksesan pembukaan Konstantinopel itu kemudian menghubungkan perjuangan al-Fatih itu dengan hadits:
لَتُفْتَحَنَّ الْقُسْطَنْطِينِيَّةُ فَلَنِعْمَ الْأَمِيرُ أَمِيرُهَا وَلَنِعْمَ الْجَيْشُ ذَلِكَ الْجَيْشُ
Sungguh al-Qustanthiniyyah (Konstantinopel) akan benar-benar dikuasai. Sebaik-baik pemimpin adalah pemimpin pasukan itu, dan sebaik-baik pasukan adalah pasukan itu (H.R Ahmad)
Terlepas adanya perbedaan pendapat Ulama tentang keshahihan riwayat hadits tersebut, namun sebenarnya penjelasan tentang pembukaan Konstantinopel telah disebutkan dalam hadits lain yang telah jelas keshahihannya, yaitu Shahih Muslim:
لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَنْزِلَ الرُّومُ بِالْأَعْمَاقِ أَوْ بِدَابِقٍ فَيَخْرُجُ إِلَيْهِمْ جَيْشٌ مِنْ الْمَدِينَةِ مِنْ خِيَارِ أَهْلِ الْأَرْضِ يَوْمَئِذٍ فَإِذَا تَصَافُّوا قَالَتْ الرُّومُ خَلُّوا بَيْنَنَا وَبَيْنَ الَّذِينَ سَبَوْا مِنَّا نُقَاتِلْهُمْ فَيَقُولُ الْمُسْلِمُونَ لَا وَاللَّهِ لَا نُخَلِّي بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ إِخْوَانِنَا فَيُقَاتِلُونَهُمْ فَيَنْهَزِمُ ثُلُثٌ لَا يَتُوبُ اللَّهُ عَلَيْهِمْ أَبَدًا وَيُقْتَلُ ثُلُثُهُمْ أَفْضَلُ الشُّهَدَاءِ عِنْدَ اللَّهِ وَيَفْتَتِحُ الثُّلُثُ لَا يُفْتَنُونَ أَبَدًا فَيَفْتَتِحُونَ قُسْطَنْطِينِيَّةَ فَبَيْنَمَا هُمْ يَقْتَسِمُونَ الْغَنَائِمَ قَدْ عَلَّقُوا سُيُوفَهُمْ بِالزَّيْتُونِ إِذْ صَاحَ فِيهِمْ الشَّيْطَانُ إِنَّ الْمَسِيحَ قَدْ خَلَفَكُمْ فِي أَهْلِيكُمْ فَيَخْرُجُونَ وَذَلِكَ بَاطِلٌ فَإِذَا جَاءُوا الشَّأْمَ خَرَجَ فَبَيْنَمَا هُمْ يُعِدُّونَ لِلْقِتَالِ يُسَوُّونَ الصُّفُوفَ إِذْ أُقِيمَتِ الصَّلَاةُ فَيَنْزِلُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَمَّهُمْ فَإِذَا رَآهُ عَدُوُّ اللَّهِ ذَابَ كَمَا يَذُوبُ الْمِلْحُ فِي الْمَاءِ فَلَوْ تَرَكَهُ لَانْذَابَ حَتَّى يَهْلِكَ وَلَكِنْ يَقْتُلُهُ اللَّهُ بِيَدِهِ فَيُرِيهِمْ دَمَهُ فِي حَرْبَتِهِ
Tidak akan tegak hari kiamat hingga bangsa Romawi di daerah A’maq dan Daabiq, kemudian keluarlah pasukan dari Madinah yang merupakan penduduk bumi terbaik pada hari itu. Tatkala telah berhadapan (dua pasukan), Romawi berkata: Biarlah kami memerangi orang-orang yang menawan kami. Kaum muslimin berkata: Tidak, demi Allah. Kami tidak akan membiarkan kalian memerangi saudara-saudara kami. Maka kaum muslimin itu pun memerangi mereka. Maka kalahlah sepertiga (anggota pasukan: lari dari medan pertempuran), yang Allah tidak menerima taubat mereka selamanya. Dan terbunuhlah sepertiga (anggota pasukan muslim) sebagai orang-orang syahid yang paling utama di sisi Allah. Dan sepertiga (anggota pasukan) mengalami kemenangan. Mereka tidak akan mendapat fitnah (ujian) selamanya. Maka mereka pun menaklukkan Konstantinopel. Ketika mereka sedang membagi-bagikan harta rampasan perang, mereka menggantungkan pedang-pedang mereka di (pohon) Zaitun, tiba-tiba Syaithan berteriak kepada mereka: Sesungguhnya al-Masih (Dajjal) telah menggantikan posisi kalian di keluarga kalian. Maka merekapun keluar. Ternyata teriakan itu tidak benar. Ketika telah datang perasaan putus asa, mereka keluar bersiap berperang mengatur shof-shof. Tiba-tiba dikumandangkan iqomat untuk sholat, kemudian turunlah Isa putra Maryam shollallahu alaihi wasallam menjadi imam bagi mereka. Ketika musuh Allah melihat kepadanya, ia meleleh sebagaimana melelehnya garam. Kalau meninggalkannya, niscaya ia akan larut mengalir hingga binasa. Akan tetapi Allah membunuh mereka melalui tangannya, sehingga mengalirlah darahnya di tombak pendeknya (H.R Muslim dalam Kitab al-Fitaan wa Asyroothis Saa’aah bab ke-9)
Hal itu menunjukkan bahwa hadits tentang keutamaan pasukan yang membuka Konstantinopel bukanlah di masa-masa itu (masa Dinasti Utsmaniyyah), tapi di masa menjelang turunnya Dajjal, sebelum turunnya Nabi Isa ‘alaihissalaam menjelang hari kiamat.
Keruntuhan Dinasti Utsmaniyyah bukanlah sesuatu hal yang harus diratapi dengan kesedihan berlebihan. Para pemimpin muslim itu bisa jadi memiliki jasa yang tidak sedikit bagi kaum muslimin. Bagi yang meninggal dalam keadaan muslim, kita doakan ampunan dan rahmat Allah untuk mereka. Namun, kesalahan atau penyimpangan yang dilakukannya, tidaklah diabaikan begitu saja. Mereka pun tidak dielu-elukan berlebihan, hingga melupakan sikap proporsional yang dibimbing syariat.
Tersisa pelajaran-pelajaran berharga untuk generasi setelahnya, agar menimbang segala sesuatu dengan bimbingan alQuran dan Sunnah Nabi dengan pemahaman para Sahabat-nya. Melecut mereka untuk berbenah, memperbaiki diri dan masyarakatnya, memurnikan ibadah hanya kepada Allah dan ittiba’ kepada Rasulullah shollallahu alaihi wasallam. Semoga pertolongan Allah senantiasa menyertai perjuangan kaum muslimin di masa-masa berikutnya, di manapun mereka berada.
(Abu Utsman Kharisman)
WA Al-i'tishom