Minggu, 01 Desember 2019

SAYA MALU PADA ANAK ITU

📝 SAYA MALU PADA ANAK ITU

Hari ini saya mendapat titipan donasi dari seorang anak, dan  saya merasa takjub sekaligus malu  pada  anak itu. Bukan karena jumlah yang dia berikan, tapi kisah di baliknya yang membuat saya malu.

Bagi sebagian kita, uang 15 ribu mungkin tidak seberapa. Hanya cukup untuk sebungkus nasi pecel di pinggir jalan.

Tapi tidak bagi anak ini, dia adalah seorang santri berusia 10 tahun di sebuah pondok pesantren. 

Di saat anak-anak yang lain merengek untuk minta dibelikan PS atau tablet untuk main game, anak tersebut bahkan mungkin tidak tahu apa itu PS.

Jatah jajan dari orangtuanya hanya 2000 rupiah per-hari. Dan hanya di hari-hari tertentu dia mendapat jatah Rp. 3.000,00.

Beberapa hari ini dia tidak jajan. Uangnya ditabung untuk membeli ikan cupang. Kebetulan hari hari ini sedang musim ikan cupang di kalangan anak anak. Setelah terkumpul beberapa ekor ikan dari hasil "puasa jajan" beberapa hari, dia menjual ikannya pada teman-temannya. Satu ekor untungnya seribu atau dua ribu rupiah. 
Ketika terjual, keuntungannya dibelikan kembali ikan cupang, begitu seterusnya. Sampai dia punya beberapa ekor ikan.

Dan hari ini, dia mendatangi saya menyerahkan uang 15 ribu rupiah, "Saya titip uang ini untuk disumbangkan pada korban gempa," katanya.

Uang itu bukan kelebihan jatah jajan, bukan pula hasil meminta pada orangtuanya, tapi uang itu adalah hasil usahanya. Dan dia berikan semua yang didapat dari hasil usahanya, tanpa menyisakan di sakunya. 
Ya, uang itu adalah hartanya seluruhnya. 

Saya menangis. Benar-benar menangis.

Saya terharu, saya malu, sekaligus bangga padanya. 

Bagaimana tidak, dia bukan anak orang yang mampu, jatah jajanan dari orang tuanya tidak lebih dari dua ribu. Sandal Capit yang dia pakai sudah putus di sana-sini, tapi dia tidak berfikir untuk beli sandal baru, atau jajanan yg dia suka. Tetapi dia memilih untuk memberikan semua uang miliknya untuk berbagi dengan sesama.

Jiwanya yang masih polos tergerak ketika melihat dan mendengar para orang tua, dan ustadz-ustadznya bercerita tentang korban bencana. Hatinya terpanggil untuk ikut berbuat melihat para orangtua menggalang dana.

Saya kembali menangis. Saya benar-benar menangis lagi.

Nak! Sungguh, akhlak dan kedermawananmu patut kami tiru...

Semoga Allah memberimu sifat dermawan sampai engkau dewasa dan menua.

Dan semoga Allah  ganti apa yg engkau infakan dengan yg lebih baik. Amiin.

digubah dari kisah nyata seorang tua

🌏 Ikuti update informasi dan programnya melalui:

✅ Channel Telegram:
https://t.me/pedulibencana

✅ Official Website:
https://pedulibencana.com

✅ Twitter:
(@peduli_bencana): https://twitter.com/peduli_bencana

✅ Email:
info@pedulibencana.com

✅ Contact Person:
▪+62 878-6426-2106 (Wil. Lombok) 
▪+62 857-5736-6967 (Wil. Palu)
▪+62 812-2733-7626 (Wil. Palu)
▪+62 852-5973-8752 (Umum)

#pedulilombok
#pedulipalu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar