Sabtu, 31 Desember 2022

TAUBATNYA NABI MUHAMMAD SHALALLAHU ALAIHI WASALLAM

TAUBATNYA NABI MUHAMMAD SHALALLAHU ALAIHI WASALLAM

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ، تُوبُوا إِلى اللهِ واسْتَغْفِرُوهُ، فإنِّي أتُوبُ في اليَومِ مائةَ مَرَّةٍ

"Wahai sekalian manusia! Bertaubat dan beristighfar-lah kalian kepada Allah. Karena sesungguhnya saya bertaubat seratus kali dalam sehari."
HR. Muslim (2702)

Kami akan sebutkan salah satu kisah taubat beliau shalallahu alaihi wasallam.



Suatu hari, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bermajlis dengan tokoh-tokoh Quraisy. Beliau berharap mereka mau menerima dakwah islam.

Pada saat seperti itu, datanglah salah seorang sahabat yang miskin.

Maka, tokoh-tokoh Quraisy itu tidak senang jika sahabat yang satu ini duduk bersama mereka.

Melihat gelagat tersebut, wajah Rasulullah shalallahu alaihi wasallam muram. Tidak senang kalau sahabat yang satu ini datang di saat seperti itu, beliau khawatir kalau tokoh-tokoh Quraisy itu enggan menerima ajakan islam.

Maka, Allah turunkan surat Abasa sebagai teguran untuk beliau.
‌‌‌‌عَبَسَ وَتَوَلَّى (1)
1. Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling.

أَنْ جَاءَهُ الْأَعْمَى (2)
2. Karena datang kepadanya seorang yang buta.

  وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّهُ يَزَّكَّى (3)
3. Tahukah engkau, barangkali dia ingin mensucikan hatinya.

أَوْ يَذَّكَّرُ فَتَنْفَعَهُ الذِّكْرَى (4)
4. Atau mengambil pelajaran, sehingga pelajaran itu bermanfaat baginya.

أَمَّا مَنِ اسْتَغْنَى (5)
5. Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup,

فَأَنْتَ لَهُ تَصَدَّى (6)
6. maka engkau layani.

وَمَا عَلَيْكَ أَلَّا يَزَّكَّى (7)
7. Padahal tidak ada dosa atasmu kalau dia tidak mensucikan hatinya.

وَأَمَّا مَنْ جَاءَكَ يَسْعَى (8)
8. Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan usaha jiwanya,

وَهُوَ يَخْشَى (9)
9. Sedang ia takut kepada Allah,

فَأَنْتَ عَنْهُ تَلَهَّى (10)
10. Maka kamu mengabaikannya.

كَلَّا إِنَّهَا تَذْكِرَةٌ (11) 
11. Jangan begitu! Sungguh, hal itu adalah peringatan.

فَمَنْ شَاءَ ذَكَرَهُ (12) 
12. Maka, barangsiapa menghendaki (kebaikan), tentulah ia mengingatnya.

-Ash Shohihul Musnad min Asbabin Nuzul, Syaikh Muqbil-

Setelah mendapat teguran oleh Allah dari atas langit, beliau pun bertaubat dan tidak lagi bermuka masam kepada sahabat yang satu ini.

Bahkan, setiap kali bertemu dengannya, beliau selalu tersenyum dan menyapanya.

Dan sahabat ini pernah diangkat untuk menggantikan kepimpinan Nabi shalallahu alaihi wasallam di kota Madinah ketika beliau berangkat berjihad.

Hal serupa juga terdapat dalam kisah sebab turunnya surat Al Kahfi ayat 28 dan Al An'am ayat 52.

وَٱصۡبِرۡ نَفۡسَكَ مَعَ ٱلَّذِينَ يَدۡعُونَ رَبَّهُم بِٱلۡغَدَوٰةِ وَٱلۡعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجۡهَهُۥۖ
“Dan bersabarlah engkau (Muhammad) bersama dengan orang-orang yang menyeru Rabbnya pada pagi dan senja hari dengan mengharap wajah-Nya.

وَلَا تَعۡدُ عَيۡنَاكَ عَنۡهُمۡ تُرِيدُ زِينَةَ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ
Dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia. 

وَلَا تُطِعۡ مَنۡ أَغۡفَلۡنَا قَلۡبَهُۥ عَن ذِكۡرِنَا وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ وَكَانَ أَمۡرُهُۥ فُرُطًا
Dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan keadaannya sudah melewati batas.”
(al-Kahfi: 28)

وَلَا تَطْرُدِ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ

"Dan janganlah kau usir orang-orang yang selalu berdoa kepada Rabb mereka di kala pagi dan petang hari dengan mengharap wajah-Nya."
-Al An'am: 52-

Beliau diperintah untuk bersabar bergaul dengan para sahabatnya, terkhusus orang-orang miskin di kalangan mereka. Dan beliau dilarang dari sikap memalingkan wajah ketika melihat mereka, apalagi mengusir mereka.

Kenapa?
Karena, tidaklah Allah menolong beliau kecuali disebabkan adanya orang-orang lemah dan miskin yang lebih ikhlas dalam berdoa.

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:
هلْ تُنْصَرُونَ وتُرْزَقُونَ إلَّا بضُعَفَائِكُمْ؟!
"Tidaklah kalian ditolong dan diberi rejeki melainkan disebabkan orang-orang lemah diantara kalian."
-Shahih Bukhari: 2896-

Wallahu a'lam.

Semoga Allah memudahkan kita untuk bisa mengambil pelajaran.

https://chat.whatsapp.com/IYiVXGq08rF6owVZ5g5F3f

Rabu, 28 Desember 2022

Hanya Kepada-Nyalah Kita Berserah Diri

Hanya Kepada-Nyalah Kita Berserah Diri

Kisah ini bukanlah untuk men-tazkiyah (menganggap seseorang suci dari dosa, red.) salah seorang pun di antara kita. Tapi sekadar untuk diambil pelajaran darinya karena Allah memerintahkan kita untuk mengambil pelajaran dari kehidupan di sekitar kita. 
Sebut saja namanya Ummu Abdillah. Pertemuan kami dengannya dimulai ketika dia datang ke pondok pesantren kami untuk mendaftarkan diri sebagai santriwati. Dia datang bersama dengan ibunya, tanpa mahram, tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, langsung dari luar Jawa. Informasi tentang pondok pesantren kami dia dapatkan dari seorang saudara jauhnya yang kebetulan terlebih dulu mengenal manhaj ahlus sunnah. Dari busana muslimah yang dikenakannya terlihat bahwa dia memang baru saja mengenal agama Islam lebih dalam. Jilbab pendek, setelan kemeja lengan panjang dengan roknya menunjukkan perkara tersebut. Awalnya kami bermaksud menolaknya sebagai santriwati kami. Apalagi dia datang dalam keadaan yang tidak sesuai dengan persyaratan yang mengharuskan calon santriwati datang bersama wali atau mahramnya dan dengan pemberitahuan terlebih dahulu. Akan tetapi, setelah mendengarkan dengan rinci latar belakang kedatangannya serta kehidupannya sebelum datang kepada kami, akhirnya kami berkeputusan menerimanya.
Dia anak pertama dari dua bersaudara. Adiknya seorang perempuan. Akan tetapi dia memiliki beberapa saudara seibu dan saudara seayah. Karena sebelum menikah, ayah dan ibunya sama-sama telah mempunyai beberapa orang anak dari pernikahan mereka sebelumnya. Salah seorang putra ibunya ada yang murtad dari Islam, sedang yang satunya sangat kurang peduli terhadap keluarga. Saudara laki-lakinya yang seayah sudah jarang sekali berhubungan setelah ayah mereka menikah lagi. 
Bacaan-bacaan Islami menjadi salah satu sarana dalam mengenal dakwah sunnah.
Dia mengenal agama awalnya dimulai dari bacaan-bacaan Islami yang dia dapatkan di internet. Darinya pulalah -dengan izin Allah- dia mengenal manhaj ahlus sunnah. Dengan perantara itu pula, tumbuh kesadaran untuk mengenal agama Islam lebih dalam dan muncul keinginan untuk menuntut ilmu agama. Alhamdulillah, ibunya mendukung maksudnya tersebut. Akan tetapi berbeda dengan ayahnya. Beliau seorang penganut Islam kejawen yang masih kental dengan ritual-ritual kesyirikan. Sesajen, mengeramatkan suatu benda, melakukan perbuatan sihir merupakan hal-hal yang sering dilakukan oleh ayahnya. Alhasil, ayahnya sangat marah dengan niatannya untuk belajar agama Islam lebih dalam. 
Setelah Ummu Abdillah dan ibunya paham bahwa banyak dari aktivitas ritual ayahnya adalah perkara-perkara yang sangat membahayakan agama, mereka berdua berusaha menyadarkan kekeliruan itu semampu mereka. Akan tetapi, semua itu berbuah kemarahan ayahnya. Mungkin karena itu pula, mulai banyak pertengkaran antara ayahnya dan ibunya. Perkara sepele pun bisa menjadi besar dan menyebabkan pertengkaran keduanya. Akhirnya dengan sebatas pengetahuan agama yang ada pada mereka saat itu, ibunya meminta Ummu Abdillah untuk belajar agama sekalipun ayahnya tidak menyetujuinya. Ayahnya tidak ingin mengurusi keberangkatannya, tidak ingin membiayai, tidak peduli, walaupun tidak sepenuhnya melarang untuk berangkat. Itu sebabnya mereka datang tanpa mahram. Akhirnya kami menerima udzur atas ketidaktahuan mereka sehingga safar tanpa mahram untuk menyelamatkan agamanya. 
Selama belajar di pondok pesantren kami, kami mendapati Ummu Abdillah anak yang cukup baik. Dia semangat untuk belajar dan semangat pula dalam mengamalkan ilmu yang dia dapatkan. Sekalipun terkadang ketika menerapkan sesuatu dia terkesan kaku dan kurang hikmah. Tapi kami maklumi keadaannya ketika itu, dan kami berharap dengan bertambahnya ilmu dan wawasan tentang manhaj ahlus sunnah dia akan berubah menjadi lebih hikmah. 
Allah menakdirkan permasalahan di rumah antara ayah dan ibunya semakin meruncing. Bahkan akhirnya berbuah perceraian antara keduanya. Anak-anak mereka sudah tidak peduli lagi dengan keadaan orang tuanya. Mereka terlalu sibuk dengan urusannya masing-masing. Akibat dari perceraian tersebut, keluarga ibunya yang ada di Jawa meminta agar ibunya pulang membawa serta anak-anaknya. Karena ibunya mempunyai pekerjaan tetap di kota tempat tinggalnya, sedangkan adiknya tengah menjalani pendidikan tinggi di sebuah kota di Jawa, maka tuntutan tertuju pada Ummu Abdillah. Apalagi ketika kakeknya mengerti dia berada di sebuah pondok yang menggunakan busana muslimah berhijab syar’i. Sebagai tokoh yang menentang hijab syar’i, dia sangat tidak suka akan keadaan itu, maka Ummu Abdillah diharuskan kembali ke rumah kakeknya di kota B. 
Karena desakan keluarga ibunya, maka ibunya pun memerintahkan Ummu Abdillah untuk mengikuti kemauan kakeknya. Dia pulang dijemput keluarga ibunya. Banyak pesan dan nasihat yang kami sampaikan ketika dia pamit. Kami nasihatkan agar jangan berkecil hati, terus berupaya mengulangi pelajaran yang telah dipelajarinya dan mengamalkannya, disertai dengan doa memohon pada Allah subhanahu wata'ala agar diberi keistiqomahan di atas jalan Allah yang lurus. Kami tekankan pula untuk senantiasa meminta bimbingan kepada orang yang berilmu ketika menghadapi berbagai permasalahan agar dapat menghadapinya sesuai dengan tuntunan syariat.
Beberapa hari setelah sampai di kota B, kakeknya mulai memperlihatkan niatnya yang sebenarnya. Kakeknya tidak suka dengan busana muslimah yang saat itu sudah dikenakannya dengan rapat. Bahkan karenanya, kakeknya menuduh dia masuk ke dalam golongan Islam yang sesat. Akhirnya kakeknya berkeputusan untuk menjodohkan dia dengan beberapa anak ustadz-ustadznya. Beberapa di antaranya sudah dipertemukan dengan Ummu Abdillah tetapi Ummu Abdillah selalu menolak. Alasan kakeknya untuk menikahkannya adalah agar dia tidak lagi merepotkan orang lain -terutama ibunya- dalam memenuhi keperluan hidupnya, terlebih setelah perceraian ibunya. 
Alhamdulillah selama berada di kota B dia masih bisa terus berhubungan dengan kami lewat HP untuk meminta bimbingan bagaimana cara terbaik untuk menolak penjodohannya dan keluar dari permasalahannya. Dia sempat berpikiran untuk nekat menerima lamaran seorang laki-laki yang telah bermanhaj ahlus sunnah. Dia mengenalnya sebelum masuk pondok. 
Keluarga kakeknya marah besar. Bukan hanya karena dia berulang kali telah menolak pilihan mereka, tapi karena lelaki tersebut telah berkeluarga dan memiliki beberapa orang putra. Kami sarankan untuk bersabar dan jangan bertindak gegabah dalam menerima lamaran lelaki tersebut serta senantiasa mempertimbangkan maslahat dan mudarat yang mungkin terjadi. Pernikahan bukanlah tempat untuk seseorang berlari dari permasalahan. Akhirnya, dia menolak lamaran lelaki tersebut dan memilih bersabar hingga Allah mendatangkan jalan keluar baginya.
Dengan izin Allah, beberapa waktu kemudian kakeknya mulai bosan dengan kekokohan prinsip yang dia pegang. Berbagai cara dilakukan agar Ummu Abdillah berubah, selalu mengalami kegagalan. Alhamdulillah akhirnya kakeknya memberinya pilihan, mau tetap diurusi dan dibiayai oleh mereka dengan syarat mau mengikuti kehendak mereka, atau keluar dari rumah mereka dengan konsekuensi tidak akan diurusi lagi, tidak akan dipedulikan terutama dalam masalah biaya.
Keputusannya di tangan Ummu Abdillah. Ummu Abdillah menghubungi kami untuk meminta bimbingan. Kami katakan padanya bahwa jika yang menjadi kendala adalah masalah biaya, maka insya Allah pondok pesantren akan siap membantu karena alhamdulillah ada program santri bersubsidi di pondok pesantren kami yang mendapatkan bantuan dana dari beberapa donatur dengan ketentuan yang berlaku. Yang penting keluarga besarnya tidak keberatan jika dia berada di pondok pesantren kami.
 Alhamdulillah akhirnya Ummu Abdillah diantar kembali ke pondok pesantren kami. Alhamdulillah kami bisa menampungnya dengan izin Allah dan dimudahkan untuk membantu pembiayaannya. Kami sempatkan bertemu dengan neneknya yang juga ikut mengantar ketika itu. Dari perbincangan dengan neneknya, kami mendapati beberapa informasi tentang keadaan Ummu Abdillah ketika di rumah neneknya dan harapan keluarga besarnya kepadanya. Dari pembicaraan tersebut kami berkesimpulan bahwa keluarga Ummu Abdillah cukup bisa diajak komunikasi. Mungkin karena banyaknya kesalahpahaman dan kurangnya komunikasi yang baik, menyebabkan Ummu Abdillah dan keluarganya seakan tidak bisa membicarakan pendapatnya masing-masing. Keluarganya sebenarnya tidak terlalu mempermasalahkan niatannya untuk belajar, hanya saja terkadang Ummu Abdillah terkesan kaku sehingga terlihat begitu menakutkan di pandangan mereka. Mereka sempat mengira bahwa Ummu Abdillah masuk ke dalam kelompok-kelompok Islam teroris.
Adapun maksud mereka mencarikan jodoh adalah untuk kebaikan Ummu Abdillah. Menurut pandangan mereka, jika Ummu Abdillah telah bersuami maka akan ada seseorang yang menafkahinya setelah keluarga orang tuanya dan juga saudara-saudaranya sudah tidak ada lagi yang peduli. Sedangkan orang yang dianggap memenuhi kriteria sebagai calon suami Ummu Abdillah menurut mereka adalah orang yang mempunyai penghasilan tetap, bujang, dan benar-benar bisa bertanggung jawab. Bagi kami, tuntutan keluarga Ummu Abdillah adalah tuntutan yang wajar, masih bisa diterima. Oleh karenanya, kami mememintakan maaf atas perlakuan Ummu Abdillah -jika benar- ada yang kurang berkenan dan mohon kemaklumannya karena Ummu Abdillah baru saja semangat belajar dan mungkin ada perkara yang dilakukannya kurang hikmah. Dan kami juga menyanggupi untuk membantu mencarikan jodoh untuk Ummu Abdillah. Kami akan upayakan memerhatikan kriteria yang dikehendaki oleh keluarganya -insya Allah. Kami pun sependapat dengan keluarganya jika sejauh penilaian kami memang mungkin itu jalan yang terbaik bagi Ummu Abdillah- jika Allah memberi kemudahan.
Setelah kepulangan keluarga Ummu Abdillah, kami berupaya menghubungkan dia dengan beberapa orang lelaki yang siap menikah. Tentunya sebagaimana yang kami sanggupi, kami berusaha mencari sosok yang setidaknya mendekati kriteria yang diajukan keluarganya. Sementara itu kami nasihatkan kepada Ummu Abdillah untuk tetap menyibukkan diri dengan pelajaran di pondok pesantren sambil bersabar menunggu jodoh datang, karena usaha yang kami lakukan adalah sebab saja, sedangkan Allah juga yang menentukan hasil dari semua usaha itu. 
Di saat-saat menunggu tersebut, Allah l mengujinya kembali dengan orang yang sangat dia cintai, ibunya. Sebuah telepon berdering mengejutkannya. Kerabatnya mengabarkan bahwa ibunya sakit hingga tidak bisa bicara. Ibunya ingin agar dia pulang menemaninya. Maka Ummu Abdillah guncang. Sampai-sampai, dia hendak pulang tanpa mahram ke luar Jawa. Ketika itu kami mengajaknya bicara. Kami katakan bahwa kami tidak bisa mengizinkannya safar sendirian tanpa mahram, apalagi begitu jauhnya. Kami perbolehkan dia pulang kalau ada mahram yang menjemput. Jika itu pun tidak memungkinkan, kami hubungi keluarganya di kota B untuk mengantarkan Ummu Abdillah kepada mereka.
Namun keduanya tidak mungkin untuk dilakukan. Kakaknya yang laki-laki bersedia menjemput tapi menunggu liburan kerja sekitar sebulan yang akan datang. Sedangkan untuk kembali ke kota B tidak ingin dia lakukan setelah kejadian-kejadian yang menimpanya kemarin. Akhirnya kami nasihatkan dia untuk bersabar dan menyabarkan ibunya. Bukankah maksud ibunya mendorongnya untuk belajar adalah agar dia menjadi anak shalihah yang mempunyai keimanan lebih kuat dari sebelumnya. Dan keimanan yang kuat akan tampak saat ujian datang. Maka Allah  pun mengujinya dengan ibu tercinta setelah sebelumnya ujian demi ujian berhasil dilalui. Lagipula, sudah ada keluarga ibunya yang datang dan mengurusi beliau sehingga tidak mengapa apabila Ummu Abdillah datang menunggu mahram menjemput. Sementara itu, serahkan penjagaan ibunya kepada Allah l, ketika Allah berkenan menjaga, maka siapakah yang lebih baik penjagaannya daripada penjagaan-Nya?
Setelah merenungkan nasihat kami, alhamdulillah dia memutuskan untuk bersabar menunggu kakaknya, dan kemudian berhasil meyakinkan ibunya bahwa keputusan dia adalah yang terbaik untuk saat ini. Masya Allah, kurang lebih dua minggu setelah keputusannya, Allah berikan kesembuhan pada ibunya. Beliau sembuh hingga bisa bekerja kembali, sehingga Ummu Abdillah tidak perlu pulang ke rumah ibunya dan kembali bisa meneruskan pelajarannya.
Setelah itu, kami mengupayakan kembali menghubungkan Ummu Abdillah dengan beberapa orang laki-laki yang dipercaya keadaan agamanya. Sering kali upaya kami mengalami kegagalan dikarenakan keluarga dari pihak lelaki tidak suka dengan keadaan keluarga Ummu Abdillah yang bermasalah. Apalagi setelah dua orang laki-laki yang hendak melamarnya belum menemukan ada tanda-tanda penerimaan dari ayah Ummu Abdillah yang sudah lama tidak menghubungi dan tidak peduli. Kami terus berupaya sambil terus menghibur Ummu Abdillah agar bersabar seraya terus memohon kemudahan dan kebaikan kepada Allah, tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah jika Dia telah berkehendak.
Alhamdulillah saat laki-laki yang ketiga maju mencoba, Allah memberi kemudahan. Dimulai dari prosesnya yang lancar dan tidak banyak halangan, baik dari keluarga ibunya Ummu Abdillah maupun dari keluarga laki-laki tersebut. Secara tiba-tiba ayahnya menghubunginya, meminta maaf karena selama ini telah melalaikannya, dan menyatakan bersedia mengurusi urusannya hingga saat pernikahan tiba. Ternyata selama ini ayahnya memantau keadaan Ummu Abdillah melalui keluarga ibunya yang ada di kota B. Beliau tersentuh melihat upaya Ummu Abdillah untuk belajar dengan tidak menyusahkan seorang pun dari keluarganya. Beliau juga tersadarkan bahwa Allah memberikan kemudahan bagi Ummu Abdillah bukanlah tanpa sebab, akan tetapi -insya Allah- sebagai bentuk balasan akan usahanya yang bersungguh-sungguh ingin mempelajari dan mengamalkan syariat-Nya, sehingga setiap ada kesulitan yang menimpa Ummu Abdillah, setelahnya selalu ada kemudahan. 
Maka dengan izin Allah Ummu Abdillah saat ini telah menikah dengan seorang laki-laki yang baik -insya Allah-. Laki-laki yang bisa mengajaknya tetap belajar dan mengamalkan syariat Allah. Mendapatkan keluarga baru -yaitu keluarga suaminya- yang baik serta sayang kepadanya. Dan terlebih setelah pernikahannya, ayah dan ibunya sangat mendengar nasihat-nasihat Ummu Abdillah dan suaminya. Mereka dengan izin Allah kembali bersatu sebagai satu keluarga yang mempunyai pandangan yang sama untuk lebih dalam mengenal agama dan mengamalkannya. Bahkan saat ini ayah dan ibunya seringkali bertanya masalah agama kepada Ummu Abdillah dan suaminya. Saat ini Ummu Abdillah sedang menanti kelahiran anak pertama mereka. Alhamdulillah.

Baca kisah-kisah menarik lainnya dalam buku Secercah Harapan Untuk Masa Depan

https://telegra.ph/Hanya-Kepada-Nyalah-Kita-Berserah-Diri-03-26

Sungguh, Bukanlah Ini Ucapan Manusia!

Sungguh, Bukanlah Ini Ucapan Manusia!

Adalah Al Walid bin Mughirah. Dia seorang pemuka, pembesar, dan tetua di Quraisy, pemilik harta dan kedudukan. Saking mulianya, dia dijuluki Al 'Adl. Julukannya yang lain adalah Raihanatu Quraisy, Harumnya Bangsa Quraisy. Orang-orang Quraisy bersama-sama memakaikan kiswah Ka'bah satu tahun, di tahun berikutnya Al Walid memakaikannya sendirian.
Suatu hari, Al Walid mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Dia mengatakan, “Bacakanlah kepadaku.”
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun membacakan Al Quran kepadanya:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
“Sesungguhnya Allah memerintahkan untuk berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kerabat, dan melarang dari perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” [QS. An Nahl:90]
“Ulangilah!” kata Al Walid
Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam pun mengulanginya.
Al Walid pun mengatakan, “Demi Allah! Sungguh, Al Quran ini memiliki kenikmatan dan dia memiliki keindahan! Benar-benar atasnya berbuah dan bawahnya memancar! Tak mungkin seorang manusia mengucapkan ini!”
“Demi Allah! Sungguh, Al Quran ini memiliki kenikmatan dan dia memiliki keindahan! Benar-benar atasnya berbuah dan bawahnya memancar! Tak mungkin seorang manusia mengucapkan ini!” ~ Al Walid bin Mughirah, salah satu pembesar kafir Quraisy.
Quraisy pun mendengar ucapan Al Walid dan merasa khawatir dengan itu. Betapa tidak?! Kalau Al Walid masuk Islam, semua Quraisy akan berbondong-bondong melakukannya.
"Al Walid sudah murtad dari agama kita! Demi Allah! Quraisy juga akan mengikutinya!" orang-orang Quraisy sedang berembuk.
"Serahkan urusannya kepadaku!" Abu Jahal menenangkan mereka.
===
Abu Jahal pun mendatangi Al Walid untuk merayunya tetap pada agama kesyirikan. Tampak pada wajahnya kesedihan. Al Walid mengatakan kepadanya, "Kenapa engkau sedih, keponakanku?"
“Bagaimana tidak sedih, Quraisy sedang mengumpulkan uang untuk Anda,” kata Abu Jahal.
“Kenapa?” tanya Al Walid.
“Untuk diberikan kepada Anda dikarenakan usia Anda yang sudah sepuh. Mereka menyangka Anda mendatangi Muhammad mendengarkannya untuk makan dari pemberiannya.”
Al Walid pun marah. “Quraisy itu tahu bahwa aku orang yang paling banyak harta dan paling banyak anak! Adapun Muhammad dan teman-temannya itu, apa pernah dia kenyang makanan?! Kok bisa-bisanya mau memberi.” tolak Al Walid.
“Kalau begitu, ucapkanlah sesuatu agar kaummu tahu Anda mengingkarinya atau membencinya,” Abu Jahal memberikan arahan.
“Demi Allah! Tidak ada yang lebih tahu syair daripada aku. Tidak ada lebih tahu rajaz dan qashidah syair dibanding diriku. Tidak ada yang lebih tahu syairnya jin selainku. Demi Allah, apa yang dia baca, tidak menyerupai apa pun dari itu semua. Demi Allah! Yang dia baca itu memiliki kenikmatan. Padanya ada keindahan. Berbuah di atasnya. Memancarkan di bawahnya. Sungguh, itu adalah ucapan yang tinggi, tidak ada yang melebihi ketinggiannya. Benar-benar menginjak-injak yang di bawahnya,” sambung Al Walid.
“Kaum Anda tidak akan rela, sampai Anda mencelanya.”
“Ya sudah, sebentar, aku akan berpikir apa yang tepat untuk mencelanya.”
Setelah beberapa saat berpikir, Al Walid pun mengatakan, “Ini adalah sihir yang dia pelajari dari orang lain.
===
Dalam riwayat yang lain, setelah diberi tahu oleh Abu Jahal, Al Walid pun pergi bersamanya menuju perkumpulan Quraisy. Al Walid mulai menyampaikan pertanyaannya.
"Kalian mengira bahwa Muhammad itu gila, apa kalian pernah lihat dia kesurupan?"
"Demi Allah, tidak pernah." jawab kaumnya.
"Kalian menyangka bahwa dia melakukan praktik perdukunan, apa kalian pernah melihat dia melakukan perbuatan dukun sebelumnya?"
"Demi Allah tidak." kata mereka.
"Kalian kira bahwa dia adalah penyair, apakah kalian pernah mengucapkan syair sebelumnya?"
"Demi Allah, tidak."
"Kalian sangka bahwa dia itu pendusta, apakah sebelumnya kalian pernah didustai olehnya?"
"Demi Allah tidak."
Al Walid pun berpikir, dia menimbang-nimbang dan bermuka masam. Lalu, dia mengatakan, "Dia itu pasti seorang penyihir. Apa kalian tidak melihat dia telah memisahkan antara anak dengan bapak, istri dengan suami?”
Allah pun menurunkan ayat:
ذَرْنِي وَمَنْ خَلَقْتُ وَحِيدًا (11) وَجَعَلْتُ لَهُ مَالًا مَمْدُودًا (12) وَبَنِينَ شُهُودًا (13) وَمَهَّدْتُ لَهُ تَمْهِيدًا (14) ثُمَّ يَطْمَعُ أَنْ أَزِيدَ (15) كَلَّا إِنَّهُ كَانَ لِآيَاتِنَا عَنِيدًا (16) سَأُرْهِقُهُ صَعُودًا (17) إِنَّهُ فَكَّرَ وَقَدَّرَ (18) فَقُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ (19) ثُمَّ قُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ (20) ثُمَّ نَظَرَ (21) ثُمَّ عَبَسَ وَبَسَرَ (22) ثُمَّ أَدْبَرَ وَاسْتَكْبَرَ (23) فَقَالَ إِنْ هَذَا إِلَّا سِحْرٌ يُؤْثَرُ (24) إِنْ هَذَا إِلَّا قَوْلُ الْبَشَرِ (25) 
74:11. Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian.
74:12. Dan Aku jadikan baginya harta benda yang banyak,
74:13. dan anak-anak yang selalu bersama dia,
74:14. dan Ku lapangkan baginya (rezeki dan kekuasaan) dengan selapang-lapangnya,
74:15. kemudian dia ingin sekali supaya Aku menambahnya.
74:16. Sekali-kali tidak (akan Aku tambah), karena sesungguhnya dia menentang ayat-ayat Kami (Al Qur'an).
74:17. Aku akan membebaninya mendaki pendakian yang memayahkan (siksaan yang berat lagi dahsyat).
74:18. Sesungguhnya dia telah berpikir dan mengira-ngira (apa yang ditetapkannya),
74:19. maka celakalah dia! Bagaimanakah dia mengira-ngira?
74:20. Kemudian celakalah dia! Bagaimanakah dia mengira-ngira?,
74:21. Kemudian dia berpikir,
74:22. sesudah itu dia bermasam muka dan merengut,
74:23. kemudian dia berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri,
74:24. lalu dia berkata: "(Al Qur'an) ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu),
74:25. ini tidak lain hanyalah perkataan manusia"

Diringkas dari beberapa riwayat

https://telegra.ph/Sungguh-Bukanlah-Ini-Ucapan-Manusia-07-04

KISAH KEAJAIBAN IKHLASH

KISAH KEAJAIBAN IKHLASH

"Ya Allah, jika aku melakukan hal ini ikhlas karena Engkau, maka selamatkan kami."

Maka, mereka semua diselamatkan oleh Allah disebabkan keikhlasan.

Dulu, pernah ada tiga orang yang melakukan perjalanan.

Suatu saat, mereka ingin beristirahat di sebuah tempat. Maka, mereka mencari gua untuk berteduh.

Ketika mereka sedang berada di dalam gua itu, tiba-tiba ada batu besar yang jatuh hingga menutup pintu gua. "BUM!"

Mereka pun coba mendorong batu besar itu. Namun, apa daya, batu itu terlalu besar dan kuat untuk didorong oleh manusia biasa.

Lalu, salah satu dari mereka berkata, "Tidak ada yang bisa menyelamatkan kita dari jebakan batu besar ini kecuali keikhlasan. Maka, berdoalah kepada Allah dengan menyebutkan amal ikhlas kalian."

Maka, satu persatu dari mereka menyebutkan amalan yang pernah dilakukannya.

Yang pertama menyebutkan tentang baktinya kepada orang tua, lalu berkata, "Ya Allah, jika aku melakukan hal ini ikhlas karena Engkau, maka selamatkan kami."

Batu itu pun bergeser sedikit.

Yang kedua menyebutkan amalannya ketika dia berhasil mengembangkan gaji karyawannya, hingga menjadi sangat banyak dan berlimpah. Kemudian, karyawannya mengambil semuanya hasilnya.

"Ya Allah, jika aku melakukan hal ini ikhlas karena Engkau, maka selamatkan kami."

Batu itu pun bergeser lagi.

Yang ketiga menyebutkan tentang taubatnya dia dari perbuatan dosa.

"Ya Allah, dulu aku pernah jatuh cinta kepada sepupuku. Aku sangat ingin menumpahkan syahwatku kepadanya, namun dia menolak.

Suatu hari, dia ditimpa masalah hutang yang cukup besar. Lalu, dia ingin meminjam uang dariku. Aku pun berikan uangku kepadanya dengan syarat dia harus memasrahkan dirinya kepadaku.

Karena merasa tidak ada cara lain kecuali harus melayani kemauanku, maka dia menyanggupi.

Ketika, aku sudah di posisi seperti suami di atas istrinya, tiba-tiba dia berucap, "Takutlah kepada Allah!."

Maka, saat itu juga aku bertaubat kepada-Mu, lalu aku tinggalkan dia, dan uangku aku berikan kepadanya.

"Ya Allah, jika aku melakukan hal ini ikhlas karena Engkau, maka selamatkan kami."

Batu itu pun bergeser sedikit lagi.

Dan akhirnya, mereka bisa keluar dan selamat dari kebinasaan yang sudah di depan mata. Biidznillah Ta'ala.


Sumber bacaan: Syarah riyadhus Shalihin.

https://chat.whatsapp.com/IYiVXGq08rF6owVZ5g5F3f

Minggu, 25 Desember 2022

KISAH MUSLIM PELIT VS MAJUSI DERMAWAN

KISAH MUSLIM PELIT VS MAJUSI DERMAWAN

“Berikan bukti bahwa engkau adalah seorang muslim muwahid!" Kata Rasulullah shalallahu alaihi wasallam kepada si muslim pelit dalam mimpinya.

"Kamu dan keluargamu termasuk penduduk surga." Kata Rasulullah shalallahu alaihi wasallam kepada si majusi dermawan dalam mimpinya.

Dulu, ada seseorang dari kalangan alawiyin (keturunan nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam) singgah di daerah Balkha.

Dia punya isteri dan beberapa puteri yang juga dari Bani alawy.

Di negeri itu mereka tertimpa kefakiran. Dan di saat seperti pula sang suami meninggal dunia.

Maka, wanita itu menjadi janda dan menanggung beberapa anak perempuan.

Karena merasa khawatir mendapat gangguan di daerah itu, akhirnya mereka keluar dari tempat tinggal mereka dan berniat mengungsi ke tempat lain.

Bertepatan dengan musim dingin mereka pergi meninggalkan kampung itu.

Sesampainya di sebuah desa, sang ibu menempatkan anak-anaknya di sebuah masjid.

Sementara itu, ia berkeliling mencari sesuap makanan untuk anak-anaknya.

Di tengah pencariannya ia bertemu dua orang. Yang pertama orang muslim guru besar di desa itu. Sedangkan yang kedua adalah seorang majusi, seorang saudagar di desa itu.

Yang pertama dia hampiri adalah Syekh muslim. Dia menjelaskan statusnya serta keadaan yang ia dan anak-anaknya derita.

Syekh itu berkata: “Berikan bukti, bahwa engkau benar-benar syarifah alawiyah keturunan Rasulullah!”

Perempuan Alawiyah itu menjawab “Saya adalah wanita asing di sini; tidak ada yang mengenalku di desa ini.”

Mendengar jawabannya, Syekh itu pergi begitu saja meninggalkan wanita syarifah itu.

Setelah itu, ia menemui seorang majusi saudagar kaya di desa itu.

Ia lalu menjelaskan keadaan yang dialaminya. Ia juga menyampaikan bahwa ia mempunyai beberapa puteri yatim yang ia tinggalkan di sebuah masjid, dan bahwa ia adalah seorang Alawiyah yang sedang merantau. Ia juga menceritakan pertemuannya dengan Syekh tadi.

Ternyata orang majusi ini terenyuh.

Lalu ia mengutus beberapa orang ke Masjid, untuk kemudian mempersilakan wanita dan anak-anak perempuan itu menginap di rumahnya dan memberikan perhiasan yang sangat bagus kepada mereka.

Ketika tiba pertengahan malam, Syaikh muslim bermimpi seakan-akan kiamat telah tiba. Dia melihat Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam mengikatkan bendera.

Dia juga melihat sebuah istana yang terbuat dari zamrud hijau.

Syaikh tadi kemudian bertanya, “Wahai Rasulullah, milik siapakah istana ini?”

Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam menjawab: “ Untuk seorang muslim muwahid (yang mentauhidkan Allah."

Syaikh itu bertanya lagi: “Wahai Rasulullah, saya adalah seorang muslim muwahid."

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menimpali: “Berikan bukti bahwa engkau adalah seorang muslim muwahid!"

Mendengar permintaan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, Syaikh tadi menjadi bingung.

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam melanjutkan: “Ketika seorang wanita janda Alawiyah datang kepadamu, kamu bertanya, ‘berikan bukti kepadaku bahwa engkau adalah seorang Alawiyah’, maka sekarang berikan bukti kepadaku bahwa engkau adalah seorang muslim muwahid!"

Syaikh tadi kemudian terbangun dari tidurnya dalam keadaan menangis dan merasa 'tertampar.'

Ia kemudian pergi mengelilingi desa untuk mencari wanita janda itu.

Dia bertanya kesana-kemari, sampai akhirnya ada yang memberitahukan kepadanya bahwa wanita itu berada di rumah orang majusi.

Syaikh itupun mendatangi rumah si majusi dan bertanya, "Dimana wanita Alawiyah itu?"

"Ada di sini." Jawab si majusi.

“Aku ingin membawa wanita Alawiyah ini dan juga anak-anaknya.” kata Syaikh muslim.

Orang majusi menjawab : “Itu tidak mungkin terjadi."

Syaikh itu terus menekan si majusi: “ Ambillah seribu dirham dariku, dan biarkan mereka bersamaku!”

"Tidak! Mereka telah meminta jamuan dariku, dan sekarang aku telah merasakan sebagian berkahnya." Tegas si majusi.

Syaikh semakin menekan: “Kamu harus melakukannya!”

Akhirnya si majusi berkata: “Aku lebih berhak mendapatkan apa yang engkau inginkan. Dan sebuah gedung yang engkau lihat di mimpimu itu memang diciptakan untukku. Apakah kamu mau menunjukkan kepadaku tentang keislaman? Demi Allah, sebelum kami tidur tadi malam, kami telah menyatakan masuk Islam di hadapan wanita Alawiyah ini. Dan aku telah melihat mimpi seperti yang kamu lihat."

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bertanya kepadaku, ‘Apakah perempuan Alawiyah dan puteri-puterinya bersamamu?’ Aku menjawab ‘Ya, wahai Rasulullah.’ Maka beliau berkata, ‘Istana itu untukmu dan keluargamu, dan kalian adalah termasuk penduduk surga. Allah telah catat dirimu sebagai orang yang beriman sejak zaman azali (lampau).”

-Kitab At Tawwabiin, imam Ibnu qudamah Al Maqdisy-

https://chat.whatsapp.com/IYiVXGq08rF6owVZ5g5F3f



Sabtu, 24 Desember 2022

HUKUM MENERIMA HADIAH NATARU

HUKUM MENERIMA HADIAH NATARU

"Di antara ulama ada yang tidak membolehkan. Karena, menerimanya adalah tanda ridha dengan perayaan itu.

Ada juga yang membolehkan.
Dengan syarat, tidak membenarkan kekufuran mereka.

Namun, tidak menerimanya itu lebih baik.”

Sumber: web asy Syariah, menukil fatwa syaikh Al Utsaimin.

___
Mungkin diantara kita, suatu saat nanti dapat hadiah dari acara-acara non muslim.

Kadang bingung juga mau ngomong apa ya..

Ya sudah, kita doakan aja semoga Allah memberi hidayah kepadanya. Siapa tahu dia masuk Islam sebab doa kita, sebagaimana dalam kisah berikut..

Suatu hari, ada seorang syaikh tua yang mendatangi teman-temannya.

Waktu itu, mereka berjumlah 40 orang dalam keadaan tidak punya makanan selama 3 hari.

Syaikh tua itu pun berkata, "Wahai orang-orang, sungguh Allah telah menghalalkan mencari nafkah untuk hamba-Nya, 'Maka berjalanlah di muka bumi dan makanlah sebagian dari rejeki-Nya.'"

"Coba ada diantara kalian yang keluar untuk mencari sesuatu!" Lanjut syaikh tua itu.

Maka, keluarlah salah seorang yang fakir dari mereka menuju sebuah sudut kota. Namun, dia tidak menjumpai seorang pun yang bertanya tentang keadaannya. Hingga dia tertimpa rasa lapar dan capek.

Diapun menuju semacam klinik seorang dokter kristen. Di depannya banyak pasien yang ingin berkonsultasi dan meminta obat.

Ketika bertemu dengan orang fakir ini, dokter kristen itu bertanya, "Apa keluhanmu?"

Namun, orang fakir ini tidak mau mengutarakan keluhannya. Ia hanya menjulurkan tangan.

Dokter kristen itu pun memegang tangannya. Lalu, dia berkata, "Ini ada satu masalah yang saya tahu obatnya."

Kemudian dia berkata kepada asistennya, "Wahai asisten, bawakan makanan untuk orang ini!"

Orang fakir ini berkata, "Masalah ini sedang dialami 40 orang."

Dokter kristen itu pun berkata kepada asistennya, "Wahai asisten, bawakan lagi sebanyak 40!"

Lalu, si asisten itu membawakan makanan yang di maksud. Kemudian, dokter kristen itu memberikan kepada si fakir.

Setelah itu, si fakir ini pulang membawa barang bawaan yang banyak. Dan ternyata dokter kristen ini mengikutinya untuk memastikan kejujurannya.

Ketika si fakir ini masuk ke dalam rumah, dokter kristen ini memperhatikannya dari luar.

Si fakir ini pun meletakkan barang bawaannya. Lalu, syaikh tua dan orang-orang yang ada di dalamnya berkumpul.

Orang-orang itu pun ingin segera menikmati makanan yang dibawakan untuk mereka. Namun, Syaikh tua itu menahan diri seraya berkata, "Tunggu, ceritakan dulu kejadian yang kau alami!"

Orang fakir tadi pun menceritakan seluruh kejadian yang dialaminya.

Syaikh tua itu pun berkata, "Apakah kalian mau menikmati makanan dari orang kristen tanpa memberikan balasan setimpal?"

"Apa yang harus kita berikan?" Tanya mereka.

"Sebelum makan, kalian doakan dia agar Allah selamatkan dari api neraka."

Maka, mereka berdoa dan didengar olehnya.

Ketika mendengar percakapan mereka, maka dokter kristen itu mengetuk pintu.

Lalu, pintu itu dibuka dan dia dipersilahkan untuk masuk.

Kemudian, dokter itu pun mengucap syahadat:
اشهد ان لا اله الا الله و اشهد ان محمدا رسول الله.

Sumber kisah: kitab At Tawwabiin karya imam Ibnu qudamah Al Maqdisy.

Masya Allah.

https://chat.whatsapp.com/IYiVXGq08rF6owVZ5g5F3f

Selasa, 20 Desember 2022

ANAK HASIL TAUBAT

ANAK HASIL TAUBAT

 _"Lhoh..!! Kata mertuaku, putrinya adalah gadis buta, tuli, bisu dan lumpuh. Lantas, gadis ini siapa?!"_ 

-Kata pengantin baru yang disambut oleh wanita cantik dan bersuara merdu itu-

Kisah selengkapnya:
https://chat.whatsapp.com/IYiVXGq08rF6owVZ5g5F3f

Dulu di sebuah jalan pinggiran kota Kufah, berjalanlah seorang pemuda.

Tiba-tiba dia melihat sebutir buah jatuh dari tangkainya, keluar dari sebidang kebun yang luas.

Pemuda itu pun mengambil buah yang tampak segar itu. Dengan tenang, dia memakannya.

Namun, baru separuh yang ditelannya, tersentaklah dia.

"Eh, buah ini bukan milikku! Bagaimana mungkin aku memakan sesuatu yang bukan milikku?" Katanya.

Akhirnya, pemuda itu menahan separuh sisa buah itu dan pergi mencari penjaga kebun tersebut.

Setelah bertemu, dia berkata, “Wahai hamba Allah, saya sudah menghabiskan separuh buah ini. Apakah engkau mau memaafkan saya?”

Penjaga itu menjawab, “Bagaimana saya bisa memaafkanmu, sementara saya bukan pemiliknya? Yang berhak memaafkanmu adalah pemilik kebun ini.”

“Di mana pemiliknya?” tanyanya.

“Rumahnya jauh sekitar lima mil dari sini,” kata si penjaga.

Berangkatlah pemuda itu menemui pemilik kebun untuk meminta kerelaannya karena dia telah memakan buah milik tuan kebun tersebut.

Akhirnya pemuda itu tiba di depan pintu pemilik kebun.

Setelah mengucapkan salam dan dijawab, pemuda itu berkata dalam keadaan gelisah dan ketakutan, “Wahai hamba Allah, tahukah Anda mengapa saya datang ke sini?”

“Tidak,” jawab pemilik kebun.

“Saya datang untuk minta kerelaan Anda terhadap separuh buah milik Anda yang saya temukan dan saya makan. Inilah yang setengah lagi.”

“Saya tidak akan memaafkanmu, demi Allah, kecuali kalau engkau menerima syaratku,” katanya.

Pemuda itu bertanya, “Apa syaratnya, wahai hamba Allah?”

Kata pemilik kebun itu, “Kamu harus menikahi putriku!”

Si pemuda tercengang seraya berkata, “Apa betul ini termasuk syarat? Anda memaafkan saya dan saya menikahi putri anda?”

Pemilik kebun itu melanjutkan, “Kalau kau terima, kamu saya maafkan.”

Akhirnya pemuda itu berkata, “Baiklah, saya terima.”

Si pemilik kebun berkata pula, “Supaya saya tidak dianggap menipumu, saya katakan bahwa putriku itu buta, tuli, bisu dan lumpuh!”

Waduh!
Pemuda itu sekali lagi terperanjat.

Namun, apa boleh buat, separuh buah telah ditelannya, ke mana akan dia cari gantinya kalau pemiliknya meminta ganti rugi atau menuntut di hadapan Hakim Yang Maha adil?

Setelah akad nikah berjalan, pemilik kebun itu berkata,
“Datanglah sesudah Isya' agar bisa kau temui istrimu."

Dengan berat dia melangkah memasuki kamar istrinya lalu memberi salam.

Ternyata ada seorang wanita cantik berdiri menjabat tangannya dan menjawab salam dengan suara merdu.

Pemuda itu heran dan kebingungan, " _Lhoh..!! Kata mertuaku, putrinya adalah gadis buta, tuli, bisu dan lumpuh. Lantas, gadis ini siapa?!"_ 

Akhirnya, dia bertanya kepada gadis itu dan mengapa ayahnya mengatakan bahwa calon istrinya adalah wanita yang buta, tuli, bisu dan lumpuh.

Istrinya itu balik bertanya, “Apa yang dikatakan ayahku?”

Kata pemuda itu, “Ayahmu mengatakan kamu buta.”

“Demi Allah, dia tidak dusta. Sungguh, saya buta dari melihat sesuatu yang dimurkai oleh Allah ta’ala.”

“Ayahmu mengatakan kamu bisu,” kata pemuda itu.

“Ayahku benar, demi Allah. Saya bisu dari mengucapkan satu kalimat yang membuat Allah ta’ala murka.”

“Dia katakan kamu tuli.”

“Ayah betul. Demi Allah, saya tuli dari mendengar, kecuali mendengar semua yang di dalamnya terdapat ridha Allah ta’ala.”

“Dia katakan kamu lumpuh.”

“Ya. Saya lumpuh dari berbuat maksiat. Dan saya tidak pernah melangkahkan kaki ini kecuali ke tempat yang diridhai oleh Allah ta’ala.”

Pemuda itu memandangi wajah istrinya yang bagaikan purnama.

Tak lama dari pernikahan tersebut, lahirlah seorang hamba Allah ta’ala yang saleh. Dia memenuhi dunia dengan ilmu dan ketakwaannya. Dia juga mengharumkan nama islam.

Masya Allah.

Sumber: web asy Syariah

https://chat.whatsapp.com/IYiVXGq08rF6owVZ5g5F3f

Rabu, 14 Desember 2022

TAUBATNYA BOS MUDA

TAUBATNYA BOS MUDA

إذَا كَانَ العَالِمُ طَامِعًا، ولِلْمَالِ جَامِعاً، فَبِمَنْ يَقْتَدِيْ الجَاهِلُ؟
وإذَا كَانَ الرَّاعِي هو الذِّئْبُ، فَمَنْ يَرعَى الغَنَمَ؟

“Jika orang alim saja berhasrat (terhadap dunia) dan suka menumpuk-numpuk harta, maka kepada siapakah orang bodoh hendak mencari tauladan?

Jika penggembala itu menjadi serigala, lantas siapakah yang akan menggembala kambing-kambing?" 

-Thabaqot Al Kubra-

Kalimat di atas adalah salah satu ucapan nasehat dari seorang alim yang dulunya adalah seorang bos muda kaya raya.

Namun, beliau bertaubat dari kesibukan mencari dunia, dan beralih kepada kesibukan mencari ilmu akhirat, alias nyantri.

Taubat beliau berawal dari kata-kata seorang pelayan musyrik yang ternyata menghunjam kuat dalam sanubari beliau.

Ali bin Muhammad menceritakan..

"Dulu, waktu muda, kakekku punya 300 desa. Namun, ketika wafatnya, beliau tidak punya sehelai kain kafan pun."

Kok bisa?
Begini ceritanya..

"Dulu, ketika masih muda, beliau pergi berdagang ke negeri Turki.

Mitra bisnis yang beliau tuju saat itu adalah komunitas “Al-Khulukhiyah”, nama suatu kelompok penyembah berhala.

Beliau memberanikan diri untuk memasuki tempat ibadah mereka.

Sementara itu, pimpinan mereka telah mencukur habis rambut kepala dan jenggotnya. Dia memakai pakaian merah yang disebut dengan Arjuwaaniyah.

Beliau lantas memulai pembicaraan dengan pimpinan penyembah berhala itu.

“Semua ritual yang kau lakukan ini perbuatan batil! Sesungguhnya berhala-berhala ini, kamu dan makhluk seluruhnya memiliki Pencipta, tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya. Dia-lah Yang memiliki dunia dan akhirat. Maha Kuasa atas segala sesuatu. Maha Pemberi rizki."

Lalu, ada pelayan yang menimpali:
لَيْسَ يُوافِقُ قَوْلَكَ فِعْلُكَ
"Omonganmu nggak sesuai perbuatanmu!"

“Bagaimana bisa kau berkata seperti itu?” tanya beliau heran.

"Kamu yakin bahwa kamu punya Pencipta Yang Maha kuasa atas segala sesuatu dan Maha memberi rejeki, lantas kenapa kau mencari rejeki di sini?" Kata pelayan.

"Kalau benar apa yang kamu katakan, mestinya tuhan yang memberi rejeki kami yang di sini, Dia juga pasti memberi rejeki kepadamu di negerimu sendiri!" Lanjutnya.

JLEB!!
Kata-kata itu langsung menembus jantung hati beliau.

Maka, beliau pun kembali pulang. Lalu, menyedekahkan semua hartanya, dan kemudian beliau fokus menuntut ilmu agama.

-Kitab At Tawwabiin karya imam Ibnu qudamah Al Maqdisy-

https://chat.whatsapp.com/IYiVXGq08rF6owVZ5g5F3f

Selasa, 13 Desember 2022

Cukuplah kematian itu sebagai nasehat._ "

Cukuplah kematian itu sebagai nasehat._ " 


كَفَى بِالمَوْتِ واعِظاً
 _"Cukuplah kematian itu sebagai nasehat._ " 

-Perkataan salah seorang Khalifah ketika menyaksikan iring-iringan jenazah-

Dulu, ada seorang khalifah yang mendengar kabar ada budak wanita di Kufah, yang sangat masyhur bahwa kecantikannya tidak ada tandingannya. Hafal Al Qur'an, cerdas dan berakhlak baik. Dia diasuh oleh nenek tua.

Maka khalifah ini berkirim surat kepada Gubernur Kufah agar mengusahakan kepada pemilik budak wanita itu untuk bersedia menjualnya dan segera mengirimkan kepadanya.

Ketika surat itu sudah sampai di tangan Gubernur Kufah, dikirimlah utusan itu untuk bertemu dengan nenek tua.

Ia ingin membeli budak wanita itu seharga 1.000 dirham ditambah dengan satu kebun kurma yang setiap tahunnya dapat menghasilkan lima ratus mitsqol (kuintal).

Lalu Gubernur Kufah bersama dengan utusan itu membawa wanita ke Khalifah.

Khalifah sudah mempersiapkan istana yang sangat indah, tak ternilai, dan disertai dayang-dayang, serta berbagai macam bentuk pakaian, perhiasan emas, intan, berlian dan tak lupa juga tempat peraduan yang sangat mewah.

Ketika Khalifah sedang bercengkerama dengan budak wanita di atas balkon yang dihampari permadani dan wewangian yang sangat semerbak, diselingi dengan dongeng dan syair-syair yang sangat lembut, dan semakin bertambah suka citanya, saat itu tiba-tiba terdengar jeritan!

Maka, sang Khalifah pun mencari tahu apa sesungguhnya yang terjadi.

Ternyata suara jeritan itu adalah iring-iringan jenazah yang diikuti oleh pelayat wanita, yang menjerit-jerit meratapi kematian.

Diantara mereka ada yang berteriak, "Ayah! Engkau sudah digotong di atas keranda kayu dan pergi menuju ke tempat orang-orang yang mati. Engkau akan tinggal di pemakaman sendirian dan diasingkan di liang lahat! Apakah engkau akan memanggil orang-orang yang memikulmu dengan berkata 'Percepatlah penguburanku!' ataukah dengan berkata 'Kembalikan aku! Kemana kalian akan membawaku?'!"

Mendengar teriakan wanita itu, berlinanglah air mata khalifah,  sehingga menyebabkan dia melupakan segala kenikmatan yang didapatkannya dari wanita cantik itu.

كَفَى بِالمَوْتِ واعِظاً
“Cukuplah kematian itu sebagai nasehat”, ujar Khalifah.

Melihat sikap khalifah itu, budak wanita yang sangat cantik itu, berkata, "Peratap jenazah telah memutuskan tambatan hatiku."

Khalifah berkata, "Tinggalkan aku sendiri! ini serius!"

Sementara itu, budak wanita masih tetap ditempatnya. Dan akhirnya tertidur.

Dalam tidurnya itu, dia bermimpi kedatangan seseorang yang berkata, "Kamu orang yang mempesona dengan kecantikanmu, dan membuat orang lupa daratan dengan belaianmu! Bagaimanakah keadaanmu nanti bila sangkakala telah ditiup? Di kala orang-orang dibangkitkan lagi dari kubur menuju ke tempat pembalasan? Di mana mereka akan dibalas sesuai dengan amalan-amalan yang telah mereka lakukan?"

Setelah terbangun, dengan hati yang lapang, dia segera mereguk minumannya, lalu memanggil dayang-dayangnya, lalu meminta air untuk mandi.

Kemudian dia melemparkan seluruh pakaian dan perhiasannya, dan mengikat tengahnya dengan benang, serta mengambil tongkat, lalu mengalungkan tempat air dari kulit ke lehernya. Setelah itu dia pergi.

Ketika dia lewat di hadapan Khalifah, khalifah pun terheran.

“Aku budak wanitamu yang cantik gemulai. Aku telah kedatangan seseorang yang memperingatkanku. Ia telah mengetuk pendengaranku dengan ancamannya. Sedangkan hajatmu telah terpenuhi dariku. Maka, aku datang kepadamu agar engkau melepaskan aku dari perbudakan dunia.”, ujar budak itu."

“Jauh sekali perbedaan antara dua keinginan (hasrat) ini, yaitu antara keinginanku dengan keinginanmu. Silahkan kamu dengan keinginanmu. Pergilah. Kamu telah bebas merdeka demi wajah Allah."

"Kemanakah kamu akan pergi?”, tanya khalifah."

“Aku akan menuju Baitullah al Haram (Ka’bah)."

“Berangkatlah. Tidak ada seorang pun yang akan menghalangimu”, kata khalifah

Kemudian, wanita itu keluar dari istana Khalifah dengan hidup zuhud, sangat bersahaja, dan hanya mengharapkan akhirat.

Dia terus mengembara sampai tiba di kota Makkah.

Lalu, wanita itu tinggal di Makkah dengan selalu berpuasa dan sholat, disamping bekerja sebagai pemintal benang untuk mendapatkan makannya.

Bila sudah sore hari, dia pergi berthawaf mengelilingi Ka’bah, lalu masuk ke Hijir Ismail dan berdo’a, ‘Wahai, tabungan ibadahku, engkaulah bekalku, janganlah engkau putuskan harapanku, capaikanlah cita-citaku, perbaguskanlah polaku dan perbanyaklah pemberianku."


Wanita itu terus bersungguh-sungguh mendekatkan diri kepada Rabbnya, siang malam, sampai kulitnya berubah dan tampak keriput.

Tubuhnya menjadi lunglai karena lamanya berdiri. Matanya cekung dan hampir-hampir buta karena selalu menangis.

Dan akhirnya, wanita itu wafat dalam keadaan seperti itu.

Semoga Allah merahmati mereka dan kita semua. Amin.

Sumber: kitab At Tawwabiin karya imam Ibnu qudamah Al Maqdisy.

https://chat.whatsapp.com/IYiVXGq08rF6owVZ5g5F3f

Boleh copas dengan mencantumkan sumber.
Semoga bermanfaat.

Senin, 12 Desember 2022

SEDIKITPUN BELIAU TIDAK TAKUT KEPADA APAPUN DAN SIAPAPUN, KECUALI HANYA KEPADA ALLAH.

SEDIKITPUN BELIAU TIDAK TAKUT KEPADA APAPUN DAN SIAPAPUN, KECUALI HANYA KEPADA ALLAH.

Inilah salah satu yang tersirat dalam PESAN EMAS yang pernah disampaikan oleh Nabi -shalallahu alaihi wa sallam- di masa kecilnya.

اِحْفَظِ اللهَ، يَحْفَظْكَ
"Jagalah Allah, pasti Dia akan menjagamu."

Ini juga yang seharusnya diajarkan oleh orang tua terhadap anak-anaknya.

"Sungguh, ketika aku mendatangi kaum ini, mereka sedang sibuk membaca Al-Qur'an. Seolah-olah terdengar seperti suara kerumunan lebah." Kata beliau.

Artinya, beliau heran, kenapa kok bisa orang-orang yang rajin membaca Al-Qur'an ini tega menumpahkan darah saudaranya semuslim? Pasti ada sesuatu yang salah dengan pemahaman mereka. Maka dari itu beliau mendatangi mereka untuk meluruskan pemahaman mereka yang keliru.

DIALOG ILMIAH

"Aku datang dari sisi sahabat nabi shalallahu alaihi wa sallam yang mana Al Qur'an diturunkan kepada mereka. Sementara, di antara kalian tidak ada seorang ulama pun yang berpemahaman seperti mereka." Kata beliau.

Aku ingin mendengar kalian mengutarakan pendapat yang menyebabkan kalian tidak mau taat kepada Khalifah Ali bin Abi Thalib.

"Kenapa Ali bin Abi Thalib tidak menawan budak pada peperangan jamal?" Tanya mereka.

"Jika seseorang menawan budak, berarti budak tersebut halal untuk digauli. Apakah kalian menghalalkan ibunda Aisyah untuk digauli padahal beliau adalah ibu bagi kaum mukminin?" Jawab beliau.

"Tidak." Jawab mereka kalah.

"Apalagi yang kalian permasalahkan?" Lanjut beliau.

"Kenapa Ali bin Abi Thalib menjadikan hakim dalam perkara perdamaian, padahal Allah berfirman, "Tidak ada hukum kecuali milik Allah!?" Tanya mereka lagi.

"Allah membolehkan untuk mengangkat orang lain menjadi hakim ketika ada seseorang yang menumpahkan darah hewan di saat dia masih berihram. Demi Allah, apakah darah hewan lebih berharga daripada darah kaum muslimin?" Tegas beliau.

"Darah kaum muslimin lebih berharga." Jawab mereka kalah lagi.

Masalah terakhir..
Kata mereka, "Ali bin Abi Thalib menghapus gelar amirul mukminin dari surat perjanjian. Kalo bukan Amirul mukminin, berarti dia Amirul kafirin?!"

"Baiklah. Pernah dengar perjanjian Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam dengan kaum kafir Quraisy? Beliau awalnya memerintah untuk menulis Muhammad Rasulullah. Namun kaum kafir tidak setuju dan memaksa untuk menulis Muhammad bin Abdullah saja. Lalu, beliau pun mengalah dan memerintah Ali bin Abi Thalib untuk menulis Muhammad bin Abdullah saja."

"Apakah perkara yang kalian permasalahkan sudah selesai?" Kata beliau mengakhiri dialog.

"Sudah." Jawab mereka. 

Lalu, akhirnya banyak dari mereka yang bertaubat dan kembali berteduh di bawah tenangnya kekhalifahan Ali bin Abi Thalib -radhiyallahu anhu-.

Referensi:
- Web asy Syariah
- Kitab Nurul Iqtibas karya imam Ibnu Rajab
- dan lainnya

Selengkapnya: https://chat.whatsapp.com/IYiVXGq08rF6owVZ5g5F3f

Boleh copas dengan mencantumkan sumber. 
Semoga bermanfaat.

TAUBATNYA GADIS YANG SOK JUAL MAHAL

TAUBATNYA GADIS YANG SOK JUAL MAHAL


Suatu hari, ada seorang ulama yang berjalan di sebuah sudut kota Basrah (Irak).

Tiba-tiba ia melihat gadis milik kerajaan sedang berada di atas kendaraannya, gadis itu bersama pengawal.

Kata dia, “Wahai gadis, apakah tuanmu akan menjualmu?”

"Apa kau bilang hai Orang tua?" Kata gadis itu.

Dia mengulangi, “Apakah tuanmu akan menjualmu?”

"Kalau pun aku dijual, apakah orang sepertimu mampu beli?" Tanya gadis itu.

"Tentu. Gadis yang lebih baik darimu pun akan aku beli." Tegasnya.

Gadis itu tersenyum dan menyuruh pengawalnya untuk membawa dia ke istana.

Ketika sampai, gadis ini menceritakan kejadian itu pada tuannya.

Tuannya itupun ikut tertawa, lalu menyuruh untuk membawa masuk ulama itu.

Ketika dia masuk, tiba-tiba muncul rasa segan dalam diri tuan itu.

"Apa keperluanmu?" Tanya sang tuan.

"Juallah budak cantik milikmu?"

"Anda bisa menebusnya?"

“Menurutku tebusannya hanya dengan dua biji kurma yang sudah berulat.”

Spontan orang-orang yang ada di situ tertawa.

Setelah itu, mereka bertanya, "Kok bisa tebusannya hanya segitu?!"

“Karena cacatnya terlampau banyak.”

“Apa cacatnya?”

Ulama: “Kalau ia tidak memakai minyak wangi, baunya berubah. Kalau ia tidak gosok gigi, mulutnya akan bau. Kalau ia tidak mandi akan kotor. Kalau ia tidak bersisir, rambutnya akan kusut dan berkutu. Bila ada umur, sebentar lagi dia juga akan tua renta. Ia juga memiliki bau, ludah, darah haid, air kencing, buang air besar, dan kotoran lainnya.

Ia juga punya kelemahan dan cacat lainnya. Bisa jadi dia sayang padamu karena ia punya ambisi pribadi. Atau mencintaimu demi dorongan nafsu kesenangan belaka. Barangkali pula ia bukan orang yang suka menepati janji, atau ia tidak benar-benar mencintaimu dan memegang janji padamu. Apabila posisimu sebagai pemiliknya ini digantikan oleh lelaki lain setelah engkau meninggal nanti, pasti ia akan melihat pemilik baru itu sama sepertimu.

Sementara aku akan mendapat seorang wanita yang tercipta dari bahan yang sangat harum. Jika ia meludah ke laut, maka rasa air laut yang asin itu akan berubah menjadi segar. Jika ia memanggil orang yang telah meninggal, maka mayat itu akan menjawabnya. Kalau ia menampakkan tangannya di hadapan matahari, maka matahari itu akan menjadi gelap karenanya. Bila ia muncul di kegelapan malam, maka kilauan cahayanya akan menerangi. Kalau sekiranya ia menghadap ke seluruh penjuru bumi dengan mengenakan sutera dan perhiasan, maka semua akan tampak indah menawan. Bila ia menghembuskan cairan dari tubuhnya ke bumi, maka seluruh bumi menjadi harum. Aroma tubuhnya sangat wangi, tubuhnya sempurna, dan geraknya menggemaskan. Ia tumbuh berkembang di taman kasturi, yang penuh dengan air surgawi.

Ia tidak pernah bohong, tidak dibuat-buat dan pantang mengkhianati janji. Cintanya abadi, tak berubah dan tidak ada tandingannya.

Maka, manakah diantara kedua wanita itu yang lebih pantas ditebus dengan harga yang lebih tinggi?"

Sang tuan: “Yang kau sebutkan ini."

Ulama: "Sungguh tebusan untuk dia bisa didapatkan. Melamarnya pun begitu mudah."

Sang tuan: "Berapakah tebusannya? Semoga Allah merahmatimu."

Ulama: “Tebusannya amat murah. Engkau hanya cukup meluangkan sebagian waktumu di malam hari untuk shalat dua rakaat dengan ikhlas karena Allah semata.

Dan jika engkau menghadapi makanan, teringatlah kepada orang yang kelaparan, lalu kalahkan keinginan nafsumu itu. Bila engkau berjalan, singkirkan batu dan duri yang mengganggu jalan. Gerakkan lidahmu dengan perkataan yang baik atau dengan berzikir kepada Yang Maha Pengasih. Jalani hari-harimu dengan serius, lepaskan keinginan syahwati dari dunia kelalaian. Dengan itu engkau hidup di dunia ini dengan sangat qana’ah (merasa cukup dengan pemberian Allah). Dan engkau akan datang pada hari Kiamat nanti dengan aman, dan engkau bakal tinggal di dalam surga yang kekal.”

Maka sang tuan memanggil budaknya, “Wahai gadis!” Apakah kamu mendengar apa yang dikatakan oleh orang tua ini?”

Budak itu menjawab, “Ya.”

Ia bertanya lagi, “Dia benar atau dusta?”

“Bahkan dia benar, baik dan tulus,” jawab budak itu.

Sang tuan berkata, “Kalau begitu engkau merdeka karena Allah Ta’ala, dan tanah seluas ini dan itu saya berikan kepadamu sebagai sedekah. Juga kalian para budak semua, kalian sekarang telah merdeka, dan kalian memperoleh tanah seluas begini dan begitu sebagai sedekah. Istana ini juga aku sedekahkan berikut semua perkakasnya dan harta benda yang ada padanya di jalan Allah.”

Ia kemudian menarik gorden yang menghiasi pintunya dan mulai melepaskan semua.

“Wahai tuanku, hidupku tidak berguna tanpamu.”

Ia lalu melemparkan pakaian mewahnya dan memakai pakaian kasar, lalu keluar bersama tuannya tersebut.

Sang ulama itu pun melepaskan kepergian keduanya dan mendoakan kebaikan untuknya.

Lalu mereka menempuh satu jalan, dan sang ulama menempuh jalan lain.

Sang tuan dan gadis cantik itu kemudian hidup dalam ketekunan beribadah kepada Allah Azza wa Jalla, hingga keduanya meninggal dunia. 

Semoga Allah merahmati mereka semua.

Sumber: kitab at tawwabiin karya imam Ibnu qudamah Al Maqdisy.

https://chat.whatsapp.com/IYiVXGq08rF6owVZ5g5F3f

Boleh copas dengan menyertakan sumber.

Minggu, 11 Desember 2022

TAUBATNYA KAUM TERORIS

TAUBATNYA KAUM TERORIS

Suatu hari, sahabat Ibnu Abbas meminta ijin kepada Khalifah Ali bin Abi Thalib -radhiyallahu anhu- untuk mendatangi basecamp (markas) mereka.

"Aku mengkhawatirkan keselamatanmu." Kata Khalifah Ali.

"Tenang saja, aku tidak pernah menyakiti seorang pun." Jawab sahabat yang satu ini.

Lalu, beliau pun merapikan penampilannya dan bersiap-siap untuk mendatangi markas mereka.

Selengkapnya: https://chat.whatsapp.com/IYiVXGq08rF6owVZ5g5F3f

SEDIKITPUN BELIAU TIDAK TAKUT KEPADA APAPUN DAN SIAPAPUN, KECUALI HANYA KEPADA ALLAH.

Inilah salah satu yang tersirat dalam PESAN EMAS yang pernah disampaikan oleh Nabi -shalallahu alaihi wa sallam- di masa kecilnya.

اِحْفَظِ اللهَ، يَحْفَظْكَ
"Jagalah Allah, pasti Dia akan menjagamu."

Ini juga yang seharusnya diajarkan oleh orang tua terhadap anak-anaknya.

"Sungguh, ketika aku mendatangi kaum ini, mereka sedang sibuk membaca Al-Qur'an. Seolah-olah terdengar seperti suara kerumunan lebah." Kata beliau.

Artinya, beliau heran, kenapa kok bisa orang-orang yang rajin membaca Al-Qur'an ini tega menumpahkan darah saudaranya semuslim? Pasti ada sesuatu yang salah dengan pemahaman mereka. Maka dari itu beliau mendatangi mereka untuk meluruskan pemahaman mereka yang keliru.

DIALOG ILMIAH

"Aku datang dari sisi sahabat nabi shalallahu alaihi wa sallam yang mana Al Qur'an diturunkan kepada mereka. Sementara, di antara kalian tidak ada seorang ulama pun yang berpemahaman seperti mereka." Kata beliau.

Aku ingin mendengar kalian mengutarakan pendapat yang menyebabkan kalian tidak mau taat kepada Khalifah Ali bin Abi Thalib.

"Kenapa Ali bin Abi Thalib tidak menawan budak pada peperangan jamal?" Tanya mereka.

"Jika seseorang menawan budak, berarti budak tersebut halal untuk digauli. Apakah kalian menghalalkan ibunda Aisyah untuk digauli padahal beliau adalah ibu bagi kaum mukminin?" Jawab beliau.

"Tidak." Jawab mereka kalah.

"Apalagi yang kalian permasalahkan?" Lanjut beliau.

"Kenapa Ali bin Abi Thalib menjadikan hakim dalam perkara perdamaian, padahal Allah berfirman, "Tidak ada hukum kecuali milik Allah!?" Tanya mereka lagi.

"Allah membolehkan untuk mengangkat orang lain menjadi hakim ketika ada seseorang yang menumpahkan darah hewan di saat dia masih berihram. Demi Allah, apakah darah hewan lebih berharga daripada darah kaum muslimin?" Tegas beliau.

"Darah kaum muslimin lebih berharga." Jawab mereka kalah lagi.

Masalah terakhir..
Kata mereka, "Ali bin Abi Thalib menghapus gelar amirul mukminin dari surat perjanjian. Kalo bukan Amirul mukminin, berarti dia Amirul kafirin?!"

"Baiklah. Pernah dengar perjanjian Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam dengan kaum kafir Quraisy? Beliau awalnya memerintah untuk menulis Muhammad Rasulullah. Namun kaum kafir tidak setuju dan memaksa untuk menulis Muhammad bin Abdullah saja. Lalu, beliau pun mengalah dan memerintah Ali bin Abi Thalib untuk menulis Muhammad bin Abdullah saja."

"Apakah perkara yang kalian permasalahkan sudah selesai?" Kata beliau mengakhiri dialog.

"Sudah." Jawab mereka. 

Lalu, akhirnya banyak dari mereka yang bertaubat dan kembali berteduh di bawah tenangnya kekhalifahan Ali bin Abi Thalib -radhiyallahu anhu-.

Referensi:
- Web asy Syariah
- Kitab Nurul Iqtibas karya imam Ibnu Rajab
- dan lainnya

Selengkapnya: https://chat.whatsapp.com/IYiVXGq08rF6owVZ5g5F3f

Boleh copas dengan mencantumkan sumber. 
Semoga bermanfaat.

TAUBATNYA MANTAN KHAWARIJ

TAUBATNYA MANTAN KHAWARIJ

Seorang tabi’in bernama Yazid al-Faqir (al-faqir artinya si bungkuk, dari kata faqrah) menuturkan:

"Dahulu aku sempat 'teracuni' salah satu pendapat sekte Khawarij.

Suatu ketika, kami bersama serombongan orang berangkat menunaikan ibadah haji.

Kemudian, kami keluar di hadapan orang-orang (untuk menyerukan pemikiran kami).

Ketika melewati Madinah, kami bertemu dengan Sahabat Jabir bin Abdullah sedang duduk bersandar kepada sebuah tiang. Beliau menuturkan hadits dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada sekelompok orang. 

Ketika itu, dia menyebutkan hadits tentang al-Jahannamiyun (yaitu orang-orang yang dikeluarkan dari neraka lalu dimasukkan ke surga).

Aku pun bertanya, “Wahai Sahabat Rasulullah, apa yang kalian bicarakan ini? Bukankah Allah telah berfirman:
إِنَّكَ مَنْ تُدْخِلِ النَّارَ فَقَدْ أَخْزَيْتَهُ ۖ 
"Sesungguhnya barang siapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan.” (Q.S. Ali Imran: 192)

Allah juga berfirman:
كُلَّمَا أَرَادُوا أَنْ يَخْرُجُوا مِنْهَا أُعِيدُوا فِيهَا  
“Setiap kali mereka hendak keluar darinya (neraka), mereka dikembalikan (lagi) ke dalamnya."
(Q.S. As Sajdah: 20).

Lalu apa yang kalian ucapkan tadi?”.

Jabir pun menjawab, “Apakah engkau membaca al-Qur’an?”.

Kujawab, “Iya.”

Sahabat Jabir berkata, “Apakah kamu pernah mendengar (di dalam al-Qur’an) mengenai maqam/kedudukan agung Muhammad ‘alaihis salam dimana kelak beliau dibangkitkan Allah di atasnya (maksudnya syafa’at udzma untuk Nabi kepada umatnya di akherat)?”

Kujawab, “Iya.”

Sahabat Jabir berkata, “Sesungguhnya itulah yang dinamakan dengan maqoman mahmudan, yaitu tentang kedudukan terhormat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dengan sebab itu Allah berkenan mengeluarkan -dari neraka- siapa saja yang ingin dikeluarkan oleh-Nya - dari kalangan orang-orang beriman-.”

Kemudian Sahabat Jabir menceritakan kejadian diletakkannya jembatan/shirath -di atas neraka- dan bagaimana keadaan orang-orang yang berjalan di atasnya.

Namun aku khawatir tidak hafal dengan baik rentetan ceritanya. Yang jelas, dia menceritakan bahwa ada suatu kaum yang keluar dari neraka yang sebelumnya mereka berada di dalamnya. Mereka keluar darinya dalam keadaan sudah seperti arang.

Kemudian mereka masuk ke dalam sebuah sungai dari sungai-sungai di surga lalu mandi di dalamnya.

Lalu, mereka pun keluar -dalam keadaan putih bersih- seperti lembaran-lembaran kertas.”

Setelah mendengar -hadits- itu, kami pun rujuk/taubat -dari pendapat kami-.

Yazid berkata kepada teman-temannya, “Celaka kalian! Apakah kalian mengira syaikh/orang tua ini (yaitu Sahabat Jabir bin Abdullah) berdusta atas nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?”.

Setelah itu, kami pulang.

Demi Allah! Tidak ada di antara kami yang tetap bersikeras untuk keluar (menganut pemikiran Khawarij) kecuali hanya satu orang."

Rujukan asal:
Shohih muslim, kitabul iman:
٨٤- باب أدنى اهل الجنة منزلة فيها

Catatan:
1. Maqaman Mahmuda disebutkan dalam surat Al Isra' dan dalam doa setelah adzan.

- Dalam surat Al Isra':
عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا
"Mudah-mudahan Rabbmu membangkitkan engkau pada kedudukan yang terhormat." Al Isra': 79.

- Dalam doa setelah adzan:
اللهم رب هذه الدعوة التامة، والصلاة القائمة، آت محمدا الوسيلة والفضيلة، وابعثه مقاما محمودا الذي وعدته.

"Ya Allah, Rabb panggilan yang sempurna dan sholat yang ditegakkan ini, berilah Nabi Muhammad Wasilah dan Fadhilah, serta bangkitkanlah beliau pada kedudukan yang terhormat sebagaimana yang Engkau janjikan.

2. Syafaat udzma (Syafaat terbesar) disebutkan Syaikh as sa'di ketika mentafsirkan surat Al Isra' ayat 79.

Wallahu a'lam.

https://chat.whatsapp.com/IYiVXGq08rF6owVZ5g5F3f

Jumat, 09 Desember 2022

PERPISAHAN ANAK DAN ORANG TUA

PERPISAHAN ANAK DAN ORANG TUA

(Jangan disimak sebelum siapin tisu)

https://chat.whatsapp.com/IYiVXGq08rF6owVZ5g5F3f

Suatu hari, dengan duduk di sisi jalan, aku menanti lewatnya Harun Ar-Rasyid. Harun Ar-Rasyid pun melintas.

“Wahai Amirul Mukminin, ada titipan untukmu!” kataku seraya memperlihatkan cincin itu.

Maka, Harun Ar-Rasyid menyuruh anak buahnya membawaku untuk pergi ke istana.

Sesampainya di sana, Harun Ar-Rasyid memanggilku dan menyuruh keluar semua orang yang ada di tempat itu.

“Siapa Anda?” tanya Harun 
Ar Rasyid.
“’Abdullah bin Faraj.”

“Dari mana kamu mendapatkan cincin itu?”
Akupun kemudian menuturkan kisah seorang pemuda.

Suatu hari, aku memerlukan buruh harian untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.

Maka aku pun pergi ke pasar. Sesampainya di sana, aku menemukan sekumpulan buruh harian.

Ternyata di barisan paling belakang ada seorang pemuda berjubah dan berpakaian dari bulu yang wajahnya pucat pasi. Ia membawa keranjang besar.

“Kamu mau bekerja?” tanyaku.
“Ya,” jawabnya.

“Berapa bayarannya?”
“Satu seperenam dirham.”

“Baiklah!”
“Tapi, ada syaratnya.”

“Apa syaratnya?” tanyaku.
“Jika waktu Zhuhur tiba dan muadzin telah mengumandangkan adzan, aku akan berhenti bekerja; kemudian bersuci dan menunaikan shalat secara berjamaah di masjid. Lalu kembali bekerja lagi. Demikian pula pada waktu shalat Ashar,” pintanya.
“Baiklah!”

Akupun menyuruhnya memindahkan barang dari satu tempat ke tempat lainnya.

Pemuda itu pun mengikat tubuhnya lalu mulai bekerja dan sama sekali tidak mengajakku bicara hingga muadzin mengumandangkan adzan Zhuhur.

“Hai, hamba Allah. Muadzin telah mengumandangkan adzan,” serunya.
“Silakan!” jawabku.

Ia pergi dan menunaikan shalat. Setelah pulang, ia kembali bekerja dengan baik hingga muadzin mengumandangkan adzan untuk shalat ashar.

“Hai, hamba Allah. Muadzin telah mengumandangkan adzan,” serunya.
“Silakan!” jawabku.

Ia pergi dan menunaikan shalat Ashar. Setelah pulang, ia kembali bekerja hingga sore.

Akupun kemudian memberinya upah. Setelah itu, pemuda tersebut pulang.

Beberapa waktu berselang, aku membutuhkan lagi seorang buruh.

“Carilah buruh muda kemarin. Sungguh ia telah memberi teladan kepada kita ketika bekerja,” pinta istriku.

Lalu aku pergi ke pasar, namun tidak melihatnya. Kemudian aku menanyakan kepada orang-orang di pasar.

“Anda menanyakan pemuda yang pucat dan lemah yang tidak kami lihat selain hari Sabtu dan yang tidak duduk kecuali sendirian di bagian belakang?” jawab orang di pasar.

Maka aku pun pulang.

Barulah pada hari Sabtu aku pergi ke pasar. Benar, saya pun menemukannya.
“Kamu mau bekerja?”
“Anda telah mengetahui upah dan syaratnya.”
“Ya, aku menyetujuinya.”

Ia bangkit dan bekerja dengan baik seperti sebelumnya. Ketika tiba saatnya memberi upah, aku menambahinya.

Ternyata pemuda itu menolak menerima tambahannya.

Namun, aku memaksanya untuk menerima.

Kali ini pemuda itu merasa risih sehingga ia pergi meninggalkanku. 

Akupun merasa cemas. Lalu aku pun buntuti dan bujuk sampai akhirnya ia mau menerima, tetapi hanya upahnya saja.

Beberapa waktu kemudian, aku kembali hendak memerlukannya. Aku pergi ke pasar pada hari Sabtu namun tidak menemukannya.

“Ia sakit,” jawab seseorang.
“Ia hanya datang ke pasar setiap hari Sabtu untuk bekerja dengan upah satu seperenam dirham. Setiap hari ia menghabiskan seperenam dirham untuk makan. Dan kini ia telah jatuh sakit.

Aku menanyakan rumahnya untuk membesuk. Maka, ada yang mengabarkan bahwa dia berada di rumah seorang wanita tua.

“Apakah di sini tinggal seorang pemuda yang biasa bekerja sebagai buruh harian?” tanyaku.

“Ya, ia sakit sejak beberapa hari yang lalu.”

Aku masuk dan mendapatinya sakit dengan berbantalkan batu bata.

Setelah mengucap salam kepadanya, aku bertanya, “Apakah kamu butuh suatu keperluan?”
“Ya, jika Anda mau memenuhinya,” jawabnya.

“Ya, aku mau memenuhinya.”
“Setelah aku mati nanti, juallah tali ini dan cucilah jubah dan kain dari bulu ini. Kemudian kafanilah aku dengannya. Setelah itu, bukalah saku ini karena di dalamnya ada sebuah cincin. Lalu pada saat Harun Ar-Rasyid lewat, berdirilah di tempat yang terlihat olehnya, bicaralah, dan perlihatkan cincin itu kepadanya.

Jangan lakukan ini kecuali setelah aku dikuburkan.”

“Baiklah!” jawabku.

Setelah ia meninggal, aku bermaksud melakukan apa yang dimintanya.

Tiba-tiba Harun Ar-Rasyid menangis hingga aku merasa iba.

Setelah kembali tenang, aku memberanikan diri untuk bertanya, “Wahai Amirul Mukminin, ada hubungan apa antara dia dengan Anda?”
“Ia anakku.”

“Bagaimana ia bisa seperti itu?”
“Ia lahir sebelum aku diangkat menjadi khalifah. Lalu ia tumbuh sebagai anak yang baik, yang belajar Al-Quran serta ilmu-ilmu lainnya. Namun, ketika aku telah diangkat menjadi khalifah, ia meninggalkanku dan tidak mau menikmati sedikit pun dari kenikmatan yang aku peroleh. Aku kemudian memberikan cincin yaqut yang harganya sangat mahal ini kepada ibunya sambil mengatakan, ‘Berikan ini kepadanya dan suruhlah ia selalu membawanya. Siapa tahu sewaktu-waktu ia membutuhkannya’. Ia sangat berbakti kepada ibunya. Namun ketika ibunya meninggal, saya sama sekali tidak mengetahui kabar beritanya hingga Anda datang memberitahukannya kepadaku." jelas Harun Ar-Rasyid.

“Jika malam telah tiba, tunjukkanlah aku kuburannya.”
Lanjut Harun Ar Rasyid.

Lalu ketika malam telah gelap, keduanya pergi tanpa pengawalan, hingga tiba di kuburan putranya.

Harun Ar-Rasyid duduk di dekatnya dan menangis sejadi-jadinya.

Ketika fajar menyingsing, mereka bangkit untuk pulang.

“Temanilah aku menziarahi kuburnya beberapa malam lagi,” pinta Harun Ar-Rasyid.

Pada malam berikutnya, aku menemaninya.

Aku sebelumnya tidak tahu kalo pemuda itu adalah anak dari Harun Ar Rasyid, hingga beliau sendiri yang mengatakan.

@Kisah Tawwabin

Senin, 05 Desember 2022

TAUBATNYA SEORANG ANAK SEBAB IBUNYA

TAUBATNYA SEORANG ANAK SEBAB IBUNYA

Dikisahkan bahwa ada seorang anak yang suka bermaksiat, dan dia masih punya ibu.

Ibunya selalu menasehati, namun dia tidak menghiraukan nasehatnya.

Suatu hari, dia berjalan di pekuburan. Ia pun menemui banyak tulang-belulang.

Lalu, dia ambil tulang yang telah lapuk dan dia remukan di genggamannya.

Kemudian, dia merenungi dan berkata kepada dirinya sendiri, "Celaka kamu! Sungguh besok tulangmu akan lapuk dan badanmu akan menjadi tanah. Apakah kamu tetap berbuat maksiat?!"

Selengkapnya.. https://chat.whatsapp.com/IYiVXGq08rF6owVZ5g5F3f

Dia pun menyesal dan bertekad untuk taubat.

Dia angkat pandangannya ke langit dan berkata, "Tuhanku, hanya kepada-Mu aku serahkan urusanku. Maka, terimalah dan rahmatilah aku."

Setelah itu, dia menemui ibunya dalam keadaan telah berubah rona wajahnya dan luluh hatinya.

Dia berkata, "Wahai bunda, apa yang akan dilakukan oleh majikan jika telah menangkap budaknya yang lari?"

"Ia akan memberi pakaian dan makanan yang kasar. Dan dia akan mengikat tangan dan kakinya." Jawab sang ibu.

"Baik. Berilah aku jubah dari bulu domba dan tepung yang kasar. Lalu, engkau perlakukan aku seperti memperlakukan budak yang lari. Semoga Allah melihat rendahnya aku dan mau merahmatiku." Kata sang anak.

Maka, ketika malam telah larut, dia selalu menangis dan berkata kepada dirinya sendiri:
وَيْحَكَ يا دِينار! أَ لَكَ قُوَّةٌ عَلَى النار؟ كَيْفَ تَعَرَّضْتَ لِغَضَبِ الجَبار؟

"Celaka kamu wahai Dinar! Apakah kamu punya daya menghadapi An Naar? Bagaimana kamu membantah kemarahan Al Jabbar?"

Terus demikian dia lakukan hingga masuk waktu subuh.

Sang ibu pun merasa iba dan berkata, "Kasihanilah dirimu!"

Sang anak menjawab:
دَعِينِي أَتْعَبُ قَلِيلا، لَعَلِي أَسْتَرِيحُ طَوِيلا؛ يا أُمِي! إِنَّ لِي مَوْقِفاً طَوِيلا بَيْنَ يَدَيْ رَبِ جَلِيل، وَ لا أَدْرِي أَ يُؤْمَرُ بِي إِلَى الظِلِ الظَلِيل أَوْ إِلَى شَرٍ مَقِيل، إِنِي أَخافُ عَناءً لا راحَةَ بَعْدَهُ وَ تَوْبِيخاً لا عَفْوَ مَعَهُ.

"Biarkan aku capek sebentar, semoga nanti aku bisa rehat panjang. Wahai bunda, Sungguh aku akan berdiri sangat lama di hadapan Rabb Yang Maha Mulia. Namun aku tidak tahu, apakah aku ditempatkan pada naungan yang sejuk ataukah ke dalam kejelekan yang menghinakan. Aku takut akan kesengsaraan yang tidak berakhir dan penghinaan tanpa ampunan."

"Istirahatlah sebentar!" Kata ibunya.

"Apakah ketenangan yang aku cari? Apakah engkau bisa menjaminku?" Kata sang anak.

"Siapakah yang bisa menjamin?" Kata sang ibu.

"Biarkan aku Wahai ibu. Sungguh seolah-olah kelak engkau akan dikumpulkan di surga, sedangkan aku akan digiring ke neraka." 

Pada malam hari dia selalu membaca ayat:
فَوَ رَبِكَ لَنَسْأَلَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ، عَمّا كانُوا يَعْمَلُونَ
"Sungguh demi Rabbmu, Kami akan tanya mereka seluruhnya tentang perbuatan mereka."

Diapun merenungi ayat ini hingga menangis dan pingsan.

Lalu, ibunya mendatanginya dan memanggilnya. Namun, dia tidak menjawab.

"Wahai penyejuk mataku! Dimana kita akan bertemu?"

Diapun berkata dengan suara lirih, "Jika engkau tidak mendapati aku di persidangan hari kiamat kelak, maka tanyalah malaikat malik (penjaga neraka)."

Lalu, dia pun menghembuskan nafas terakhir.

Sang ibu pun merawat dan memandikan jenazahnya. Kemudian, dia keluar memanggil manusia, "Wahai orang-orang, ke sinilah untuk mensholatkan!"

Maka, manusia berdatangan. Belum pernah terlihat ada pelayat dan tangisan sebanyak di hari itu.

-kitab at tawwabiin-

KATAK GENDONG KALAJENGKING

KATAK GENDONG KALAJENGKING

Sebagian orang ketika baca kisah orang-orang yang bertaubat dalam kitab At Tawwabiin, mungkin rasanya pengen menangis; karena teringat masa lalu.

Namun saat itu juga, kadang mereka menemui kisah yang agak lucu.

Tapi nggak apa-apa lah ya..
Memang itulah hiburan bagi orang yang gemar membaca. Lucu tapi berfaedah.

Beda dengan orang luar sana..
Suka hiburan, tapi nggak ada faedahnya. Bahkan menghabiskan waktu dengan sia-sia. Allahul Musta'an.

Baik, tidak perlu berlama-lama..
Simak kisahnya..

Suatu hari aku bersama Dzun Nun al-Mishri sedang berada di tepi anak sungai.

Tiba-tiba terlihat ada seekor kalajengking yang sangat besar sedang berada di seberang anak sungai tersebut.

Lalu nampak pula seekor katak keluar dari seberang anak sungai itu.

Si kalajengking kemudian naik ke atas punggung katak, dan katak itu pun kemudian berenang menyeberangi anak sungai.

Melihat hal tersebut, Dzun Nun pun berkata, "Kalajengking ini pasti memiliki suatu misi. Mari kita ikuti.”

Kami berdua kemudian mengikuti kemana katak dan kalajengking tersebut pergi.

Ternyata, ada seorang laki-laki mabuk yang tergeletak. Di sisi laki-laki itu muncul seekor ular yang merayap naik ke tubuhnya dari arah pusarnya menuju ke dadanya. Nampaknya, ular tersebut mencari lobang telinganya. "Zess.."

Saat seperti itu, tiba-tiba kalajengking pun langsung menghadang dan menyengat ular tersebut. "CUZZ!"

Akhirnya ular itu pun jatuh terbalik dan mati.

Setelah itu, kalajengking kembali turun ke anak sungai, dan si katak kembali menghampirinya.

Si kalajengking itu pun kembali menaiki punggung si katak. Dan si katak kemudian berenang hingga sampai ke seberang anak sungai.

Melihat kejadian tersebut, Dzun Nun pun membangunkan pemuda mabuk tersebut.

Saat pemuda tersebut membuka kedua matanya, Dzun Nun pun berkata kepadanya, "Wahai anak muda, lihatlah bagaimana Allah menyelamatkanmu! Kalajengking tadi datang membunuh ular yang ingin mematukmu.”

Lalu, Dzun Nun membawakan bait syair,

يا غافِلا وَ الجَلِيلُ يَحْرُسُهُ

     مِنْ كُلِ سُوءٍ يَدُبُّ فِي الظُلَمِ

كَيْفَ تَنامُ العُيُونُ عَنْ مَلِكٍ

     تَأْتِيهِ مِنْهُ فَوائِدُ النَعَمِ

"Wahai orang yang lalai, padahal Allah menjaganya..

Dari semua bahaya yang merayap di kegelapan.

Bagaimana mata tertidur dari sang Raja..

Padahal banyak kenikmatan datang dari-Nya.”

Mendengar perkataan Dzun Nun, si pemuda itu pun bangkit dan berkata, "Tuhanku, ini yang Engkau lakukan terhadap orang yang mendurhakai-Mu. Lantas bagaimana kasih sayang-Mu kepada orang yang taat kepada-Mu?"

Kemudian dia hendak pergi.

Aku bertanya, "Mau kemana?"

"Mau pulang kampung. Demi Allah, aku tidak akan kembali ke kota selama-lamanya!”

Sumber: kitab At Tawwabiin karya imam Ibnu qudamah Al Maqdisy.

https://chat.whatsapp.com/IYiVXGq08rF6owVZ5g5F3f

Boleh copas dengan mencantumkan sumber.
Semoga bermanfaat.