Selasa, 13 Desember 2022

Cukuplah kematian itu sebagai nasehat._ "

Cukuplah kematian itu sebagai nasehat._ " 


كَفَى بِالمَوْتِ واعِظاً
 _"Cukuplah kematian itu sebagai nasehat._ " 

-Perkataan salah seorang Khalifah ketika menyaksikan iring-iringan jenazah-

Dulu, ada seorang khalifah yang mendengar kabar ada budak wanita di Kufah, yang sangat masyhur bahwa kecantikannya tidak ada tandingannya. Hafal Al Qur'an, cerdas dan berakhlak baik. Dia diasuh oleh nenek tua.

Maka khalifah ini berkirim surat kepada Gubernur Kufah agar mengusahakan kepada pemilik budak wanita itu untuk bersedia menjualnya dan segera mengirimkan kepadanya.

Ketika surat itu sudah sampai di tangan Gubernur Kufah, dikirimlah utusan itu untuk bertemu dengan nenek tua.

Ia ingin membeli budak wanita itu seharga 1.000 dirham ditambah dengan satu kebun kurma yang setiap tahunnya dapat menghasilkan lima ratus mitsqol (kuintal).

Lalu Gubernur Kufah bersama dengan utusan itu membawa wanita ke Khalifah.

Khalifah sudah mempersiapkan istana yang sangat indah, tak ternilai, dan disertai dayang-dayang, serta berbagai macam bentuk pakaian, perhiasan emas, intan, berlian dan tak lupa juga tempat peraduan yang sangat mewah.

Ketika Khalifah sedang bercengkerama dengan budak wanita di atas balkon yang dihampari permadani dan wewangian yang sangat semerbak, diselingi dengan dongeng dan syair-syair yang sangat lembut, dan semakin bertambah suka citanya, saat itu tiba-tiba terdengar jeritan!

Maka, sang Khalifah pun mencari tahu apa sesungguhnya yang terjadi.

Ternyata suara jeritan itu adalah iring-iringan jenazah yang diikuti oleh pelayat wanita, yang menjerit-jerit meratapi kematian.

Diantara mereka ada yang berteriak, "Ayah! Engkau sudah digotong di atas keranda kayu dan pergi menuju ke tempat orang-orang yang mati. Engkau akan tinggal di pemakaman sendirian dan diasingkan di liang lahat! Apakah engkau akan memanggil orang-orang yang memikulmu dengan berkata 'Percepatlah penguburanku!' ataukah dengan berkata 'Kembalikan aku! Kemana kalian akan membawaku?'!"

Mendengar teriakan wanita itu, berlinanglah air mata khalifah,  sehingga menyebabkan dia melupakan segala kenikmatan yang didapatkannya dari wanita cantik itu.

كَفَى بِالمَوْتِ واعِظاً
“Cukuplah kematian itu sebagai nasehat”, ujar Khalifah.

Melihat sikap khalifah itu, budak wanita yang sangat cantik itu, berkata, "Peratap jenazah telah memutuskan tambatan hatiku."

Khalifah berkata, "Tinggalkan aku sendiri! ini serius!"

Sementara itu, budak wanita masih tetap ditempatnya. Dan akhirnya tertidur.

Dalam tidurnya itu, dia bermimpi kedatangan seseorang yang berkata, "Kamu orang yang mempesona dengan kecantikanmu, dan membuat orang lupa daratan dengan belaianmu! Bagaimanakah keadaanmu nanti bila sangkakala telah ditiup? Di kala orang-orang dibangkitkan lagi dari kubur menuju ke tempat pembalasan? Di mana mereka akan dibalas sesuai dengan amalan-amalan yang telah mereka lakukan?"

Setelah terbangun, dengan hati yang lapang, dia segera mereguk minumannya, lalu memanggil dayang-dayangnya, lalu meminta air untuk mandi.

Kemudian dia melemparkan seluruh pakaian dan perhiasannya, dan mengikat tengahnya dengan benang, serta mengambil tongkat, lalu mengalungkan tempat air dari kulit ke lehernya. Setelah itu dia pergi.

Ketika dia lewat di hadapan Khalifah, khalifah pun terheran.

“Aku budak wanitamu yang cantik gemulai. Aku telah kedatangan seseorang yang memperingatkanku. Ia telah mengetuk pendengaranku dengan ancamannya. Sedangkan hajatmu telah terpenuhi dariku. Maka, aku datang kepadamu agar engkau melepaskan aku dari perbudakan dunia.”, ujar budak itu."

“Jauh sekali perbedaan antara dua keinginan (hasrat) ini, yaitu antara keinginanku dengan keinginanmu. Silahkan kamu dengan keinginanmu. Pergilah. Kamu telah bebas merdeka demi wajah Allah."

"Kemanakah kamu akan pergi?”, tanya khalifah."

“Aku akan menuju Baitullah al Haram (Ka’bah)."

“Berangkatlah. Tidak ada seorang pun yang akan menghalangimu”, kata khalifah

Kemudian, wanita itu keluar dari istana Khalifah dengan hidup zuhud, sangat bersahaja, dan hanya mengharapkan akhirat.

Dia terus mengembara sampai tiba di kota Makkah.

Lalu, wanita itu tinggal di Makkah dengan selalu berpuasa dan sholat, disamping bekerja sebagai pemintal benang untuk mendapatkan makannya.

Bila sudah sore hari, dia pergi berthawaf mengelilingi Ka’bah, lalu masuk ke Hijir Ismail dan berdo’a, ‘Wahai, tabungan ibadahku, engkaulah bekalku, janganlah engkau putuskan harapanku, capaikanlah cita-citaku, perbaguskanlah polaku dan perbanyaklah pemberianku."


Wanita itu terus bersungguh-sungguh mendekatkan diri kepada Rabbnya, siang malam, sampai kulitnya berubah dan tampak keriput.

Tubuhnya menjadi lunglai karena lamanya berdiri. Matanya cekung dan hampir-hampir buta karena selalu menangis.

Dan akhirnya, wanita itu wafat dalam keadaan seperti itu.

Semoga Allah merahmati mereka dan kita semua. Amin.

Sumber: kitab At Tawwabiin karya imam Ibnu qudamah Al Maqdisy.

https://chat.whatsapp.com/IYiVXGq08rF6owVZ5g5F3f

Boleh copas dengan mencantumkan sumber.
Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar